Chereads / Lady in Red (21+) / Chapter 30 - I Want Your Bite (21+)

Chapter 30 - I Want Your Bite (21+)

I Want Your Bite

- Chris Crocker -

.

Kau tau, ini bukan tentang romansa..

Ini hanya mengenai... apa yang ada di dalam celanamu..

Lupakan halo.. Kau memilikiku untuk seks..

Tak butuh perkenalan..

Langsung saja ke ranjang..

========================

Mae paham kemauan Vince. Dua tangannya meraba kejantanan Vince yang masih tertutup armor kain berwarna hitam dengan merk mahal terpampang di depannya. Semua yang melekat di tubuh Vince benar-benar barang mahal.

Gadis manis itu mendongak menatap Vince yang tajam memandanginya. Tangannya masih mengusap-usap pusaka Vince yang sudah menegang di balik kain kecil itu. Vince tidak mengenakan boxer. Ia memakai celana dalam bentuk segitiga, brief, menandakan rasa percaya dirinya.

Mae pun menatap apa yang ada di depan matanya saat ini. Kejantanan Vince yang terus menguat, memberontak ingin dibebaskan. Bahkan ujungnya sudah mengintip di tepi celana dalamnya. Seberapa panjang memangnya? Mae meneguk ludahnya.

Pelan-pelan, ia julurkan lidahnya pada batang keras itu meski belum berniat membebaskan dari kurungan kainnya. Mae ingin bermain-main sejenak, karena Vince juga begitu padanya tadi.

Vince membiarkan Mae melakukan apapun selama itu menyenangkan baginya. Ia tidak perlu terburu-buru. Itu bukan gayanya. Ia lebih suka ini berlangsung lama dan tetap intens.

Si gadis masih meliukkan lidahnya di sepanjang garis batang keras Vince, dan sesekali memberikan gigitan lembut pada batang tersebut, sehingga Vince menggeram halus tersamar.

Dua tangan Mae perlahan bergerak di bokong Vince, merayap erotis membelai kedua bongkah di sana sambil sesekali meremasnya demi memberikan godaan pada Vince.

Karena celana panjang Vince telah sampai di mata kaki, Mae bisa bebas merayapkan tangan nakalnya di sepanjang paha berbulu halus Vince.

Tangannya terkadang menggenggam bola milik Vince dan berikan sedikit remasan mesra sambil lidahnya menggoda ujung kejantanan Vince yang menyembul keluar dari celana dalam. Mae tanpa ragu menjilati cairan precum milik Vince dan terus menggoda di ujung itu.

"Mrghh..." Geraman Vince mulai terdengar, tidak sehalus tadi. Sepertinya Mae gadis yang cukup berpengalaman dengan penis lelaki. Dia tau bagian mana yang mudah membuat lelaki tersengat birahi.

Mata binal Mae menatap wajah tampan Vince. Pandangan mereka beradu tanpa kata. Hanya perlu tindakan untuk mengungkapkan isi hati masing-masing.

Setelah merasakan napas Vince mulai tak lancar akibat godaan lidah Mae, gadis itu pelan-pelan menurunkan celana dalam hitam itu dan ia terkejut meski lekas kuasai diri. Mae terpana dengan ukuran kejantanan Vince.

Setau Mae, pria Asia biasanya lebih kecil daripada ras lainnya. Namun ini, milik Vince besar dan panjang layaknya milik orang di luar ras Asia. Oh, ternyata Vince benar-benar berdarah campuran. Mae memikirkan begitu. Ia semakin percaya dengan kata-kata Vince bahwa lelaki itu seorang blasteran.

"Besar..." bisik Mae tanpa sadar sambil menggenggam penis arogan Vince.

"Kau menyukainya?" Vince mendengar desahan samar Mae dan bertanya.

Mae tersipu malu ketahuan. Ia pun mengangguk kecil. "Hu-um. Aku... suka."

Selanjutnya, mulut terampil Mae sudah sibuk mengulum dan melomoti kepala penis Vince, mengakibatkan Vince menggeram lebih keras.

"Hrrghhh... Aaghh... Kau ternyata pintar, Kitty... Kau tau kelemahan pria." Vince tak pelit pujian. Ia mengelus pipi Mae. Gadis itu tersenyum senang sembari terus menghisap-hisap kepala penis Vince dan tangan lain menggenggam batangnya.

Mae mulai mengocok seraya mulutnya menjelajahi bola kembar milik Vince dan mengulum lembut serta berikan satu dua kali jilatan erotis di sana.

Kemudian Mae kembali fokus pada batang penis Vince yang terus ia stimulasi sambil tangannya mengocok batang yang tidak mampu masuk ke mulutnya. Milik Vince terlalu panjang bagi mulut Mae.

Geraman penuh birahi Vince terus terdengar disertai pinggulnya bergerak maju dan mundur seolah sedang menggauli mulut Mae.

Lidah Mae membinal di dalam sana meski tengah mengulum dengan berikan hisapan kuat dan lembut secara bergantian.

Dua tangan Vince meremas rambut sebahu Mae dan dorongkan kepala Mae maju dan mundur sampai Mae nyaris tersedak. Matanya sudah basah namun ia tahan demi Vince menyukainya.

"Cukup, Kitty... Cukup..." Vince harus lekas hentikan Mae sebelum terlambat. Mae pun berhenti dan keluarkan penis Vince dari dalam mulutnya. Penampilan dia sudah kacau.

Vince melepas semua celana yang menempel sehingga kini dia benar-benar telanjang. Mae juga sudah telanjang.

Tubuh Mae termasuk mungil ramping, namun dia dikaruniai payudara yang cukup besar dan pantat kenyal nan mungil menggemaskan. Sungguh tubuh yang menyenangkan kaum pria.

Vince menarik bangun Mae dari lantai dan memposisikan Mae membelakangi Vince dan Vince naikkan satu kaki Mae agar kaki itu ada di meja.

Ia mencari sesuatu dari dompetnya. Mae sepertinya mengerti apa yang dicari Vince.

Gadis itu menahan tangan Vince. "Tak perlu pakai itu. Aku rutin minum pil dan rutin ke dokter."

Vince naikkan alisnya. Ternyata gadis kecil ini sudah bisa dikatakan sangat memahami dan berpengalaman. Akhirnya Vince urungkan niatnya dan melempar kembali dompetnya ke tumpukan celananya.

Mae tidak membutuhkan Vince memakai kondom karena gadis itu sudah terbiasa minum pil yang takkan membuat dia hamil dan juga rutin ke dokter sehingga pasangan bercintanya tak perlu kuatir dengan penyakit seksual apapun.

Mae memang lebih menyukai senggama dengan penis telanjang tanpa kondom. Baginya itu lebih... terasa nikmat.

Tuan Muda Hong bersiap dengan pusaka kebanggaan dia. Mae menoleh ke belakang demi menjumpai wajah tampan Vince.

"Arnghhh!" Mae terpekik saat merasakan penis besar dan panjang Vince sudah menerjang masuk ke vaginanya.

Vince awalnya memberikan hentakan lembut sambil Mae sesekali mengerang nikmat dan kedua tangannya mencengkram tepian meja. Satu kaki Mae masih diletakkan di atas meja agar penis Vince makin mudah memompa vaginanya.

Mae terus merintih erotis seiring hentakan Vince kian cepat. Ia membiarkan dua tangan Vince mencengkeram pantatnya dan terus meremas-remas benda kenyal itu seraya penisnya masih saja beringas mengaduk liang senggamanya.

Akhirnya Mae menyerah ketika satu tangan Vince terulur menjajah klitorisnya sembari terus menghentak vaginanya. Ia menjerit lepas sambil menyemburkan cairannya banyak-banyak membuat Vince takjub.

Vince tatap lantai yang basah dengan genangan air nikmat Mae. Untung saja celananya ia buang agak jauh sehingga tidak perlu jadi kain pel dadakan.

Mae kejang-kejang kecil menandakan ia diterjang orgasme vaginal. Ia merintih lirih sambil mata basahnya menatap Vince.

Vince berhenti sejenak dan raih kepala Mae untuk mencumbu bibir si gadis.

Satu tangan Mae terulur ke belakang agar bisa meraih kepala Vince disela cumbuan mereka.

Tangan kanan Vince menjangkau payudara Mae dan memainkan sesuka hati dan memilin putingnya hingga mengeras.

Penis Vince belum dicabut dari liang vagina Mae. Bahkan pusaka arogan itu masih tetap tegang meski terdiam tanpa bergerak.

Mae masih memakai sepatu high heels warna merah marunnya, menambah seksi penampilan dia. Andai ini adalah sebuah syuting film porno, pasti Mae sangat menggugah penontonnya.

"Mae... Kau cantik..." puji Vince blak-blakan usai mereka saling melepas pagutan bibir masing-masing.

Mae tertunduk malu-malu. "Terima kasih, Vince. Kaupun sangat tampan, membuat aku sangat beruntung saat ini." Suaranya lirih seolah ia masih gadis lugu yang sedang mengakui perasaannya pada pria yang dia puja.

"Aku juga beruntung menemukan kau malam ini." Vince mengelus pipi Mae sedangkan tangan satunya masih asyik pada payudara gadis itu. Vince suka payudara Mae. Terasa sangat pas. Tidak terlalu besar menjijikkan dan juga tidak terlalu kecil. Sangat nyaman diremas.

Seperti milik Ruby.

Arrghh! Vince rasanya ingin meraung marah jika teringat pada Ruby. Perempuan itu begitu tega membuang dia, tega menorehkan luka paling dalam di hati Vince seumur-umur dia pernah mengenal cinta.

Kesal akan Ruby, Vince dorong tubuh Mae kembali rubuh di atas meja, dan kini kaki Mae tidak lagi di meja, namun sudah berpindah di lengan kokoh Vince.

Vince menghantamkan penisnya kuat-kuat pada vagina Mae hingga gadis itu menjerit-jerit. Vince tak perduli apakah Mae menjerit kenikmatan atau menjerit sakit.

Ia bagai kesetanan lampiaskan amarahnya pada Mae.