Chereads / Menikahi Ceo / Chapter 2 - Masuk ke Dalam Istana

Chapter 2 - Masuk ke Dalam Istana

"Bawa dia masuk dalam mobil" pungkas David Morgan penerus dari keluarga Morgan. Sifatnya sangat dingin dan angkuh. Ia tidak pernah tersenyum sama sekali. Bahkan dengan wanita pun ia hanya menatap tajam seolah acuh. Tatapanya sangat tajam membuat semua yang berbisnis dengannya membuat pikir pikir dua kali saat mereka ingin menolak untuk bergabung.

Dan kini Ia terpaksa harus menikah secepat mungkin agar keluarganya memberikan seluruh warisan padanya. Salah satu syarat bagi keluarga Morgan jika mau mengambil hak warisnya maka dia harus menikah lebih dulu.

Ia juga Berencana untuk mendahului adiknya. Dan dia ingin menikah lebih dulu meski hanya untuk pernikahan pura-pura. Jika sudah mendapatkan keinginannya maka semua selesai. Karena dia juga sudah punya calon istri yang paling dia cintai. Dan dia belum siap menikah dengannya. Jadi lebih baik memilih menikah dnegan orang lain, tanpa harus putus dengannya.

Morgan group sebuah perusahaan besar di Indonesia dengan berbagai usaha yang berkembang meliputi perusahaan elektronik, makanan perhotelan restauran dan bahkan apartemen mewah di sana. Perusahaan Yang meraih banyak keuntungan dari pasar sahamnya yang terus melonjak naik.

Permainan pasar saham yang di mainkan David membuat perusahaannya semakin berkembang pesat ke penjuru dunia. Dia benar-beenar pembisnis sangat handal dari pada ke dua adiknya yang terlihat begitu jauh kemapuannya di bandingkan dia. Namun sifat angkuhnya tak mau kalah membuat peseteruan dengan adik adiknya semakin kuat.

Ia sangat tidak suka orang tuanya selalu menjakan ke dua adiknya dan selalu memberi apa yang mereka inginkan.

----

"Kalian mau membawaku kemana?" Salsa mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman erat dua pengawal yang duduk di sampingnya.

"Jangan memegangku aku bisa duduk sendiri." Ucap Salsa dengan nada tinggi. Namun tak di gubris oleh dua pengawal di sampingnya.

Salsa mengerutkan bibirnya menatap tajam ke arah Devid yang duduk di depan.

"Ech kamu tuan muda yang terhormat. Jangan seenaknya culik orang aku bisa laporin kamu ke polisi." Pungkas Salsa dengan nada penuh emosi.

Bagaimana tidak emosi dia belum sempat bilang pada Ibunya saat ia pergi tadi. Takutnya nanti ibunya mencari dia kemana mana. Yang ada dalam fikiran Salsa kini hanya adik dan ibunya nanti bagaimana nasib mereka saat ia tinggal.

David tidak melirik sedikitpun ke arah Salsa. Bahkan ia tak menggubris segala ucapan yang terlontar dari mulut Salsa yang tak ada hentinya.

Wajah datar itu tidak membuat Salsa sama sekali takut dengannya. Dia berusaha untuk terus bicara padanya. Meski tahu tidak akan dapat jawaban.

" Eh tuan Muda, apa kamu gak bisa ngomong" umpat kesal Salsa. Merasa tidak di hiraukan perlahan Salsa mulai memberanikan dirinya menatap tajam ke arah David.

David menoleh, wajahnya semakin menakutkan saat tatapan tajam bagai elang memusuk pandangannya.

"Bisa diam gak," bentak David meninggikan suaranya. Mrbungkan mulut Salsa seketika. Membuat wanita itu bergidik takut. Salsa hanya diam seketika dengan sekujur tubuh terasa kaku melihat tatapan mengerikan dari David yang muncul dari bola mata laki-laki di depannya.

Seolah percikan api kemarahan keluar dari matanya. Salsa menutup rapat mulutnya. Ia tak berani berkutik lagi, ia hanya menundukan kepalanya agar tak menatap tatapan mengerikan dari Devid.

Hingga hampir 30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah istana megah milik keluarga morgan lengkap dengan deretan mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Di sinilah tempat berkumpulnya semua keluarga morgan berada di dalam.

Salsa yang sebelumnya tak pernah tahu bagaimana cara hidup di rumah mewah seperti itu. Bahkan dia juga tak begitu tahu gimana krhidupan di dalam nantinya. Akankah sedamai saat ia tinggal di rumah kecil miliknya. Atau malah sebaliknya. Apa lagi ini sebuah penculikan. Ia tidak mau harus menikah dnegan orang yang tak ia kenal sama sekali. Bahkan ia ingin melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi nantinya.

"Cepat bawa dia turun," pungkas Devid dengan nada datarnya. Ia beranjak turun dari mobil. Dengan gaya merapikan jasnya ia beridir tegap dengan langkah perlahan menuju ke ointu utama rumah itu.

"Selamat datang tuan.." sambut para pelayan yang berbaris menyambut kedatangan Devid dengan kompak menundukkan badanya.

Devid hanya datar melihat sambutan itu. Ia berjalan masuk lebih dulu ke dalam rumah megah di depannya.

Dua pengawal menarik tangan Salsa membuat ia meringis kesakitan.

"Jangan pegang tanganku. Aku bisa jalan sendiri," pekik Salsa kesal, menarik tangannya yang terasa sudah sangat panas terus di cengkram dari tadi oleh dua pengawal sialan itu.

Salsa dengan langkah sangat hati hati berjalan masuk ke rumah megah. Ia sangat gugup masuk ke dalam rumah kekuarga morgan. Apalagi baru kali ini ia merasakan menginjak kakinya di sebuah istana besar.

Dengan penuh keraguan ia mencoba masuk. Devid sudah menunggunya di ruang tamu, dengan segenap keluarga besar keluarga Morgan. Bahkan semua sepupu dan adik kandungnya semua berkumpul di suatu ruangan tersebut dengan pandangan mata tertuju pada gadis kumel dengan baju sekolah yang terlihat sangat kusut tak terawat.

Serta rambut yang terlihat berantakan. Membuat orang tua David hanya menelan ludah menggelengkan kepalanya tak percaya melihat gadis pilihan David yang begitu buruk. Bahkan mereka tak menyangka selera David sangat rendahan seperti itu. Mereka mengira David menggandeng calon dari keluarga kaya. Namun hanya sampah yang terlihat di depannya.

David memang sengaja membuat orang tuanya kecewa. Karena mereka yang memaksanya untuk segera menikah agar bisa melanjutkan jadi pewaris dari keluarga Morgan. Karena memang sejak awal tak ada persyaratan sama sekali dari pihak orang tua David. Mereka hanya menyuruhnya untuk menikah saja. Tidak ada pilihan dari keluarga manapun syarat dia untuk nikah.

"Kenapa kalian diam?" Ucap Devid dengan nada datarnya.

"Apa itu gadis pilihan kamu,," pungkas ayah David yang duduk bersandar di sofa.

"Apa kalian tidak setuju dengan pilihanku?" tanya David yang masih terlihat sangat dingin.

Dengan perasaan terpaksa ayahnya hanya menganggukan kepala pada Devid, jika ia setuju saja dengan pilihannya. Bagaimanapun itu sudah keputusan Devid dia sangat keras kepala tidak mungkin bisa melarangnya dengan mudah. Dan hanya akan menimbulkan perselisihan di antara ayah dan anaknya sendiri.

"Baiklah jika smeua setuju. Selama 1 minggu dia tinggal di sini untuk sementara " ucap David membuat pengumuman pada anggota keluarga lainnya. Yang dari tadi hanya diam meskipun ia sangat jijik melihat penampilan gadis kumel itu. Bahkan dekat dengannya saja sepertinya tak sudi.

Mereka terpaksa mengiyakan semua keputusan dari David. Bahkan untuk mengucak kata menolak saja mereka seakan tak bisa.karena mereka tak mau di usir dari rumahnya.

"Kalian cepat siapkan kamar khusus untuknya. Dan bawa baju baju baru untuknya. Sekalian semua kebutuhannya termasuk alat make up dan dll... segera kamu bawa ke kamarnya." Ucap David pada para pelayannya yang memang ada beberapa berdiri di belakang keluarganya.

"Baik tuan!" jawab para pelayan yang mulai mengerjakan tugasnya masing-masing.

"Kamu sini?" David memanggil Salsa yang dari tadi menunduk berdiri di belakangnya. Ia tak mau menunjukan wajahnya sama sekali saat pertama dia menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Dengan tubuh yang mulai bergetar ia menyeret kakinya masuk berjalan menghampiri David.

"Perkenalkan diri kamu," pinta David mencengkram erat ke dua bahu Salsa membuatnya meringis kesakitan.

Salsa memejamkan matanya, menarik napasnya dalam-dalam, menahannya, lalu mengeluarkan secara perlahan. Dia mencengkeram ujung bajunya, menghilangkan rasa gugup dan gemetar menghadapi keluarga menakutkan di depannya. Seakan dia menghadapi sebuah hal mengerikan dalam hidupnya. Masuk ke dalam kandang keluarga singa.

Dalam taru tatikan napasnya, Salsa membuka matanya mencoba untuk tidak gugup.

"Perkenalkan aku Salsa. Dan aku masih berumur 17 tahun masih sekolah SMA di Antartika" Ucap Salsa Lirih dengan kepala terus menunduk ke bawah.

"Tatap ke depan jangan menunduk" bisik David dengan nada mengancam membuat ia bergidik ketakutan. Salsa segara mendongakkan kepalanya mengumpulkan semua keberaniannya menatap semua keluarga David yang berkumpul di depannya. Sekujur tubuhnya sangat gemetar melihat tatapan seolah tak suka dari keluarga mereka. Entah mereka akan mau menerima Salsa atau tidak.

Pandangan terlihat berbeda dari adik David yang sepertinya menyambutnya dengan senyuman. Dan adik paling bungsunya seolah acuh tak acuh padanya. Ia sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Pelayan sini.." David memanggil pelayan yang berdiri jauh di belakangnya.

"Iya tuan." jawab pelayan itu menunduk.

"Bawa dia masuk ke dalam kamarnya dadani dia agar tak terlihat kumel lagi. Habis itu bawa dia turun aku hanya beri waktu kamu 30 menit," pinta Devid yang mulai menatap jam berwaran perak di pergelangan tangannya.