"Apa?" Kevin sedikit terkejut. " Ehmm maksudku, aku mahasiswa lama hanya saja kau terlalu populer dan mungkin saja tidak melihatku karena begitu banyak pria yang mendekatimu" Kevin tertawa canggung.
Viola sekali lagi mengerutkan keningnya, ia nampak berpikir keras. Tidak mungkin aku sampai melewatkan pria setampan ini, meski banyak pria yang mendekatiku. Seharusnya pria ini tetap akan terlihat bersinar di mataku. Tapi it's oke, mungkin memang aku yang kurang teliti.
"Kalau begitu maafkan aku yang tidak menyadari kehadiranmu sejak awal. Tapi aku pastikan, kita akan menjadi dekat mulai sekarang" Viola menyentuh paha Kevin dengan manja. "Bolehkan?" katanya mengerling genit.
"Ehmm tentu" kata Kevin sambil menggeser duduknya, menjauhi tangan nakal Viola. Meski pesona gadis ini sangat Wow, tapi ini bukan hal yang biasa bagi Kevin. Ia tidak pernah tersentuh wanita selama ini, selain ibunya sendiri dan Aiko pagi tadi.
Aiko bergidik, ia merasa jijik dengan setiap ucapan yang keluar dari mulut Viola. Semua terdengar palsu di telinga Aiko.
Viola berhasil bertukar nomor ponsel dengan Kevin itu Hal pertama yang selalu Viola lakukan jika ingin mendapatkan mangsanya. Sudah menjadi rahasia umum jika Viola pasti mampu mendapatkan hati para pria tampan di kampus. Spesial untuk Kevin, dia harus mendapatkan dengan cara tepat karena ini bukan untuk menjaga imagenya semata sebagai putri kampus, tetapi juga karena hatinya sudah terpatri untuk Kevin. Ini kali pertama Viola sangat menginginkan seorang pria.
Aiko merasa tidak tahan lagi, ia menggebrak meja meluapkan sebagian amarahnya lalu pergi begitu saja. Hal tersebut membuat Kevin harus mengikutinya. Kevin takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aiko adalah seorang robot yang baru saja tercipta, Kevin tidak mau ada kesalahan sistem yang mampu membuatnya dalam bahaya.
"Maaf, tapi aku harus pergi" kata Kevin seraya meninggalkan Viola.
"Kev, tunggu!" Viola berusaha mencegahnya tapi sia-sia. "Ugh! Kesel deh."
"Iya tuh, nyebelin. Sok jual mahal tuh Kevin."
"Ssttt, bukan Kevin yang nyebelin. Tapi tuh yang cewek, sok deket-deket sama Kevin."
"Oh, nanti kita pikirkan cara menyingkirkan gadis itu. Sekarang pesan makan dulu yuk? Lapar nih" kata Sinta.
"Iya nih, Aku juga sudah lapar" tambah Sindy.
"Hah! Kalian ini makanan terus yang dipikirkan. Ingat, jaga berat badan. Penampilan itu sangat penting bagi kaum hawa" omel Viola.
"Iya, tapi kalau kelaparan terus menerus bisa jadi kurus dong. Nggak cantik juga kali" protes Sindy.
"Ok, ok. Cepat pesan. Bertambah pusing kepalaku mendengar rengekan nggak jelas kalian."
"Hehehe, nah gitu dong."
Sementara itu Kevin mengejar Aiko. Kevin meraih pergelangan tangan Aiko, kemudian menariknya paksa agar ia berhenti.
"Kau ini kenapa? Pergi begitu saja, kalau terjadi sesuatu padamu bagaiman?"
Aiko tersentuh mendengar ucapan Kevin barusan. Ia tidak menyangka bahwa Kevin dalam waktu singkat sudah begitu memperhatikannya.
"Kau mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja, kau ini masih baru. Lingkungan ini pasti masih asing bagimu. Kalau sampai kau tersesat bagaimana?"
"Aku ini robot canggih, mana mungkin tersesat. Aku bisa dengan mudah mengetahui keberadaanmu."
"Ngomong-ngomong tentang itu, aku masih tidak habis pikir jika kau ini benar-benar hasil karyaku. Semua ini sungguh tisyak masuk logikaku. Bagaimana bisa ada robot yang memiliki tubuh sempurna sepertimu, layaknya tubuh manusia pada umumnya."
"Kenapa? Kau meragukan hasil karyamu sendiri? Itu tandanya kamu tidak percaya diri. Ok, kalau kau masih tidak yakin. Kau boleh memeriksa tubuhku" tantang Aiko.
"Apa?! Uhuk uhuk!" Seketika wajah Kevin memerah.
Bisa-bisanya dia berkata seperti itu dengan santai. Apakah dia benar-benar robot? Tapi kenapa dengan tubuhnya? Ia nampak seperti manusia, bukan robot yang banyak sekrup di sekujur bagian tubuhnya. Haruskan aku benar-benar mengeceknya? Tapi itu berarti, aku harus melihat ... Ah, tidak! Kevin menggelengkan kepalanya, tidak kuat membayangkan apa yang akan dilihatnya untuk memastikan keraguannya itu.
"Kenapa? Kau pasti tidak berani melakukannya, bukan?" Ledek Aiko.
"Hentikan! Jangan menggodaku dengan hal seperti itu" kata Kevin kepayahan mengendalikan wajahnya yang telah memerah.
"Ah, kau menggemaskan juga jika sedang seperti ini" Aiko reflek mencubit gemas pipi Kevin.
Beberapa saat kemudian, pandangan mereka berdua saling bertemu. Mereka sama-sama terpaku di tempat. Kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Aiko segera melepas cubitannya dan menjaga jarak.
"Ehm, sebaiknya kita pulang sekarang" ajak Kevin.
"Bagaimana kalau kita belanja dulu, biar kita bisa masak di rumah."
"Aku bisa belanja bahan makanan dari rumah."
"Lebih asik kalau kita belanja secara langsung. Kita bisa bebas memilih bahan makanan yang bagus. Sebaiknya mulai sekarang kau makan dengan cara yang benar. Aku akan masak untukmu. Tidak baik bagi benihmu, jika terus menerus makan makanan instant."
Benih katanya? Argh gadis ini selalu bisa membuatku tersipu malu. Batin Kevin.
"Dari mana kau tau kalau aku sering makan makanan cepat saji?" Kevin mengeryitkan dahinya.
"Ermm, bukankah Aku ini robot pintar yang tau segalanya?"
Kevin menyipitkan matanya, memastikan bahwa Aiko tidak sedang berkata bohong kepada dirinya.
"Sudahlah, ayo. Kelamaan kalau kebanyakan berpikir" Aiko menarik tangan Kevin.
Mereka berdua pergi untuk berbelanja bersama. Ini pertama kalinya bagi Kevin pergi berbelanja secara langsung. Selama ini Kevin selalu belanja via online. Benar kata Aiko, belanja secara langsung nyatanya lebih menyenangkan. Mereka segera pulang ke rumah setelah selesai berbelanja. Sesampainya di rumah Aiko langsung membawa bahan makanan menuju ke dapur dan mulai memasak.
Lagj-lagi Kevin dibuat takjub dengan cara Aiko memasak. Ternyata Gadis tersebut sangat ahli dalam bidang memasak. Itu terlihat dari caranya mempersiapkan bahan masakan dan caranya memasak. begitu makanan siap, mata Kevin dimanjakan oleh tampilan makanan yang menggiurkan, seketika salivanya mengucur deras tidak sabar untuk segera mencicipi makanan tersebut. Semua makan terasa enak di mulut Kevin, hari ini lidahnya benar-benar dimanjakan.
"Uhmm, rasanya aku akan cepat bertambah berat badan. Jika terus seperti ini."
"Tidak masalah. Itu memang tugasku."
Kevin memandang Aiko, menanti penjelasan ucapannya barusan. Namun, Aiko sepertinya tidak berniat memberikan penjelasan. Maka dengan cuek Kevin melanjutkan makannya.
Ya, tugasku adalah memastikan bahwa kamu akan menjadi pria yang pantas. Kata Aiko dalam hati.
Hari berikutnya, Kevin dan Aiko menjalankan rutinitas mereka di kampus. Kali ini Viola lebih terang-terangan mendekati Kevin, bahkan dengan jelas ia mengatakan jika tertarik terhadap Kevin. Viola begitu licik hingga mampu memanipulasi keadaan. Viola menempel terus kepada Kevin. Hingga tidak memberi kesempatan bagi Kevin dan Aiko bersama.
Aiko sengaja memberi ruang, agar Kevin bisa menentukan keinginan sebenarnya. Aiko ingin melihat, seberapa jeli Kevin mampu menilai orang lain.
"Kita lihat saja, seberapa tahan Kevin terhadap sikap Viola. Apa nanti ia masih akan memujanya? Setelah ia tau seperti apa aslinya gadis itu" gumam Aiko yang terus mengawasi Kevin dari kejauhan.
Entah apa yang diucapkan oleh Viola sehingga Kevin begitu menuruti setiap ucapannya. Kevin lebih terlihat seperti boneka yang bisa di kendalikan oleh Viola. Meski Kevin terlihat kaku, tapi dia tidak memberikan penolakan yang berarti atas sikap manja Viola.
Akankah Kevin berhasil bersama dengan Viola seperti keinginanya selama ini atau akhirnya Kevin menyadari jika Viola bukanlah gadis yang tepat untuknya?