Setelah mendengar ucapan Akbar barusan, Nita pun bisa mengerti apa yang tadi dikatakan oleh Akbar, tapi yang membuatnya masih heran adalah soal Lisa yang tahu sesuatu soal orang yang disukai kakaknya itu.
"Tunggu Lis, maksudmu kau tahu sesuatu soal orang yang disukai kakakmu yang tidak diketahui oleh kakakmu itu?"
"Ya."
"Bagaimana kau bisa tahu soal itu ha?"
"Simple saja Nit, karena aku dan orang yang disukai kakakku dulu itu satu SMP denganku, hanya saja dia adalah kakak kelas."
"Ho, jadi maksudmu dia seumuran denganku dan juga kakakmu ya?" tanya Akbar yang tetap tiduran tanpa menoleh.
"Ya, namanya Jupri Pasyah dari kelas 11-D."
"Kau kenal dia Nit?" tanya Akbar pada Nita.
"Memangnya kenapa aku harus kenal dengan kakak kelas yang tidak ada hubungannya denganku kak?" balas Nita.
"Dasar gak guna."
"Oh dasar keparat, coba lihat siapa yang bicara barusan?! Apa perlu aku bawa kaca ha?"
"Ok Lis, 2 pertanyaan untuk segalanya yang rencananya pasti ingin kau katakan setelah ini, pertanyaan 1, apa yang membuat kakakmu menyukai si Juri Payah...".
"Jupri Pasyah kakak kelas idiot, jangan ngejek nama orang sembarangan seperti itu oi, karena nama itu adalah suatu doa tahu!" kata Nita yang memotong ucapan Akbar yang sempat memotong ucapannnya tadi. (#Balasdendamitumanis)
"(Oh kupret, coba lihat siapa yang bicara barusan)" kata Akbar yang teringat dengan kebiasan Nita yang suka mengejeknya.
"Hmm, kalau soal apa yang disukai dari Jupri, mungkin karena dia populer?" jawab Lisa sambil mengingat hal buruk mengenai orang yang disukai oleh kakaknya itu.
"Populer? Populernya bagaimana?" tanya Nita.
"1. Dia tampan, 2. dia anak lumayan kaya, 3. dia jago olahraga, dan 4. dia mudah bergaul, ya tipe orang yang hampir sempurna begitulah Nit."
…
Nita sempat menoleh kearah Akbar yang tiduran dikasurnya itu saat mendengar penjelasan si Lisa, dan karena tahu apa yang sedang terjadi saat suasana hening itu, Akbar langsung berkata.
"Jangan kau bandingkan aku dengan dia Nit, dan kuperingatkan saja, tidak semua cewek pasti memiliki selera yang sama dengan si Mona itu oi! Aku punya pesona tersendiri yang disukai cewek-cewek tertentu tahu!" kata Akbar yang bisa mengerti jalan pikir si Nita.
"Ya ya, aku tahu, itu karena kakak sudah punya pacarkan? Walau pasti itu cuma alasan sih," kata Nita yang cuma mengiyakan saja.
"Kalau menyindir orang, paling tidak jangan sampai kedengaran orang yang kau ejek itu sekitar 5 M tahu, karena itu yang buat hidupmu jadi pendek."
"Eh, kakak sudah punya pac …"
"Itu privasi, sekarang yang ke 2, apa yang membuatmu khawatir kalau kakakmu jadian dengan si Jupri yang hampir sempurna ini ha? Bukannya wajar kalau ada wanita yang jatuh hati pada laki-laki sempurna?"
Mendengar pertanyaan Akbar barusan, Lisa sempat menarik nafas panjang karena dia merasa apa yang akan dia katakan setelah ini adalah sesuatu yang berat untuk diucapkan dan mungkin akan dipungkiri oleh 2 anak itu.
"Huuuuuf, kalian mungkin akan mengira aku terlalu paranoid atau sejenisnya, tapi aku tahu betul bagaimana si Jupri ini anak yang seperti apa, dan dia benar-benar tidak boleh menjadi pacar kakakku kak Akbar," kata Lisa pada Akbar.
"Oh, sepertinya kau tahu sesuatu yang berbahaya ya?" tebak Akbar kemudian ketika membaca bentuk ekspresi wajah Lisa.
"APA!! APA!! DIA PENGGUNA NARKOBA? BOS GENG? RAJA JUDI DUNIA MALAM? ANAK JALANAN? ANAK INDIGO? TUKANG BUBUR NAIK TRUCK?" tebak Nita asal-asalan.
"(Kamu terlalu banyak lihat sinetron ibu-ib...tunggu, buka warung sekaligus bisa pergi kesembarang tempat, hhmmmm, yang terakhir itu Inovatif banget deh, tapi masalahnya pasti di bahan bakar dan tempat jualannya ya?)" kata Akbar yang malah kepikiran hal lain yang di luar jalur permasalahan.
"Bukan, si Jupri ini adalah Playboy."
…
…
Akbar dan Nita hanya memalingkan muka sambil menghela nafas panjang saat mendengar kata Lisa barusan, karena ternyata khayalan mereka tidak sesuai seperti yang mereka harapkan.
"Haaaaa, hubungan cinta dengan Playboy murahan, benar-benar masalah yang anti klimaks banget, apa tidak ada yang lebih mainstream lagi alasannya?" kata Nita yang merasa menyesal itu karena terlalu berharap.
"Kalau memang begini masalahnya, sudah jelas nanti kita akan berurusan dengan "barisan para mantan" deh, cih, padahal aku gak suka dengan anak dramatis yang alay begitu," kata Akbar yang memprediksi massa depan yang akan penuh dengan cek-cok seperti adegan dramatis sinetron kebanyakan.
"(Waduh, kok sepertinya aku jadi dibenci begini ya?)"
"Lisa, jadi kesimpulannya adalah, kau mau bilang kalau kakakmu tidak boleh pacaran dengan Jupri karena Jupri disukai dengan banyak cewek, begitu?" tanya Nita yang membuat kesimpulan dari pernyataan Lisa barusan.
!
"TENTU SAJA NITA! ORANG YANG TIDAK PUNYA PASANGAN SEPERTI KALIAN MANA TAHU RASA KESAL KALAU PASANGANG KALIAN ITU SELALU DEKAT DENGAN ORANG LAIN TAHU! MAKANNYA KALIAN JADIAN SANA BIAR TAHU BAGAIMANA RASANYA!!"
…
…
"Ini ..... permintaan macam apa sih kak?" tanya Nita kemudian pada Akbar dengan wajah jengkel ketika melihat temannya itu membentaknya secara tiba-tiba.
"Mana kutahu Nit, kita tolak yuk," balas Akbar simple yang sempat tersingung itu.
!!!
"(HEI!! KALIAN INI BENERAN NIAT MENOLONG ORANG ATAU TIDAK SIH?! CLUB INI TERLIHAT SEPERTI TIDAK PUNYA HARAPAN LAGI DEH KALAU KALIAN YANG NJALANIN!!)" kata Lisa dalam hati yang kesal mendengar ucapan 2 anak itu.
"Maunya sih begitu, tapi karena sepertinya anak buahku ini agak jenuh dengan tugas membereskan sekolah saat pulang 2x dalam seminggu dan karena menghabiskan waktu istirahatnya untuk ngobrol dengan sapu padahal lebih baik dia gunakan waktu nganggurnya untuk belajar, aku akan terima masalahmu kali ini dik Lisa," kata Akbar kemudian yang akhirnya menyetujui untuk membantu si Lisa.
JLEEB!!
"(Akh, yang terakhir tadi nusuk banget)" kata Nita yang hatinya sakit tak berdarah ketika mendengar pernyataan Akbar yang berupa fakta itu.
"Eh, kakak serius?" tanya Lisa yang masih tidak yakin dengan ucapan Akbar itu.
"Ya, lagian ini juga salah Nita karena berharap ada masalah yang ada hubungannya dengan cinta-cintaan dibulan ini, jadi paling tidak dia harus bertanggung jawab jugakan?" kata Akbar sambil menoleh kearah Nita.
"Iya deh aku yang salah, tapi jangan limpahkan semuanya padaku dong kak, karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tahu," kata Nita yang tidak bisa mengelak ucapan Akbar barusan.
"(Dia bukan tipe anak yang bisa menyelesaikan masalah sih, tapi kalau membuat iya)" kata Akbar mengomentari sikap Nita.
"Tapi kak Akbar, walaupun kita tahu fakta bahwa Jupri adalah Playboy, dalam hal ini kita tetap tidak tahu kalau sebenarnya si Jupri ini adalah orang baik atau jahatkan? Kadi kita tidak bisa seenaknya memutuskan kalau kita harus mencegah kak Mona untuk tidak jadian dengannya begitu dong, dan malahan ada kemungkinan juga kalau sebenarnya kau, Lisa, cuma ingin menjauhkan kakakmu dengan Jupri agar kau punya kesempatankan?" kata Nita yang kepikiran sesuatu yang perbandingannya 1/100000 akan keluar dari mulutnya.
...
...
"(Walau terkadang otaknya main juga)" kata Akbar yang sempat tercengah dengan ucpan Nita barusan itu.
"Hei, kalau aku memang suka dengan si Jupri ini, sudah dari SMP aku menyatakan cintaku padanya tahu, lagian aku tidak pernah melakukan itu karena aku tahu dia anak yang seperti apa Nit, karena itulah aku tidak ingin kakakku menyesal diakhir nanti karena orang yang dia cintai ternyata tidak sesuai harapannya," kata Lisa panjang lebar menjelaskan.
"(Ada kemungkinan dia sebenarnya sudah menembak si Jupri saat SMP dan ditolaknya, karena itulah dia tidak ingin kakaknya jadian dengan si Jupri itu, tapi kalau dilihat dari ucapan dan tatapannya yang serius itu, seperitnya dia tidak main-main) Sepertinya kau yakin sekali kalau Jupri ini bermasalah untuk ukuran seorang Playboy, apa kau punya buktinya untuk memperkuat pendapatmu itu Lis?" tanya Akbar kemudian.
"Aku sudah menunjukan foto si Jupri ini yang selalu pergi dengan cewek yang berbeda-beda setiap harinya saat SMP ini pada kakakku," kata Lisa sambil menunjukan foto di HP nya yang memperlihatan makhluk astral bernama Jupri itu yang disetiap foto selalu pergi dengan cewek yang berbeda-beda.
"(Haa? Saat SMP?)"
"Oh, ternyata kau sudah menunjukan hal ini pada kakakmu dan dia masih keras kepala ya?" tanya Nita.
"Ya, dan dia malah bilang itu sudah wajar karena si Juprikan pandai bersosial, "pandai bersosial" katanya! 1 cowok diantara banyak cewek itu jago bersosial katanya? Kalau bukan bodoh itu disebut apa ha?" tanya Lisa kemudian.
Setelah melihat foto-foto Jupri yang semuanya selalu ada perempuan disisinya di HP milik Lisa itu, Nita yang telah membuat kesimpulan sendiri dari apa yang baru saja mereka lihat itu pun mulai bicara.
"Lisa, orang lain pasti mengira kalau kau ini sedang mefoto si Jupri yang kebetulan sedang berbincang-bincang dengan seorang teman ceweknya lho, termasuk aku yang sepemikiran."
!!!
"(Demi semua Tuhan yang namanya berbeda-beda di dunia ini!! Kalau sudah masalah cinta-cinta begini dia berubah 180 derajat oi, kenapa kau tidak menerapkan cara berpikirmu itu saat belajar ha?)" kata Akbar yang terkagum-kagum sekaligus heran dengan pemikiran Nita.
"Kau tidak dalam posisiku Nit, jadi kau tidak tahu kebenarannya, dan aku berani bersumpah demi Tuhan kalau orang ini bermasalah tahu," kata Lisa yang berusaha menyakinkan Nita sekuat mungkin.
Akbarpun tersenyum ketika melihat keteguhan hati Lisa yang mempertahankan prinsipnya mati-matian itu, bahkan sampai bersumpah demi Tuhan seperti barusan, dan karena yakin anak itu benar-benar sedang serius melindungi kakaknya, maka Akbar pun sudah memutuskan untuk menolongnya.
"Cinta itu membutakan segalanya, sehingga kebenaran sedikitpun tidak akan bisa dilihat jika sudah diyakini tidak ada Nita, jadi jangan terlalu berburuk sangka dulu pada temanmu ini."
"Tuh, kak Akbar saja membelaku, massa kau yang teman sekelasku tidak …"
"Itu juga berlaku untukmu Lis, karena selama kita tahu kau berbohong atau tidak, kemungkinan bahwa kau menghentikan usaha kakakmu menyatakan cintanya pada Jupri agar kau bisa memilikinya itu masih belum bisa dihilangkan," kata Akbar mempertegas ucapannya sebelumnya.
"Haselememek, jangan berbelit-belit seperti belut begitu kak, jadi mau kakak sebenaranya apa haa?" kata Nita yang tidak suka dengan keribetan Akbar.
"Aku akan memikirkan rencananya, saat istirahat ke 2 nanti datanglah kesini lagi, akan kujelaskan semuanya apa yang harus dilakukan selanjutnya," kata Akbar simple sambil menganti posisi tidurnya.
"Nanggung sekali kak Akbar, kenapa tidak sekarang saja kakak memikirkannya? Kan mungkin nanti kita bisa menemukan solusinya bersama-sam …"
"Karena dalam 4 detik lagi bel istirahat berbunyi, dan aku tidak memikirkan suatu rencana detail dalam suasana ramai begini dan dalam waktu beberapa menit saja tahu," kata Akbar menjelaskan.
TETT-TEET-TEEEET
Dan benarlah apa yang diucapkan Akbar barusan, selesai Akbar mengucapakan kalimatnya itu, bel sekolah pun langsung berbunyi kencang, Lisa dan Nita hanya bisa cengar-cengir dengan apa yang terjadi barusan.
"(Bagaimana dia bisa tahu kapan bel akan berbunyi dengan pas begini? Apa dia Illuminati?)" tanya Lisa yang sempat kagum dan heran sekaligus itu.
"(Apa dia sudah mengahafal semua bel tiap jam dan menyesuaikan waktunya dengan jam ruangan ini? Kurang kerjaan banget sumpah)" kata Nita yang malah mengejek kehebatan Akbar itu.
"Nah kalian kembali ke kelas kalian sana, aku mau semedi 50 detik dulu," kata Akbar sambil memberikan aba-aba "Pergi dari sini!" pada 2 anak itu.
"Ya tuan Akbar, ayo Lis kita pergi," kata Nita kemudian pada Lisa sambil berjalan keluar dari ruangan.
"E…Eh iya, ka..kalau begitu aku pamit dulu kak Akbar, sampai ketemu jam istirahat ke 2 nanti".
"Ok zeyeng."
Dan 2 anak itu pun pergi meninggalkan Akbar sendiri diruangan Clubnya itu, lalu setelah berjalan agak jauh mereka pun sempat berbincang-bincang sedikit mengenai sikap tidak biasa Akbar itu.
"Apa setiap istirahat dia selalu disana Nit?" tanya Lisa.
"Yup, karena dia sendiri yang bilang kalau dia tidak punya teman dikelasnya, jujurnya kebangetan kan dia? Jadi dengan terpaksa aku yang baik ini mau menemani makhluk yang kesepian itu lho, kurang baik apa coba diriku ini?" kata Nita yang memuji dirinya sendiri.
"(Ah, jadi selama ini tempat itu yang jadi tempat "pelarianmu" setiap waktu istirahat ya?) Ah..ahaha, Aku heran kenapa kau bisa betah disana selama 1 bulan ini dengan kelakuan kalian yang kelihatan saling benci satu sama lain itu."
"Hmmm, aku bisa betah disana karena kami selalu berdebat soal hal kecil apapun sih, istilahnya itu disebut apa ya?.....hmmm...saling terhubung dan mengerti….kah?" kata Nita yang tidak bisa menemukan istilah yang benar untuk mengambarkan hubungannya dengan kak Akbar.
"(Orang yang saling mengerti tidak akan saling mengejek dan melempar sepatu tahu) Tapi walaupun dia kasar dan aneh begitu, apa kau yakin dia bisa menyelesaikan masalahku ini Nit?" tanya Lisa yang mempertanyakan kemampuan si Akbar.
"Kelakuan dan ucapannya memang bikin tercengah, tapi jika kau melihat cara dia menyelesaikan masalah, kau akan lebih tercengah lagi lho" kata Nita menjelaskan sambil teringat dengan sikap Akbar dalam menyelesaikan masalah.
"He? Apa maksudmu?"
"Kau akan mengerti saat istirahat nanti."
"Baiklah aku mengerti, tapi kalau kau yakin dia bisa membantu menyelesaikan masalahku ini, kenapa kau tidak minta dia untuk menyelesaikan masalah ... "
Belum selesai dirinya bicara, Nita yang tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Lisa itu segera menutup mulutnya dengan jarinya sambil berkata ...
"Sssst, sudah aku bilang kan? Aku tidak mau orang lain ikut campur masalahku, jadi tolong jangan beritahu masalahku pada kak Akbar ya."
---
Sedangkan itu, kembali ke ruangan Helper Club, Akbar yang masih saja berada didalam rungannya itu sempat berbincang-bincang dengan "Lucifer" mengenai masalah klien pertamanya dalam bulan ini.
"Jadi Lucifer, apa menurutmu gadis itu berbohong soal ucapannya barusan atau tidak?" tanya Akbar kemudian pada Lucifer.
"Hmmm, kita hidup di zaman gila penuh kebohongan yang dimana orang-orang sudah belajar bagaimana cara berbohong yang benar, jadi sulit untuk mengetahui dia berbohong atau tidak Akbar, bahkan demi mewujudkan ambisinya pun, orang akan rela menyebut-nyebut nama Tuhan seperti tadi lho" jawab Lucifer.
"Yap, kau benar sekali soal itu Luc, semakin banyak kejahatan terupdate jika kita makin lama hidup di dunia yang jahat ini, jadi sebelum kita tentukan kita harus mencegah atau malah membiarkan kakak Lisa itu jadian, kita harus memastikan dulu apa si Jupri ini anak yang baik-baik atau tidak seperti yang dijelaskan oleh Lisa tadi dengan kepala kita sendiri, secara LIVE."
?
"Oh menarik sekali, dan apa kau sudah tahu caranya?"
"Hohohohoh...idenya baru saja muncul kok, jadi tenang saja," kata Akbar yang hanya tersenyum memikirkan ide yang muncul dikepalanya itu.
Mendengar ucapan Akbar barusan yang penuh dengan kepercayaan diri yang tinggi, Lucifer hanya tersenyum saja dibuatnya karena dia suka sekali ketika melihat Akbar telah menemukan solusi suatu masalah seperti itu.
"Wah-wah, sepertinya tuan Akbar memiliki suatu rencana yang gila ya? Apa kali ini akan ada yang terluka?"
"Jika sudah membahas masalah cinta, tidak ada yang tidak akan terluka, walaupun itu secara tidak langsung Lucifer," kata Akbar yang malah teringat dengan suatu kejadian yang tidak mengenakan di massa lalunya.