Chereads / Menikahi Ceo / Chapter 28 - Bertemu pacar dia?

Chapter 28 - Bertemu pacar dia?

Setelah hampir satu jam berjalan di pentai. Tanpa saling tegur sapa.satu sama lain. David memutuskan mengajak Salsa untuk pergi ke suatu tempat. Dan dengan senang hati wanita itu menerimanya. Dan kebetulan dia sangat lapar. Dan berharap David akan memberikannya makanan nanti.

David mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang. Menuju ke sebuah restauran mewah tepat di pinggiran pantai tak jauh dari vilanya.

Sampai di sebuah restaurant terdekat dari vila miliknya. David dengan senang hati membuka pintu untuknya. Namun, ada yang berbeda daei David. Wajahnya benar-benar terlihat sangat datar. Membuat Salsa merasa aneh dan sekaligus tambah kesal dengannya. Sekali saja dia tidak pernah menunjukan wajah penuh senyuman padanya. Atau setidaknya menunjukan gigi putihnya itu.

"Boleh tanya?" ucap Salsa memulai pembicaraan lebih dulu.

"Tanya apa?" David menoleh sekilas. Lalu menarik tangan Salsa dalam memeluk erat lengannya berjalan ringan menampakkan kakinya masuk ke dalam restauran mewah dengan pemandangan pantai yang nampak begitu indah terlihat dari atas. Suara derasnya ombak laut terdengar begitu jelas, di iringi hembusan angin pantai yang menusuk tulangnya.

Salsa menunduk. Dia mencoba menimang-nimang apa yang jngun di katakan. Ingin rasanya berbucara semua. Tapi hatinya merasa maju mundur untuk bertanya.

"Kenapa diam?" tanya David heran.

"Emm... Aku..."

"Kamu kenapa?" potong David cepat, menatap wajah Salsa yang tertunduk. Dia memegang dagunya, sedikit menariknya ke atas.

"Kenapa kamu sedikit manis padaku?"

"Karena kamu istriku. Kamu dan aku harus terlihat manis di depan semua orang. Jangan sampai ada yang tahu, jika kita hanya pura-pura." jelas David, melepaskan dagu Salsa. Dia menarik tangannya, merapikan bajunya dan berjalan lebih dulu masuk ke dalam restauran.

Apa aku salah tanya itu. Kenapa wajah dia terlihat sangat berbeda.. Ah.. Ya, begini nasib aku harus menikah dengan laki-aki super duper dingin dan nyebelin.

Salsa menghentakkan kakinya, berjalan dengan langkah cepat mengikuti kemana David melangkah. Hingga langkah laki-aki itu berhenti tepat di lantai dua hembusan angin pantai terasa menetap rambutnya. Hingga menghalangi pandangan matanya melihat sosok David duduk dengan seorang wanita.

Wanita berwajah oval itu berjalan cepat, menarik kursinya, dan duduk tepat di samping David.

Bibirnya mungil wanita itu semakin manyun ke atas. Melihat sosok wanita yang ada di depannya. Iya, dia adalah Dea pacar David yang sudah duduk di samping kirinya. Dengan ke dua tangan memegang tangan David.

Salsa mengepalkan tangannya, menahan api yang ingin membakar seluruh restaurant itu.

Ingin rasanya mencakar rambut wanita di depannya. Atau menyobek baju wanita tak tahu malu itu. Dia mencoba menahan amarahnya. Dan berpikir lebih dewasa dan cerdik lagi untuk bisa dekat dengan David. Meski dia belum dapat jawaban aslinya. Kenapa dia ingin dekat dengan laki-laki nyebelin seperti David.

"Eh.. Ada pacar kesayangan David," ucap Salsa terus terang. Dirinya tak malu lagi untuk memanggil David dengan sebutan namanya. Meski terlihat tak sopan baginya.

"Apa kamu tidak pernah sekolah,"  saut Dea, melirik dengan tatapan sinisnya.

Salsa terkekeh kecil, menarik ujung bibirnya. "Bukanya anda sudah tahu. Jika saya masih bersekolah." jawabnya sopan sedikit mengejek.

"Oh.. Iya, tapi sekarang kayaknya kita perlu beri tahu dia saja." ucap Dea, menatap tajam.

"Dan, lebih baik anak kecil seperti kamu pergi dari restauran ini."

"Siapa anda? Tidak ada yang bisa memerintah istri dari tuan David." Salsa menarik ujung bibirnya sinis.

"Aku adalah calon istrinya."

"Jangan berbangga diri jadi calon istri. Dan sekarang masih tetap calon, sedangkan aku adalah istri sah-nya." ucap Salsa tanpa rasa takut. "Dan jangan berbangga diri dengan sebuah khayalan yang belum tentu jadi kenyataan."

Dea menggertakkan giginya, darahnya mulai merangkak naik sampai ke ubun kepalanya. Dia beranjak be4diri dan, brakkk...

Dia menggebrak meja dengan ke dua tangannya. membuat semua mata tertuju padanya. Menatap dengan wajah bingung penuh tanda tanya.

"Jangan macam-macam denganku."

"Kenapa? Aku memang anak kecil, tapi aku tidak pernah takut sama sekali denganmu. Dan aku hanya mempertahankan suamiku."

Dea mengepalkan tangannya kesal, hembusan napasnya seakan penuh emosi membakar seluruh penjuru restauran itu.

"Lihatlah, yang kamu bilang kekasih kamu saja dia tidak menganggap kamu. Dia hanya diam tidak sedikitpun terbesit dalam.pikirannya untuk membela kamu." lanjut Salsa semakin menyalakan api kemarahan pada diri Dea.

"David... Kenapa kamu diam saja." pelik Dea kesal menatap David yang hanya diam menundukkan wajahnya dengan telinga tajamnya yang mendengar jelas pertengkaran mereka. Tetapi dalam hati dia merasa senang dengan Salsa yang sudah berani melawan.

"Sayang.. Apa benar yang dia katakan. Apa kamu tidak perduli denganku lagi?" tanya Dea meninggikan suaranya.

David menghela napasnya. Dia mengangkat kepalanya menatap wajah Dea dan Salsa bergantian.

"Duduklah, lebih baik makan dan tidak usah berdebat jika kalian ingin makan denganku." ucap penuh percaya diri David, melirik ke arah Salsa. Dan Dea yang melihat lirikan David pada Salsa semakin membuatnya kesal. Ia berusaha menahan emosinya, menarik napasnya dalam-dalam, menahannya, lalu menghela napasnya perlahan. Dan beranjak duduk mencoba menenangkan hatinya dari sifat cemburu.

Salsa tertawa dalam hatinya. Dia merasa senang kali ini kedudukannya 1:0 dengan Dea. Dan hari ini entah kenapa David melihat ke arahnya dan lebih memilihnya dari pada kekasihnya yang murahan itu.

Sekarang aku adalah wanita utama dia. Enak saja berani melawan aku. Aku memang anak kecil tapi jangan bilang kalau otakku seperti anak kecil. Kamu salah, Dea.

Tak lama masakan yang di pesan David datang. Dengan cepat Salsa menyambutnya. Perutnya yang dari tadi keroncongan, sudah tak sabar lagi menyantap makanan yang ada di depannya. Seketika dia menelan ludahnya susah payah saat melihat begitu banyaknya makanan di atas meja depannya.

"Pasti kamu tidak bisa makan, makanan seperti ini."

"Kamu bicara denganku?" tanya Salsa tanpa menatap wajah Dea. Ke dua tangannya dan ke dua matanya sibuk dengan.makanan di depannya. Sementara David hanya diam, sembari tersenyum samar menatap Salsa yang begitu ganasnya saat melihat makanan di depannya.

Dia mulai makan begitu lahapnya tanpa perdulikan tatapan jijik dan sinis dari wajah Dea di depannya. Baginya dia hanyalah angin lewat yang sangat iri padanya.

Dasar menjijikkan. Dia seperti tidak pernah makan sama sekali. Gumam Dea merasa jijik melihat tatapan wajah Salsa saat makan. Seakan tidak pernah makan 1 minggu. Berbeda dari David, dia mengambil tisu untuk Salsa memberikan padanya.

"Buat apa?"

"Buat bersihin bibir kamu?" ucap David.

"Oo.. Iya, makasih!" Salsa menarik ke dua sudut bibirnya, tersenyum paksa. "Tapi tidak usah!" Ia melirik tajam ke arah Dea. Di balas dengan tatapan tajam olehnya. Seakan aroma percikan api pertikaian menyala di antara ke dua mata mereka.