Statusnya kini sudah resmi menjadi istri. Dia memegang akta nikah dengan Sean yang di mana pria itu masih terlihat sangat asing baginya. Tidak da keinginan bagi Gwen untuk bertanya lagi karena sekarang dia memang sudah sah menjadi istri. "Malam ini kau akan langsung ikut denganku, tinggal denganku,"
Raut wajah Markus terlihat sangat bahagia mendengar ucapan Sean yang mengajak Gwen untuk pindah malam ini juga. "Ah menantuku kau harus ikut dengan kami, lihat sekarang kau sudah resmi di keluarga Harvey. Itu artinya nama belakangmu juga akan berganti,"
Tidak akan pernah dia melepas nama itu. Sebab nama belakang Natali adalah nama ibunya. Dia tidak akan pernah menghilangkan nama itu sekalipun dia sudah menikah dengan seorang pria yang namanya masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia yang entah nomor berapa yang jelas Gwen pernah mendengarnya dari mulut Lucy langsung saat bicara.
Dia belum menceritakan ini kepada Lucy, belum ketahuan statusnya kini menjadi Nyonya Muda di keluarga Harvey yang sudah jelas bahwa begitu banyak orang yang ingin menjadi bagian dari keluarga ini.
Valeria tersenyum puas melihat kakak tirinya akhirnya pergi dari rumah.
Dia akan berkuasa dan bisa mengambil apa pun yang dia inginkan. "Ayah, jaga dirimua baik-baik! Aku pasti akan merindukanmu,"
"Tenang saja Gwen. Ayah akan sangat senang ketika melihatmu bahagia. Nanti malam barang-barangmu akan Ayah kirimkan ke rumah mertuamu,"
"Tidak perlu Tuan Marko, biarkan saja! Aku akan memenuhi segala kebutuhan Gwen. Untuk pakaian dan apa pun itu. Aku pasti akan memenuhinya, karena dia sekarang adalah istriku," tegas Sean.
Valeria tercengang mendengar ucapan kakak iparnya itu. Bagaimana mungkin pakaian mahal milik Gwen dibiarkan begitu saja. Karena gadis itu sangat senang mengoleksi pakaian mahal di lemarinya. Jadi akan menjadi kesenangan tersendiri bagi Valeria untuk mengacak isi lemari Gwen.
Bisa dibaca dengan jelas bagaimana bahagianya Valeria, "Jangan berpikiran untuk bisa mengambil barangku, Valeria!" ucapnya dengan dingin.
"Ayo masuklah! Aku sangat lelah, aku ingin istirahat," tukas Sean tanpa peduli dengan ucapan Gwen barusan.
Wilona menggandeng tangan Gwen untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah putriku! Suamimu menunggumu di dalam mobil," Sean yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil sambil menyilangkan kakinya dan duduk dengan begitu santai serta melipat kedua tangannya di depan dada.
Sean mengerutkan kening menatap Gwen yang sepertinya ada masalah pribadi dengan Valeria. "Dia sungguh adik tirimu?"
Gwen yang baru saja menaikan kaca jendela mobil menoleh ke arah Sean. "Iya, kenapa?"
"Tidak ada, aku hanya melihat dari gerak matamu dan juga bisa menilai langsung bahwa kau dan dia adalah dua orang yang saling bermusuhan. Apa aku benar?"
Gwen tidak akan menyalahkan, tapi dia tidak ingin jika urusannya diikut campuri oleh orang lain. "Sampai di rumah, kau harus menuruti semua perintahku. Ayahmu sudah menyerahkanmu padaku bukan? Dan lihat bagaimana pernikahan megah kita terjadi, bahkan kau dengan bodohnya tidak mengundang temanmu?"
Andai dia mengundang Lucy, maka akan menjadi sebuah kehebohan yang tidak akan pernah berakhir.
Suara notifikasi ponselnya berbunyi beberapa kali.
Gwen sialan
Kau keparat
Tega sekali kau tidak mengundangku. Aku kebetulan berada dijalan dan melihat tayangan live tentang pernikahanmu. Kau mengkhianatiku, Gwen.
Baru beberapa detik yang lalu dia membicarakan mengenai Lucy, baru saja dia mendapatkan serbuan chat dari teman baiknya mengenai pernikahan yang memang tidak ada yang tahu tentang kabar itu. Akan tetapi tiba-tiba saja begitu banyak media yang meliput. Suatu hal yang sangat disayangkan oleh Gwen adalah, dia tidak bisa menikah dihadapan ibu kandungnya. Harapannya telah pupus. Dia berharap bisa membahagikan perempuan yang entah di mana dia berada sekarang.
Sayangnya lamunannya hanya sampai di situ.
"Kau sedang mengantuk? Tidurlah! Aku bisa membuangmu nanti,"
Apa-apaan pria ini? Tadi dia mengatakan jika ingin bertanggungjawab. Tapi baru saja beberapa menit sudah mengata-ngatai Gwen dengan seenakjdiat.
Dia telah tersadar dari lamunanya kemudian melihat ke arah Sean yang sudah resmi menjadi suaminya itu. "Apa ada kata yang lebih sopan saat bicara denganku?"
"Apa aku harus menghormatimu?"
Perasaan kesal Gwen mulai terasa. "Tentu saja, karena aku adalah istrimu,"
"Nyonya Muda Gwen, jangan terlalu mudah berkata demikian. Kau hanya belum tahu betapa kesalnya aku dengan pernikahan ini. Hanya karena Ibu yang memaksaku untuk menikah denganmu, aku menjadi menurutinya dan harus menikahi perempuan sepertimu,"
Perempuan sepertimu? Bukankah itu terlalu kasar bagi seorang pria mengatakan hal itu kepada perempuan? Harusnya bisa menjadi lebih sopan lagi dbandingkan dengan hanya bisa berucap kata kasar seperti tadi.
Gwen harus menyiapkan dirinya yang nanti entah apa yang akan terjadi kepadanya di kediaman Tuan Harvey. "Kau akan menjadi istriku dan kau harus patuh, Nyonya Muda Gwen," sindir Sean.
"Apa yang harus aku lakukan?" dengan manik matanya yang begitu indah dia sempat bertanya demikian untuk memastikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi.
Dia menghela napas panjang. "Aku ingin kau menjadikanku prioritas utama. Kau harus menjadi istri yang baik dan bisa hormat kepada suami. Jaga baik namaku, karena kau menikah bukan dengan pria biasa. Kau menikah denganku, dengan seorang Sean Harvey, jangan berharap ada perlindungan jika kau berulah. Aku tidak akan melakukan hal konyol itu untuk membelamu,"
Pindah dari satu neraka ke neraka lainnya yang sepertinya ada hawa lain dari keluarga Tuan Harvey ini. "Sebelum kita pulang, kita harus pergi ke rumah sakit terlebih dahulu,"
Rumah sakit? Siapa yang sakit? Pikiran Gwen mulai berkecamuk tentang ini. Mungkinkan Sean sudah punya istri yang sedang koma?
"Jangan pikirkan hal aneh tentangku!"
Baru saja dia hendak berpikir seperti itu tapi sudah dilarang oleh Sean.
"Kau harus ke dokter kandungan. Ibu sudah membuat janji, kata Ibu kau harus suntik HCG agar kau cepat hamil,"
Matanya melotot ke arah Sean. "Apa? Apa kau akan melakukan hal itu untukku?"
"Aku tidak bisa menolak, ini permintaan Ibuku, Gwen. Aku tidak akan pernah melanggar apa yang dia ucapkan. Satu kali dia bicara, aku akan menghargainya. Perintahnya agar kau dan aku cepat punya anak, maka dia menyarankan aku untuk mengajakmu melakukan hal tersebut agar meningkatkan kesuburanmu dan kau bisa cepat hamil,"
Pria ini benar-benar gila. "Apa kau sudah gila, Sean? Kau pernah menyentuhku? Bagaimana kau tahu tingkat kesuburanku?"
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Aku tidak mau suntik itu, kau pikir tidak sakit,"
"Rasanya seperti digigit semut,"
Gwen masih tidak bisa percaya dengan hal itu. "Aku tidak akan melakukan hal itu, Sean,"
"Kau harus berhadapan dengan Ibuku,"
"Apa kau begitu taatnya?"
Sean merasa sedang dilawan oleh istrinya sendiri. "Tom, langsung pulang ke rumah!" perintah Sean kepada sopir yang sedang mengemudikan mobilnya itu.
Sepanjang perjalanan tidak ada sama sekali percakapan dari Sean sampai mereka tiba di salah satu rumah yang membuat Gwen menelan salivanya. Rumah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan rumahnya.
Jika diperhatikan, ini bukan seperti rumah. Lebih tepatnya seperti Istana.