"Eh.. Apa yang kalian lakukan di sana," ucap Salsa menunjuk tepat ke arah Alan dan Lia. Dia mengerutkan keningnya dengan tatapan tajam berjalan ke arah mereka.
Lia, tersenyum semringai, melirik ke arah Alan. Sembari berbisik pelan. Entah apa yang di katakan Lia dan Alan. Salsa semakin mengerutkan keningnya. Berjalan semakin cepat.
"Eh.. Tari aku gak sengaja melihat kamu dan David." jelas Alan beralasan.
"Iya, tadi pintu kamar kamu terbuka sedikit. Eh.. Siapa tahu akan terjadi hal yang menggairahkan." ledek Lia dengan senyum tipis menggoda.
Salsa berhenti tepat di depan Lia. Menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri.
"Em.. Maaf sebelumnya." Salsa mencoba merendahkan suaranya. Sembari tersenyum paksa di hadapan mereka.
"Apa... kalian.. gak mau pergi sebentar!" lanjut Salsa, menarik dua ujung biburnya, dengan alis yang tertarik ke atas bersamaan.
Lia acuh tak acuh pada Salsa. Ia memutar matanya malas. Memegang lengan Alan dengan tangan kiri memegang pipinya. "Sayang.. Bukanya kita akan pergi kencan." ucap Lia pada Alan. Mencoba merayu kekasihnya di depan David dan Salsa yang tidak hentinya pandangan matanya menatap ke arahnya.
Pikiran Lia dan Alan hanya ingin membuat hati mereka bergerak sedikit. Untuk bisa lebih dekat. Atau hanya jalan berdua nantinya.
"Kamu gak pergi?" tanya Alan pada Salsa. Tatapan matanya terlihat sangat berbeda dari laki-laki lainya. Seakan ada perasaan yang tersembunyi darinya.
"Sayang! Kenapa kamu diam.. Kamu gak mau keluar denganku." ucap Lia menguntupkan bibirnya. Melepaskan pegangan tangannya. Memalingkan tubuhnya dengan ke dua tangan bersendekap.
"Kak, bawa tuh istri kamu keluar. Biar bibirnya tidak kayak bebek."
Salsa mengerjapkan matanya. "Apa kamu bilang? Bebek? Enak ajak.. Kau lebih cantik dari pada bebek.." umpat kesal Salsa. Tatapan tajamnya bukanya membuat Alan takut. Dia semakin tertawa melihat bibirnyanyang semakin maju.
"Kalian berdua sama, sama-sama kayak bebek." ledek Alan beranjak pergi menahan tawanya melangkahkan pergi dari kamar Salsa.
"Apa yang kamu katakan, Alan..." teriak Lia menoleh dengan ke dua tangannya mengepal. Wajah Salsa dan Lia seakan bertanding menahan amarah. Seketika langsung berlari keluar mengejar Alan.
Sedangkan David hanya diam. Ke dua katanya tak lepas menatap Salsa yang sudah pergi menjauh darinya.
Dasar wanita. Kalau lagi marah sama saja.. Tapi unik juga..
***
Di pantai yang membentang luas dengan hamparan pasir putih yang mengelilingi birunya air pantai. Air yang tenang, dan jernih membuat pemandangan indah tersendiri. Alan berarti menampakkan kakinya di pasir putih, ke dua kakinya terjingkat-jingkat di saat tak sengaja menginjak kerang laut.
"Aw---." rintih Alan, menjatuhkan tubuhnya tepat di atas pasir. Sembari menatap wajah salsa dan Lia yang terlihat unik di saat dia marah. Mereka berlari menuju ke arahnya.
"Eh.. Lihat saja ya, kamu yang hilang aku dan Salsa kayak bebek. Tapi hari ini kamu yang akan jadi bebek berenang." ucap Lia, berdiri tepat di depan Alan. Wajah laki-laki itu tak terlihat takut sama sekali. Dia meraih tangan Lia, menariknya hingga terjatuh tepat di atasnya. Jemari tangannya menyilakan rambutnya di belakang telinga, kemudian mengusapnya lembut.
"Sepertinya aku salah tempat," sambung Salsa, memalingkan tubuhnya. Dengan sigap David menarik tubuh Salsa masuk dalam dekapannya. Menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang miliknya.
"Jangan melihat kemesraan orang lain." ufap David, membawa tubuh Selsa pergi dari hadapan Alan dan Lia.
Salsa mengangkat kepalanya, menatap bingung wajah David yang kini entah kerasukan apa dia nampak sangat serius.
"Aku ingin ajak kamu jalan-jalan."
Wanita berambut hitam pekat itu melebarkan matanya. Alis hitamnya sedikit mengkerut. Memutar bibirnya tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.
"Apa kamu yakin?" tanya Salsa memastikan.
"Memangnya tampang aku terlihat tidak menyakinkan,"
"Iya," jawabnya.
Salsa mengedip-ngedipkan matanya dengan kepala sedikit mendongak menatap David yang memang jauh lebih tinggi darinya. Telapak tangan laki-laki itu mengusap lembut ujung kepalanya. Membuat wajah Salsa merah malu.
"Diamlah! Dan ikuti kemana aku pergi."
"Emm.. Oke." Salsa mengangguk-anggukan kepalanya.
"Tetapi.. apakah kamu bisa lebih.. Em.. Jauh sedikit."
David menunduk ke bawah. Ke dua mata mereka saling bertemu satu sama lain.
"Oke." jawab singkat David. Dia mendorong tubuh Salsa menjauh darinya. Tubuh kurus Salsa seketika terpental 3 langkah di depan David.
"Udah," ucap David jutek.
"Iya.. Tapi.. Apa kamu tidak bisa sedikit sopan denganku."
"Apa aku kurang sopan?"
"Kamu terlalu kasar."
"Itulah aku. Kalau kamu gak suka. Menjauh dariku."
Salsa berdengus kesal, menggertakkan giginya menahan emosi yang mulai memuncak.
Gimana bisa laki-laki di sampingnya selalu membuat dia geram dan kesal. Salsa mengangkat kepalanya sedikit, dengan tatapan tajamnya tertuju para ke dua mata David yang datar tak menatap ke arahnya.
"Udah jangan diam saja, cepat jalan. Kalau tidak aku tunggal."
"Tinggal aja, lagian aku bukan anak kecil yang hilang gak tahu jalan pulang kalau kamu tinggal."
"Emang kamu sudah dewasa?" tanya David, mendekatkan wajahnya dengan badan sedikit menunduk. Tangan kanannya meraih dagu Salsa menarik sedikit ke atas.
"Enggak, aku masih remaja. Belum dewasa seperti kamu."
"Aku masih belum dewasa." ucap David, melepaskan dagu Salsa. Melangkahkan kakinya satu langkah ke depan.
"Kamu hanya anak kecil bagiku. Dan seterusnya akan seperti itu. Ingat itu!" tegas David tanpa menatap ke arahnya.
Salsa mengerutkan keningnya. Memberikan bekas kerutan tipis di dahinya. Menarik bibirnya sedikit ke atas, lalu memutarnya kesal.
Ih.. Dasar nyebelin.. Kenapa dia bilang aku anak kecil. Memangnya dia siapa? Laki-aki dewasa yang pemikirannya kayak anak bayi. Eh.. Tapi emangnya anak bayi bisa berpikir.. Emm. Entahlah.. Tapi pokoknya dia seperti itu.
Salsa menghentikan kakinya kesal berjalan di belakang David. Dia hanya diam memegang dengan tangan saling berpegangan, tepat menggantung di di depannya. Wajahnya tertunduk lesu. Menatap ke dua kakinya melangkah ke depan. Ia menganggukkan kepalanya sembari bernyanyi lirih dalam hatinya, menikmati lagu dalam senandungnya.
Tanpa sadar David menghentikan langkahnya. Salsa yang berada di belakangnya tak bisa menarik langkahnya lagi. Membuatnya menubruk punggung belakang David.
"Aw--" rintihnya, mengusap dahinya.
"Apa kamu tidak bisa bicara kalau mau berhenti."
"Makanya jangan di belakangku," jawab David tanpa menoleh sedikitpun.
Salsa menghela napasnya. Ia menciba menahan emosinya. Ingin sekali menumpuk wajahnya.
"Oke.. Aku jalan di depan," ucap Salsa melangkah kakinya lebih dulu, menabrak keras bahu kiri David dari samping tanpa rasa bersalah dia berjalan mendahuluinya.
Rasain tuh, emang enak. Salah sendiri cari gara-gara denganku. Sekarang aku ingin membuat kamu merasakan emosi.. Aku ingin tahu seberapa besar emosi kamu yang katanya paling menakutkan.. Apa lebih menyeramkan dari pada harimau kelaparan.