Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

AIKO

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉPena_aQuina
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.5k
Views
Synopsis
Saat Logika tidak lagi dipertanyakan. Keputusasaan seorang pemuda yang menyadari semakin menipisnya orang baik di bumi, maka ia menciptakan sebuah hasil karya yang ia buat dengan sepenuh hati dan berharap akan mampu merubah hidup ini. Kevin pemuda yang harus menutupi kepribadian aslinya untuk menjaga kerahasiaan profesi orang tuanya. Atau ia harus rela untuk di incar oleh bahaya jika sampai identitas keluarganya terbongkar. Karena kesepian ia menciptakan sebuah robot yang bisa jadi teman sekaligus media penelitiannya tentang kepribadian wanita. Berhasilkah ia menaklukkan putri kampus atau akan ada cerita menarik antara Kevin dan robot ciptaannya? Bagaimana juga nasib kehidupan bumi ke depan? apakah akan dipenuhi orang yang krmbali baik atau akan hancur? Satu lagi, siapakah Aiko sebenarnya? Dari mana ia berasal?
VIEW MORE

Chapter 1 - Kesan Pertama

Layaknya kampus pada umumnya, seperti itu juga suasana di kampus elit kota A, para mahasiswa berseliweran di setiap penjuru kampus.

"Lihat pemuda aneh itu, dia sangat kuno. Penampilannya saja sangat tidak menarik, celana panjang bahan, kemeja kotak-kotak, kaca mata tebal berlapis-lapis dan iyuuuh ... kawat giginya itu. Ampun deh ... aku sih amit- amit punya cowok kayak dia" kata Viola.

"Yakin lo?" tanya salah seorang sahabatnya.

"Hei, mana ada putri kampus yang berpasangan dengan makluk abstral. Ngomong yang bener dikit dong!"

Viola gadis tercantik di salah satu kampus ternama di kota A, gadis yang menjadi idola setiap pemuda di kampus. Viola merupakan anak orang kaya yang orang tuanya menjadi salah satu pemegang saham di kampus tersebut, kehidupannya sangat mewah dan apa pun keinginanya dapat terealisasi dengan mudah. Itu penjelasan singkat tentang hidupnya yang selalubia gembar-gemborkan.

"Hati-hati La, jangan- jangan suatu hari nanti kamu malah jatuh cinta sama tuh pemuda culun, hahaha" kata salah satu teman satu gangnya.

"Aduh duh ... kira- kira dong bercandanya, kayak nggak ada pemuda lain aja di kampus" kata Viola yang menganggap omongan temannya itu adalah hal yang sama sekali tidak mungkin akan terjadi.

Pemuda yang dibicarakan oleh Viola si putri kampus itu sedang berjalan menuju perpustakaan sambil menggendong tas ranselnya di punggung. Saat pemuda tersebut berjalan melewati pinggir lapangan basket tanpa sengaja sebuah bola basket melambung tinggi dan jatuh tepat menimpa kepalanya dengan cukup keras.

Pemuda tersebut jatuh roboh ke lantai, bahkan kaca matanya terlepas dari tempatnya. Pemuda tersebut sedikit kesusahan mencari kaca matanya, ia meraba-raba lantai dengan mengandalkan penglihatannya yang kabur. Akhirnya ia mampu menemukanya dan segera memasangkannya kembali ke depan mata minusnya yang sudah kelewat tidak normal. Astaga, kaca matanya sedikit retak membuat pandangannya yang sudah tidak normal menjadi semakin bermasalah.

"Hei, kalau jalan pake mata dong. Sudah pakai cermin berlapis-lapis juga masih saja pakai mata kaki kau jalannya. Dasar pemuda antik, seharusnya kau ini sudah dimusiumkan, hahaha" kata salah satu pemuda pemain basket, Alex namanya.

Alex juga salah satu dari putra pemegang saham di kampus tersebut, kampus elit di jaman kehidupan serba modern, semua teknologi sudah mengalami banyak kemajuan pada tahun 3t050 ini. Contohnya para pemuda pemain basket ini, mereka bermain basket dengan mengenakan sepatu pegas, tidak perlu banyak tenaga yang di keluarkan untuk satu pertandingan basket, sebab para pemain telah menggunakan sepatu canggih yang hanya dengan di hentakkan mereka mampu meloncat dengan mudah tanpa mengeluarkan tenaga.

"Apa lihat- lihat? Mau nantangin kau?" tantang Alex. "Pergi sana ke kutub, dasar pemuda purba" kata-kata Alex penuh hinaan setiap melihat Kevin.

Ya Kevin, pemuda yang dibilang unik, aneh, culun dan apalah kata-kata merendahkan yang diberikan untuk Kevin oleh penduduk kampus elit kota A. Jangan salah sangka, karena penampilanya yang kuno membuat Kevin selalu di cemo'oh. Sebenarnya Kevin ini juga salah satu putra dari pemegang saham kampus elit tersebut, hanya saja karena ia enggan berpenampilan seperti kebanyakan mahasiswa membuatnya selalu di bully.

Orang tua Kevin merupakan seorang ilmuwan, ia bekerja untuk negara. Mengerjakan proyek robot pengganti tenaga manusia untuk melakukan berbagai pekerjaan berat umat manusia. Orang tua Kevin adalah pasangan yang penuh cinta kasih, tidak seperti kebanyakan orang berpendidikan yang mempunyai ambisi besar yang tidak menggunakan kepintarannya dengan benar hingga dikuasai oleh keserakahan dan kesombongan.

Yudha dan Yuni adalah kedua orang tua Kevin, keduanya sama-sama ilmuan yang bekerja untuk negara. Mereka berdua ini selalu menanamkan pendidikan kepribadian yang baik sejak kecil kepada Kevin dan hidup sederhana meski mempunyai kecerdasan pikiran.

"Heh! Malah bengong, cepat minggir. Kita mau main basket lagi nih, mengganggu saja kau kutu buku!" Umpatan demi umpatan terus keluar dari mulut busuk Alex.

Kevin hanya diam dan mengepalkan tangannya tanpa mampu berbuat lebih. Ia lalu pergi begitu saja tanpa bersuara. Bagi Kevin tidak ada gunanya meladeni orang-orang dengan isi kepala seperti siput, toh hanya akan buang-buang waktu Kevin saja.

'Dasar manusia tidak berguna, kalian hanya memenuhi kuota bumi saja' gerutu Kevin dalam hati.

'Biarlah mereka berbicara sesuka hati, Bunda selalu mengajarkanku agar selalu bisa mengendalikan diri, saat kamu telah pandai mengendalikan dirimu sendiri maka selanjutnya akan mudah bagimu untuk mengendalikan orang lain. Ingat jika semuanya berawal dari hati nurani dan menjalar menjadi satu kesatuan yang utuh yaitu individu yang baik. Itu lah yang selalu bunda katakan' pikir Kevin.

Kevin berjalan dengan langkah tegas menuju jalan ke arah perpustakaan hingga badannya menabrak seseorang.

"Aduh! Punya mata nggak sih lo??" kata Viola mengusap jijik badanya, takut ada kuman yang menempel.

"Sorry" kata Kevin dengan sudsah payah mengeluarkan suaranya.

Detik berikutnya ia terperanga kagum menatap kecantikan Viola yang seolah bagai sang Ratu kecantikan, tubuhnya yang aduhai seksi membuat jiwa lelakinya mencuat hebat.

"Astaga, kyaa! Si manusia purba. Iiiyuuuuh OMG!" Viola lalu mengeluarkan sprei anti kuman dan disemprotkan pada kulit tubuhnya. "Amit-amit ih ayo kita pergi dari sini" kata Viola mengajak dua orang teman yang sedari tadi mengekorinya.

Kevin hanya membeku di tempatnya sambil memandang Viola yang semakin lama menghilang dari pandangannya.

***

Malam hari di kamar Kevin ...

Sudah menjadi hal biasa bagi Kevin berada di rumah seorang diri, ia bahkan sudah terbiasa di temani oleh berbagai asisten robot yang diciptakan oleh orang tuannya untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan menyediakan kebutuhan Kevin.

Di sebelah kamar Kevin terdapat sebuah ruangan lagi yang akses masuknya dari kamar Kevin itu sendiri. Sejak kecil Kevin sangat menyukai sains yah seperti kedua orang tuanya. Orang tuanya tidak pernah melarang apapun yang dipelajari oleh anaknya, hal sekecil apa pun sebab mereka sangat mendukung penuh keinginan putra semata wayangnya itu.

Kevin tengah tekun mengerjakan proyeknya kali ini, ia sedang membuat robot yang sangat mirip dengan manusia bahkan ia memilih geder perempuan untuk ciptaanya tersebut. Kevin berencana menggunakan hasil karyanya tersebut untuk berbagai penelitian tentang perempuan. Ia menggunakan segala imajinasinya tentang gadis sempurna untuk robotnya itu, bahkan ia mengisi inti pikiran robotnya dengan segala kebaikan seperti attitude yang selalu diajarkan oleh orang tuanya.

Kevin sangat prihatin dengan para gadis jaman sekarang, menurutnya sangat arogan. Walau pun ia mengagumi kecantikan Viola, ya hanya kagum karena nyatanya Viola adalah gadis yang mines attitudenya. Sangat sulit mencari gadis baik-baik dan juga pemuda baik-baik di jaman sekarang ini.

"Ah sedikit lagi, mungkin satu minggu lagi selesai. Aku hanya tinggal minta bantuan Ayah dan Bunda untuk menyempurnakannya" monolog Kevin sambil tersenyum bangga memandang robot di hadapannya yang berwajah cantik.

"Semoga nanti Aku tidak akan kesepian lagi, kau bisa menjadi temanku. Andai saja Aku bisa berpenampilan seperti pemuda lain dan tidak harus menutupi identitas keluargaku, mungkin aku sudah mempunyai banyak teman" kata Kevin lagi.