Wanita cantik itu berjalan masuk, sekilas ia melihat Salsa berdiri di depan pintu. Suasana nampak meneganggangkan ke dua mata mereka beradu ketajaman. Wanita itu berjalan mendekati salsa.
" Hai.. kenalkan aku Amelia, panggil saja aku Lia" Sapa Lia mengulurkan tangannya dengan senyum hangat perkenalan pertama mereka.
Salsa awalnya mengira jika Lia itu orang yang akuh, jutek, sombong, namun ternyata dia berbeda. Dia lebih ramah, sopan dan fleksibel dari pada lelaki di belakangnya itu, yang sangat nyebelin.
Salsa membalas uluran tangan Lia, dengan mengeluarkan semua jurus senyum manisnya. Yang tak kalah dari Lia.
" Aku lia...eh bukan maksud ku, aku Salsa " Ucapnya tiba-tiba agak latah. Melihat kecantikan Lia dari dekat membuat ia tak bisa berkutik untuk berhenti menatapnya. Pantas saja Alan tergila-gila dengannya. Selera lelaki itu ternyata tinggi juga, gumamnya.
Lia tertawa kecil, " kamu lucu juga ya?" Ucap Lia menutup mulutnya dengan tawaan kecil keluar dari mulutnya.
" He..he.. kamu cantik sampai aku kagum memandangmu. Kalau aku laki-laki pasti juga jatuh cinta padamu " Gumam Salsa.
Salsa terlihat sangat akrab kali ini dengan Lia. Padahal ia baru saja bertemu beberapa menit. Melihat ke akraban mereka Alan beranjak pergi masuk ke dalam Vila lebih dulu. Ia merasa sangat bosan mendengarkan celotehan wanita yang tak hentinya, Ada saja hal yang di bahas.
" Bisa saja kamu Sa" Ucap Lia menepuk bahu Salsa. Lia juga asyik orangnya dia sangat ramah pada semua orang. Namun hanya orang pilihan dia saja. Lia kuliah jurusan psikolog, ia tahu semua orang yang menurutnya baik bisa di percaya atau tidak. Daei segi penampilan dan raut wajahnya sangat berbeda.
Jika ada orang yang berteman dengannya memandang status dia, ia lebih terlihat sombong dan angkuh. Bahkan saat berbicara menghina lawan jenis langsung pedas seperti sambal mentah di telan langsung.
" oya ayo kita masuk" Salsa mempersilahkan lia untuk masuk. Mereka asyik berbincang hingga Lia lupa dengan Alan tadi. Namun lia tak perduli lagian Alan juga tak akan mungkin pergi jauh darinya. Meski terpaut 2 tahun dengannya, sih. Alan lebih muda dari pada Lia.
" Oya kenapa kamu bisa suka sih sama Alan yang super nyebelin itu" Ucap Salsa memutar bibirnya seolah merasa sangat kesal dengan Alan.
Alan yang berada duduk tak jauh dari mereka, mendengar ucapan Salsa.
" Wanita itu..." Alan berdengus kesal kali ini.
" Apa wanita itu mau caru masalah denganku, lihat saja nanti" Gumam Alan lirih. Dengan mata melirik tajam ke arah Salsa.
Salsa pun juga menyadari lirikan tajam Alan. Namun ia semakin mengejeknya, seraya tak perduli dengan tatapan tajam Alan padanya.
" hmzz, jadi gini aku tuh kenal dia waktu di kampus, dia juniorku dulu. Bahkan dia dulu tuh bandel banget waktu ospek. Sampai aku berkali-kali marahin dia hukum dia. Dia semakin menjadi bandelnya. Aku juga pernah siram dia pakai bak berisi air, sampai dia marah besar padaku. Namun lama kelamaan entah kesambet apa dia tiba-tiba menyatakan cinta di depan semua anak di kampus" Ucap Lia seramah mungkin dengan Salsa.
Alan terlihat kesal dengan mereka berdua, yang diam-diam membicarakannya di belakang.
Salsa tertawa kecil,
" Pasti lucu gimana ekspresi dia saat kamu siram tu" Ucap Salsa dengan nada keras. Ia tak berhenti tertawa membayangkan bagaimana ekspresi Alan waktu itu.
Alan terdiam, ia beranjak dari duduknya. Menuju ke arah di mana mereka berdua ngerumpi bersama.
" Apa kalian belom selesai bicaranya" Ucap Alan dengan nada kesalnya.
" Apaan sih kamu ganggu aja" Salsa mendorong tubuh Alan yang berdiri di depannya.
" shiit..." Gumam Alan sangat kesal.
" Sudah duduk dulu lagian kita kan jalan-jalannya nanti" Ucap Lia. Kali ini mereka berdua benar-benar membuatnya sangat kesal.
Tit..tit...
Suara klakson mobil menghentikan pembicaraan seru para wanuta itu.
Salsa terdiam seketika, " Apa itu Devid?" Ia bertanya dalam dirinya. Dengan segera salsa berlari masuk ke dalam kamarnya, mencoba menghindar dari Devid.
" Udah aku tunggal dulu, kalian bersenang-senanglah" teriak salsa yang sudah menaiki anak tangga sangat cepat seolah di kejar hantu yang menakutkan.
" Kenapa dia?" Tanya lia, ia bingung dengan Salsa yang tiba-tiba pergi saat mendengar suara klakson mobil.
" Entahlah" Ucap Alan.
Ia segera menarik tangan kekasihnya itu jeluar dari Vila sejenak. Alan sudah tahu akan terjadi sebuah cek cik mulut antara Devid Dan salsa.
" kita mau kemana?" Lia semakin bingun, lan menariknya keluar lagi dari Vila.
" Aku akan menunjukanmu pemandangan indah" Alan mencoba mencari alasan. Namun ia dari raut wajahnya ia tak nampak jika itu alasan. Alan sangat ahli dalam menyembunyikan kebohongannya.
Devid turun dari mobil sport berwarna hitam itu, ia menatap sekilas Alan dengan Kekasihnya. " Tu anak benar-benar selera tinggi, pintar cari wanita cantik " Batin Devid.
Tak mau memandangi mereka lama, Devid segera mencari salsa. Kali ini ia sangat geram dengan ulahnya. Yang membuat ua harus telat dalam rapat tadi.
" Salsa kamu di mana?" Teriak Devid berlari masuk ke dalam Vila. Ia berhenti sejenak menatap sekelilingnya.
" Kemana dia?" gumamnya. Ia sudah tak bisa menahan rasa kesalnya.
" Pasti dia di kamarnya" Aron tersenyum samar. Beranjak menuju kamar Salsa. Lelaki itu mencoba membuka pintu kamar Salsa namun ternyata, pintunya di kunci.
" Salsa kamu keluar gak, aku tahu kamu di dalam" Teriak Devid menggedor-gedor pintu kamar Salsa.
" Salsa kalau kamu gak mau keluar aku akan mendobrak pintumu"
" Gimana nih..." Salsa terlihat panik. Ia berjalan mondar-mandir dengan menggigit jarinya.
Salsa terdiam. Ia mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlalu panik. Ia menarik napas, mengeluarkan perlahan, mengumpulkan semua keberaniannya untuk membuka pintu.
Wanita itu menyeret kakinya berjalan menuju ke pintu kamarnya.
Di sisi lain, di balik pintu Devid sudah bersiap untuk mendobrak kamar Salsa. Namun tiba-tiba pintunya terbuka sendiri, membuat Devid terjatuh tepat di atas tubuh Salsa. Dengan ke dua tangan tak sengaja memegang dada Salsa.
Mata mereka saling memandang satu sama lain. Salsa terdiam, seperti ada yang aneh di dadanya. " Ah.. apa yang kamu lakukan" Salsa mendorong tubuh Devid menjauh darinya.
" jangn cari kesempatan memegangku" Gumam salsa ia sangat kesal, mencoba menutupi dadanya dengan ke dua tangannya.
Salsa yang masih duduk di lantai, Devid mendekatinya, menarik dagu Salsa untuk menatapnya. " Apa yang kamu katakan?"Ucap Devid mendekatkan wajahnya. Desiran napas mereka saling berpacu satu sama lain.
Sebuah kecupan bibir lembut membuat Salsa tak bisa berkutik sama sekali.
" Plakkk. " tamparan keras mendarat ke pipi kanan Devid.
Devid beranjak berdiri, ia memegang pipinya, senyum semringai di wajahnya menahan sakit yang bisa di bilang gak terasa sakit.