Chereads / AIKO / Chapter 3 - Perhatian Viola

Chapter 3 - Perhatian Viola

Mata Kevin bersinar melihat siapa makhluk yang sudah menabraknya. Kevin segera membantunya untuk berdiri. Diluar dugaan sang putri kampus yang biasanya bersikap tidak ramah kepadanya hari ini mendadak berubah 360 derajat.

Viola, gadis yang selalu diimpikan oleh Kevin, berharap dirinya bisa dekat dengan gadis tersebut.

Viola menatap kagum Kevin, mulutnya ternganga menatap ketampanan Kevin yang belum pernah bersinar selama ini. Ketampanan kevin selalu tertutup oleh kaca mata tebalnya yang sedikit kuno dan pakaian kemeja kotak-kotak longgar yang menjadi baju kebesarannya selama ini.

Hari ini sama sekali tidak ada cacat sedikitpun dari penampilan Kevin, semua terlihat sempurna dimata Viola itulah mengapa gadis tersebut betah menatap Kevin berlama-lama.

"Viol!" salah seorang sahabatnya menepuk bahunya, menyadarkan Viola dari kekagumannya terhadap penampilan baru Kevin.

"Apaan sih lo? jaga image dikit dong, liatin Cowok sampai segitunya. Ya, walau memang tampan sih" kata Sindy.

Viola tidak mendengar seutuhnya kata sahabatnya itu, ia berlanjut mengulurkan tanganya ke arah pemuda tersebut.

"Viola" katanya memperkenalkan diri.

Kevin terlonjak, ia tidak menyangka Viola memperkenalkan diri secara resmi, dan dia yang mulai duluan. Secepat kilat Kevin mau menjabat tangan Viola tapi segera dihentikan oleh Aiko. Aiko menarik tangan Kevin dan membawanya pergi.

"Ayo pergi! Kita akan terlambat" kata Aiko tanpa bisa di bantah.

Kevin merasa tidak enak hati kepada Viola, tapi cengkraman tangan Aiko sangat kuat. Sementara itu Viola sangat kesal, ia merasa dipermalukan. Tidak butuh alasan dan waktu lama, Viola langsung menetapkan gadis yang bersama Kevin ke dalam bully list dia.

"Lihat saja, aku akan membuat perhitungan atas sikapmu ini" gumam Viola.

"Cari penyakit tuh cewek!" ucap Sinta.

"Tapi aku baru kali ini melihat gadis itu, sepertinya dia orang baru." tambah Sindy.

"Ah iya, aku berpikir seperti itu juga tadi. Gadis itu terlihat asing. Wah jangan-jangan dia mahasiswa baru. itu lebih mudah bagi kita untuk menindasnya" Sinta tersenyum licik.

"Bagus, aku akan mengambil perhatian Cowok tadi dan kalian urus gadis itu" kata Viola.

"Ehemm ada yang menemukan mangsa baru nih" Sinta dan Sindy main mata.

"Hei, barang bagus mana boleh dilewatkan begitu saja."

"Lalu, Alex bagaimana?"

"Ermm buat cadangan kali ya?" Viola tertawa kecil.

"Ah, kalau begitu buatku saja" sambut Sindy kecentilan.

"Hey, emangnya dia mau? Kau pikir dia barang yang mudah berpindah-pindah tangan?" Sindir Sinta.

"Opsh, terserah kalian saja. Aku sudah tidak peduli dengan Alex. Tugas buat kalian, selidiki cowok tampan tadi dan hemm gadis itu juga. Hah! Aku muak melihat wajah gadis itu, sok cantik. Padahal masih cantik diriku kemana-mana kan?" kata Viola membanggakan diri.

"Tentu Princess" kata Sindy dan Sinta bersamaan.

"Ok, ayo ke kelas. Dosen akan mogok ngajar jika tidak melihatku" gaya Viola selangit.

"Hahaha, tentu Princess" dua dayang itu siap sedia jadi backing vocalnya, Astaga.

Di kantin, saat Kevin sudah selesai mengikuti dua kelas. Perutnya sudah keroncongan karena pagi tadi tidak sempat sarapan. Semua itu gara-gara gadis ini, dia datang tanpa diundang.

Diam-diam Kevin mengamati gerak-gerik Aiko, tidak ada sedikitpun tanda-tanda jika dia itu adalah robot. Aiko sangat sempurna, bila benar dirinya itu adalah robot. Kevin sejak tadi memperhatikan setiap inci dari diri Aiko. Semuanya terlihat seperti manusia pada umumnya, kemungkinan dirinya sendiri yang akan dianggap gila jika sampai membuat pernyataan kalau Aiko itu adalah robot ciptaannya.

"Kenapa memandangku seperti itu? Tidak pernah lihat gadis cantik ya?" kata Aiko santai sambil terus melahap makanannya.

"Aku rasa kita perlu bicara saat sampai rumah nanti. Banyak pertanyaan yang akan aku tanyakan kepadamu."

"Ok, tidak masalah. Aku sudah menduga kau akan melakukannya. Aku siap kapan pun kau mau bicara."

"Heh, gadis aneh. Apa benar kau itu hasil karyaku? Aku ..." ucapan Kevin segera di potong oleh Aiko.

"Kalau untuk hal itu, sebaiknya kita bicarakan dirumah. Kalau kau tidak mau dianggap gila."

Gleg! Dari mana dia tau? Ah apa ini hanya kebetulan? Tapi aku tadi memang berpikir kalau aku bisa disangka gila jika menyebutnya robot. Mana ada yang akan percaya. Tapi, jika ini bukan suatu kebetulan, berarti dia bisa tau apa yang sedang aku pikirkan? Apa karena bola inti pikiran itu, makanya pikiran kami seperti terhubung satu sama lain? Ah, tidak mungkin. Ini pasti hanya kebetulan. Aiko hanya berkata sesuai apa yang dipikirkan orang pada umumnya. Batin Kevin.

Aiko tersenyum tanpa diketahui Kevin. Ia merasa lucu dengan pria di hadapannya ini.

"Makan perlahan, kenapa kau terlihat seperti tidak pernah makan selama seminggu?" gurau Aiko.

"Entahlah, aku pun tidak tau. Aku merasa sangat lapar, sebenarnya sudah sejak jam perkuliahan awal tadi. Mungkin karena aku tidak sempat makan pagi tadi, tapi tetap saja aneh. Aku tak pernah selapar ini meski tak makan pagi. Kenapa ya?" Kevin berharap Aiko tau jawabanya.

Aiko tidak memberikan jawaban dia hanya menggendikkan bahunya. Tersenyum tipis lalu melanjutkan makan.

"Excuse me, tolong perhatiannya Princess mau bicara" kata Sinta seperti seorang moderator yang sedang mempersilahkan narasumber.

Aiko hanya tersenyum miring mendengar perkataan gadis itu. Ia bergeming, lalu melanjutkan makannya seperti tidak ada yang bicara.

Viola dan gang merasa kesal atas sikap tidak sopan Aiko. Baru juga Viola mau angkat bicara, tapi keburu Kevin menanggapinya. Maka ia melupakan sikap Aiko.

"Viola? Sorry soal tadi, aku terburu-buru" kata Kevin bersemangat.

"Ah no problem. Aku bisa ngerti kok. Sekarang kamu ada waktu kan buat aku?"

"Ya."

"Apa aku boleh duduk disini?" pintanya dengan nada khas yang dibuat agar terdengar imut.

"Tentu" jawab Kevin cepat.

Aiko langsung memberi kode tatapan tidak suka atas kehadiran Viola, sayang Kevin tidak peduli. Ia cukup kesal karena tadi tiba-tiba Aiko menariknya pergi. Padahal selama ini Kevin selalu menunggu kesempatan untuk bisa dekat dengan Viola.

Aiko benar-benar merasa tidak nyaman, ia menangkap hal yang tidak baik dari aura yang ditimbulkan oleh Viola. Udara di sekitar berubah panas setelah kedatangan tiga gadis ini. Kalau bukan karena menjaga Kevin tentu Aiko memilih untuk pergi dari tempat itu.

"Apa kita bisa mengulang perkenalan kita yang tertunda tadi? Aku Viola, penduduk kampus ini menyebutku Princess Viola" katanya diakhiri senyum angkuhnya.

"Aku Kevin" katanya sambil menyambut uluran tangan Viola, terasa halus dan lembut kulit tangannya. Itu baru kulit tangannya, entah bagimana rasanya bagian lain. Ah pikiran mesum Kevin timbul. Ia merasa menjadi pria sejati saat ini. Tidak seperti hari-hari sebelumya saat ia harus menutupi penampilannya.

"Kevin?" Viola mengerutkan keningnya. "Mahasiswa baru ya?" katanya kemudian.

Ah, Viola tidak menyadari transformasi Kevin. Bagaimana kalau ia tahu yang sebenarnya?