Chereads / Pelangi Senja / Chapter 12 - Kontradiksi

Chapter 12 - Kontradiksi

Pelangi terkejut saat Ray memeluknya, dia segera mendorong tubuh tubuh Ray tapi pria itu sama sekali tak bergerak. Ray mengutuk tindakannya tapi dia juga tak ingin berhenti bahkan dia menundukkan wajahnya dan mencium dahi Pelangi lalu turun ke matanya lalu hidungnya pipinya dan akhirnya bibirnya berhenti pada bibir lembut Pelangi.

Awalnya Ray melumatnya dengan pelan tapi makin lama makin kuat dan penuh gairah. Pelangi tak bisa berbuat apapun karena kedua tangannya ditarik ke belakang pinggang dan dipegang dengan erat oleh Ray. Pelangi berusaha melepaskan diri tapi semua usahanya sia-sia, akhirnya dia diam tak bergerak, air mata yang ditahannya sejak tadi jatuh begitu saja di pipinya. Ray terkejut saat bibirnya menyentuh sesuatu yang basah. Ray segera menghentikan gerakannya, ditatapnya Pelangi yang membeku di tempatnya. Entah mengapa dia merasa ada sesuatu di hatinya yang terasa sakit saat melihat tangis Pelangi dalam diam. Sepertinya ada sesuatu yang salah pada Pelangi, bukankah harusnya dia senang, bukankah sudah lama sekali gadis itu mendambakan sentuhannya, kenapa sekarang gadis itu justru terlihat ketakutan?

Ray segera melepas pelukannya pada Pelangi. Sial, apa yang kulakukan? Tanpa berkata sepatah katapun Ray segera keluar dari kamar Pelangi. Dia segera menuju ke teras samping dan mulai mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya. Ray berada di sana untuk waktu yang lama dengan asap rokok yang mengepul tanpa henti. Ray merasa sangat gelisah sampai-sampai dia tak menyadari kalau teleponya telah berdering beberapa kali. Ketika akhirnya sadar Ray melihat ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Arini, Ray melempar teleponnya ke atas meja, dia merasa sedang tak ingin berbicara dengam Arini!

Di kamarnya Pelangi menangis sesengukan tanpa suara, bahunya terlihat turun naik menahan agar suaranya tak sampai terdengar. Pelangi duduk di atas tempat tidur dengan lutut tertekuk dan kepala berada di atas lututnya. Tatapannya yang kosong membentur tembok kamarnya yang berwarna pink. Pelangi tak tahu mengapa tapi sejak kejadian malam itu dia memang selalu berusaha untuk menghindari Ray padahal selama ini dia sering membayangkan Ray akan menciumnya dengan hangat bahkan lebih dari iru karena mereka adalah suami istri tapi malam itu Ray berada dalam kendali obat perangsang dan dia bahkan tak ingat kejadian itu sama sekali. Kalau dia mengatakan hal itu pada Ray pasti pria itu akan makin membencinya. Pelangi merasa hatinya sakit tapi dia tak tahu harus bagaimana.

Karena lelah Pelangi akhirnya tertidur dalam posisi seperti sebelumnya, Ray yang masuk ke kamar Pelangi terkejut melihat posisi Pelangi, dia segera membetulkan posisi Pelangi dan menyelimutinya. Ditatapnya wajah gadis yang selama ini dibencinya, wajah itu terlihat sangat damai saat tidur sama sekali tak terlihat wajahnya yang jutek dan terkadang menakutkan saat marah. Ray membungkukkan badannya dan mencium kening Pelangi untuk beberapa saat. Suara sesenggukan masih terdengar dari Pelangi, membuat hati Ray merasa tercekat. Entah mengapa dia tak dapat melawan satu sisi hatinya yang tiba-tiba saja ingin selalu berada di dekatnya meski satus sisi hatinya yang lain mencibirnya.