"KA…KAMPRET!! A…AKU BENAR-BENAR SUKA DENGAN SI JUPRI TAHU!!"
"Oh ya tentu saja kau suka dia, kan kau sudah mengatakannya tadi kalau kau suka bagian luarnya saja dan ingin jadi pacarnya agar kau tidak diejek teman-temanmu," kata Akbar yang masih saja menyindir dengan sindiran yang sama.
"BERHENTI BICARA TOLOL BEGITU!! MEMANGNYA KAU ITU SIAPA SAMPAI-SAMPAI BISA MENGOMENTARI MASALAH PERCINTAAN ORANG LAIN DENGAN SANTAI BEGINI HA?! DEWA CINTA?!" tanya Mona yang kesal bukan main dengan semua ucapan Akbar yang membuatnya sempat bingung sendiri, karena hampir semua yang diucapkan Akbar memanglah benar dan logis.
…
…
"Wah, ini pembicaraan apa sih Nit, aku kok gak paham dengan arah pembicaraannya?" tanya Lisa dengan tatapan polos yang seolah-olah tak mengerti ucapan 2 kakak kelasnya yang saling mengejek itu dan bahkan keluar dari permasalahan utama.
"Mana kutahu Lis, sebaiknya kita tidak usah ikut campur urusan para Senior, ah aku lupa harus bilang ibu kalau aku akan telat sedikit hari ini," kata Nita yang akhirnya malah menyalakan HP nya untuk mengirim pesan kepada ibunya.
Sedangkan itu, setelah mendengar pertanyanya Mona yang menjawab asal-asalan seperti barusan tadi untuk melindungi dirinya sendiri, Akbar yang sudah mempersiapkan semua jawabannya itu pun mulai menyerang si Mona kembali tanpa ampun.
"Aku memang bukan Dewa cinta, tapi aku manusia yang punya tak untuk menganalisis segala kemungkinan oi," kata Akbar dengan banggannya.
"Oh ya? Uhuk-uhuk….memangnya otakmu itu sudah berapa kali sukses dalam menyesalikan masalah cinta sampai kau bisa sok yakin begitu ha?" tanya Mona kemudian yang saking kesalnya, dia lupa kalau tenggorokannya sedang sakit.
"(Kakakku Mona, tidak pakai otak pun kita juga sudah tahu kakak yang salah karena mencintai orang tanpa tahu apa-apa soal orang itu dan hanya untuk tidak diejek sebagai jomblo, kembalilah kejalan yang benar kak)" kata Lisa yang perihatin dengan kakaknya.
"Memang aku belum pernah menyelesaikan masalah cinta, tapi aku bisa membuat orang bodoh menyatakan cinta padaku dalam hitungan detik lho, apa kau akan jadi percaya padaku kalau aku bisa membuktikannya padamu sekarang?"
"Cuih, kalau begitu coba buktikan padaku kalau kau bukan cuma omong besar," kata Mona kemudian yang akhirnya menantang si Akbar untuk membuktikan ucapannya sendiri sambil duduk dikursi yang tersedia.
"Baik, dan kalau aku berhasil, maka kau juga harus mendengarkan permintaanku, setuju?" kata Akbar kemudian yang akhirnya bertaruh itu.
"(Pasti ujung-ujungnya permintaannya adalah aku harus menjauhi Juprikan? Tapi karena tidak mungkin dia benar-benar bisa membuat orang jatuh cinta karena dia pasti cuma banyak lagak, sekalian saja aku bungkam dia sekarang) Baik, tapi kalau ternyata kau cuma bohong saja, aku akan keluar dari sini dan jangan lagi ikut campur dalam masalahku ini, paham?" kata Mona dengan suara keras, seakan-akan penyakit yang dia idap sudah hilang.
"Deal, kalau begitu Nita, sini sebentar," kata Akbar kemudian yang memanggil Nita.
Nita yang daritadi hanya bermain HP hanya merasa kaget ketika dirinya tiba-tiba dipanggil oleh Akbar, karena tidak tahu apa yang baru saja terjadi, dia pun bersikap tidak tahu apa-apa.
"Eh, apa? Siapa? Ada apa? Kenapa kakak memanggilku?" kata Nita yang agak halu karena daritadi terlalu focus dengan HP nya.
"Daripada kau melakukan hal yang tidak berguna seperti chatingan begitu, coba apa bahasa Inggrisnya gambar-gambar ini," kata Akbar sambil memberikan sebuah kertas yang berisi gambar.
???
"(Yaelah, baru juga mau balas chat ibuku aku sudah disuruh mengerjakan soal) Hei kak Akbar, aku ini bukan Google translate yang ahli lho, jadi jangan kasih soal yang…"
...
...
...
"(Hmmm, ada gambar mata, tombol like, dan kata "kamu", kalau mata sih sudah jelas "Eye", lalu tombol Like bahasa Inggrisnya kan tetap sama, yaitu "Like", jadi tidak perlu dirubahkan?, kemudian kata kamu kalau tidak salah bahasa inggrisnya itukan…oh ya "You", jadi bahasa Inggrisnya gambar ini adalah…) Eye…Like…You?" kata Nita yang mengeja satu per satu tanpa sadar apa arti lain dari makna gambar itu.
"Maaf ya, tapi aku sudah bilang aku tidak suka adik kelas," jawab Akbar tegas.
"Ha? Apa maksud ucapan kak … "
…
…
?!
"(Ha?)" kata Mona sangat tercengah ketika melihat dialog 2 orang itu barusan.
Setelah otaknya traveling dan dirinya terdiam sejenak, sadarlah Nita kalau sebenarnya Akbar sedang menjebaknya dan juga ternyata kata yang baru saja dia katakan dengan polosnya itu juga memiliki arti yang lain, karena itulah Nita kesal bukan main itu mulai kumat seperti biasa.
"OOHHH! KAU NGAJAK RIBUT LAGI YA??!!! OK! AYO KELUAR SEKARANG DASAR BANGSAT!! AKAN KULAYANI KAU DENGAN SEGENAP HATI BOGEM MENTAH!!!" kata Nita yang ingin menarik Akbar keluar menuju lapangan tapi tidak bisa karena dicegah oleh Lisa.
"WAHH TENANG NIT!! KAK AKBAR BARUSAN CUMA BERTARUH DENGAN KAKAKKU SAJA KOK! JA..JANGAN DIANGGAP SERIUS NIT!" kata Lisa yang beursah sekuat mungkin agar Nita tidak bisa meraih si Akbar.
"Lihat? Sudah kubilangkan? Ez," kata Akbar dengan santainya pada Mona tanpa peduli dengan keributan 2 adik kelasnya itu.
"KAMPREETT!! KAU PIKIR AKU INI GADIS MURAHAN APAA?! AKAN AKU…."
"Pfft."
Melihat tingkah laku Akbar dan 2 adik kelasnya yang benar-benar absurb seperti opera sabun itu, Lisa yang benar-benar tidak kuat menahan tawanya daritadi itu pun akhirnya kelepasan juga.
"Ahahahaha, ka..kalian ini…kalian ini sebenarnya mau apa sih? Mau mencegahku mendekati Jupri atau mau ngelawak? A…aku, aku gak paham lagilah, ahahaha," kata Mona yang tidak bisa menahan tawanya lagi itu.
Melihat Mona malah menertawai apa yang baru saja dia lakukan untuk membuktikan ucapannya tadi, Akbar hanya terheran-heran dibuatnya.
"(Yaelah, malah diketawai dong, bukannya dia sendiri yang mau minta bukti dariku? Kok bisa-bisanya dikira ini sedang melawak)" kata Akbar yang malah terdiam saja melihat kelakuan si Mona yang menganggap dirinya sedang bercanda.
"TUHKANN!! AKHIRNYA KITA DIEJEK JUGA!! SALAH SIAPA COBA KALAU KITA NANTI DIMARAHI BU HELDA KARENA TIDAK SERIUS BEKERJA HAA??!! KAKAK MAU TANGGUNG JAWAB?!" tanya Nita kemudian yang kesal bukan main karena beberapa hal yang ditakutkannya menjadi kenyataan.
"NIT, SABAR NIT!! SABAAR! ANAK SABAR DISAYANG TUHAN!!" kata Lisa yang masih saja berusaha menenangkan si Nita.
BRAAAKK!!
Akbar, Nita, dan Lisa kaget bersamaan ketika mendengar suara meja yang dipukul dengan keras, ternyata itu adalah ulah dari Mona yang berusaha untuk menghilangkan tawanya dan ingin membahas kembali masalah utama yang sempat terabaikan tadi.
"Hahaha...haaaaaaaaaaaaaa, aku berterima kasih pada kalian karena sudah berapa lama aku tidak tertawa lepas seperti itu barusan, aku bahkan sampai lupa kalau tenggorokanku sedang sakit," kata Mona kemudian yang sudah tenang kembali.
"Sama-sama, dan sesuai kesepakatan yang sudah kita setujui, kau harus dengar …"
"Tunggu dulu, si Nita tidak jatuh cinta padamu tuh, berarti seharusnya aku yang menangkan?" kata Mona yang memotong ucapan Akbar.
"Tidak kok, aku yang menang tuh, karena tadi saat taruhan aku bilang "…menyatakan cintanya padaku" , bukan "…jatuh cinta padaku" tahu," kata Akbar yang mengklarifikasi kesalahan Mona yang salah faham itu.
…
…
"(Shit, geniusnya tingkat dewa banget)" kata Lisa dan Nita yang shock dengan ke jeniusan Akbar itu.
"Ah, benar juga, makannya kau bisa sepercaya diri tinggi begitu ya?" kata Mona yang tersadar akan kesalahannya itu.
"Ok, kalau begitu apa kau siap mendengar permintaanku?" kata Akbar kembali ke masalah utama.
Setelah menghela nafas panjang dan pasrah dengan nasib karena kalah taruhan yang tidak jelas dengan Akbar, maka Mona yang tidak mau mengingkari janji itupun memberi kesempatan Akbar untuk bicara.
"Huuuf, karena aku menghormati keputusan kita, baiklah, akan aku dengar semua ucapan kalian, tapi jika kalian tetap ingin aku tidak jatuh cinta pada Jupri seperti tadi lagi, maka kalian sudah tahu aku akan berkata dan berbuat apakan?" kata Mona yang memberikan sebuah peringatan.
"Siap yang mulia (1 hal yang pasti, dia ini sangat mencintai si Jupri walaupun dia tidak tahu seperti apa sikap asli si Jupri itu, karena yang penting bagi gadis "bodoh cinta" ini adalah mendapatkan pacar ideal untuk dipamerkan ke teman-temannya, jadi, untuk memenuhi ekspetasi sang adik yang "sepertinya" tahu sosok asli si Jupri ini dan "sepertinya" berniat untuk melindungi kakaknya dari hal buruk, maka mau tidak mau kita harus menggunakan rencana "pisau bermata 2" itu)" kata Akbar yang menyimpulkan peristiwa yang telah terjadi dan sudah menyiapkan suatu rencana itu.
Setelah menghela nafas panjang dan kembali tenang dari kerisuhan yang lakukan sendiri, Mona yang sudah siap mendengarkan itu berkata …
"Baiklah kalau begitu,…uhuk-uhuk…, jadi bisakah kalian beritahu aku apa yang sebenarnya kalian inginkan?" kata Mona yang siap mendengarkan hal-hal yang ingin dikatakan oleh 3 anak itu walau dirinya sudah bisa menebak apa yang akan disampaikan oleh mereka.
Mendengar si Mona yang sudah serius kembali menanggapi mereka tapi tetap tidak paham apa yang mereka inginkan, maka dengan tegas 3 anak itu pun kembali menjelaskan dengan tegas.
"Anu kak, aku memang tidak tahu kalau si Jupri ini pantas atau tidak untuk kakak karena aku sendiri belum tahu dia itu orangnya seperti apa, bahkan aku belum pernah melihatnya dengan kepala mataku sendiri mengenai sikap dalamnya, dan karena menurutku hubungan keluarga lebih baik daripada dengan orang luar, bukannya lebih baik kakak juga mempertimbangkan ucapan Lisa juga?" kata Nita yang mulai memberikan saran pada kakak kelasnya itu setelah dirinya kembali normal.
"Aku sudah tahu betul si Jupri ini seperti apa karena aku sudah melihatnya dengan 2 mataku, jadi aku juga tahu kalau apapun yang dikatakan oleh Lisa itu sama sekali tidak benar Nit," jawab Mona enteng.
"IIIIIHHH!! KAKAK SENDIRI YANG SUDAH MENGATAKANNYA LHO! KAKAK ITU HANYA SUKA BAGIAN LUARNYA SAJA! KAKAK BELUM MELIHAT DIA DARI BELAKANG LHO! DIA ITU MAKHLUK BERMUKA DUA! APAKAH FOTOKU SAAT SMP YANG AKU BERIKAN KEPADA KAKAK MASIH BELUM CUKUP JADI BUKTINYA?" kata Lisa yang masih saja mengotot soal pendapatnya mengenai Jupri.
"Foto itu tidak membuktikan apa-apa, malahan sejak kau menunjukan foto itu, aku malah mengira kalau kau ingin merebut si Jupri dariku lho," kata Mona yang mulai memandang tajam adiknya itu.
"(Anjirr!! Ternyata dia memikirkan hal yang sama!)" kata Nita terkejut mendengar ucapan Mona yang sama persis dengan pendapatnya dulu.
"Lalu apa yang kau ingin aku lakukan sekarang?, tidak bicara lagi dengannya? Begitu?"
"Lebih dari itu kak, aku ingin kakak …"
"…menyatakan cinta pada Jupri hari ini, saat sepulang sekolah lebih tepatnya."
"Tak peduli apa yang kalian katakan, aku tidak akan mengubris ucapan kalian walaupun …."
…
…
…
Suasana tiba-tiba menjadi hening ketika Akbar yang memotong cucapan Lisa barusan itu mengatakan hal yang benar-benar tidak terduga barusan, karena apa yang di ucapkan Akbar itu benar-benar 180 derajat berbeda jauh dengan apa yang diingkan oleh kliennya, yaitu si Lisa.
"He, kok sepi? Hiii~dup tanpa cinta, bagai menabung tak berbunga!!!" kata Akbar yang berusaha bercanda untuk mencairkan suasana itu.
Tapi, walaupun bercanda garing begitu, 3 anak itu masih saja terdiam karena mereka kesulitan mencerna maksud kata dan perbuatan Akbar yang tidak jelas itu, dan karena merasa dirinya sama sekali tidak digubris oleh 3 patung itu, maka Akbar pun mulai berkeluh kesah.
"Hei perawan-perawan, jika kalian tetap meneruskan mannequin challenge yang sudah basi kelewat zaman itu, aku akan mengambil dan membajak HP kalian lalu akan kusebarkan foto privasi kalian di SOSMED kalian sendiri lho, jadi cepat berhentilah …"
!!!!
DUAAKKKK!!!
Langsung saja Akbar terjatuh ketanah ketika si Lisa menendangnya dari belakang, dan sambil menendang terus si Akbar yang berusaha menghindari serangan kaki gadis muda yang mulus tapi berbulu itu, Lisa pun berteriak…
"MAUMUUU ITU APA SIH KAK AKBARR?! AKU GAK PAHAM SAMA SEKALI TAHHUUU!! JADI KAKAK INI MAU MEMBANTU ATAU SEBALIKNYAA?! KOK RUWET BANGET SIH JADI MANUSIA??!!" kata Lisa yang benar-benar kehabisan kesabaran denga kelakuan Akbar itu.
"AKU CUMA MAU KALIAN KEMBALI KE KENYATAAN TAHUU!! JADI BERHENTILAH…AHH!!…BERHENTI MENENDANGKU KAMPRETT!! KELAKUANMU INI SAMA SEKALI ENGGAK BERPERISENIORAN WOI!!" kata Akbar yang kesakitakan itu.
"Li…Lisa!!....sabar Lis!! Jangan terbawa emosi seperti itu!" kata Mona yang kembali sadar ketika melihat adiknya bertingkah kasar sambil berusaha mencegahnya menyakiti Akbar.
"(Ahahahaha, sepertinya ini akan jadi kasus yang rumit sampai pulang nanti deh, untung aku sudah bilang kalau aku bakal pulang telat)" kata Nita yang hanya terheran-heran dengan pemandangan yang dia lihat itu yang juga lega karena firasatnya benar.
"CEPAT!! CEPAT KATAKAN KALAU INI RENCANA KAKAK YANG GAK MASUK AKAL ITU! KALAU KAKAK BILANG INI CUMA BERCANDA! AKU AKAN MELEMPAR KAKAK DARI LANTAI 2 SECARA HARFIAH LHO!!!" kata Lisa yang masih saja sempat menendang Akbar yang masih saja tergeletak dilantai itu.
"Tenanglah Lis! Dan sejak kapan kau jadi sekuat ini sih?!" kata Mona yang kesulitan mencegah adiknya yang sedang menggila itu.
"DASAR BADABEH!! MEMANG ITU ADALAH RENCANAKU, TAPI BAGAIMANA AKU BISA MENJELASKANNYA KALAU KAU TERUS MENENDANGKU SEPERTI INI HAA?! JADI CEPAT BEHENTI MENENDANGKU DASAR JUNIOR KAMPRET!!" kata Akbar dengan suara lantang.