Pagi ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya, cahaya matahari tetap bersinar terang di pagi hari memberikan kehangatan. Ya kehangatan. Tapi ini sedikit terasa lain bagi Kevin. Ia merasa ada sesuatu yang terasa hangat memeluk tubuhnya, seperti kehangatan yang sering diberikan oleh ibunya sewaktu dirinya kecil. Kehangatan dari pelukan seorang ibu yang sangat ia rindukan. Semenjak Ayah dan ibunya bekerja untuk pemerintah, mengerjakan penelitian yang cukup rumit membuatnya sangat kekurangan waktu bersama kedua orang tuanya.
Pagi ini entah mengapa dia merasakan pelukan hangat yang dulu sering diberikan oleh ibunya tapi bagaimana bisa itu terjadi jika ibunya jarang pulang ke rumah. Kevin lambat laun sudah terbiasa tinggal seorang diri di rumah.
Arrggh pelukan ini semakin lama terasa menyesakkan tubuhnya. Kevin terbangun.
"Aaaaaa!!!" teriak Kevin tersentak dan bergeser ke sudut ruangan.
"Si-siapa k-kau?" katanya terbata-bata.
Seorang gadis cantik berambut panjang, berkulit putih mulus, berwajah bagai seorang peri tertidur manis di atas ranjang Kevin.
"Ba-bagun!" Kevin menyentuh kaki jenjang gadis tersebut menggunakan ujung jari kakinya.
"Huwaahh" gadis tersebut membuka lebar mulutnya dengan mata masih terpejam lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Baru kemudian membuka mata, bola matanya terlihat indah dengan mata cemerlang serta bulu mata yang lentik. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya dengan mempesona. Tidak ada keterkejutan diwajahnya melihat Kevin. Siapa gadis ini?
"Selamat pagi" kata gadis itu. Suaranya merdu. Sungguh sempurna gadis ini seperti tiada cacat sedikitpun. Jujur Kevin terpesona dengan gadis tersebut tapi segera ia buang jauh-jauh pikiran tersebut sebab Kevin merasa janggal dengan gadis ini.
"Si-siapa kau?" tanya Kevin masih dengan keraguan.
"Aku?" katanya manja sambil mendekati Kevin. "Aiko" katanya santai.
"Dari mana kau datang?" tanya Kevin terdengar aneh di telinga gadis tersebut.
Aiko tersenyum tipis, "jangan takut, aku akan menjadi penyelamatmu" katanya yang telah menyentuh rahang Kevin dengan jemari lentiknya.
"Penyelamatku?" Kevin benar-benar tidak mengerti dengan maksud gadis ini yang menyebut dirinya Aiko.
"Argh kau ini bagaimana? Bukankah kau sendiri yang telah menciptakanku?" katanya yang kemudian terduduk di tepi ranjang.
"Apa?!"
Wajah Kevin yang masih berantakan terkejut hebat, ia mengarahkan pandangan ke pintu ruangan di sebrang tempat tidurnya. Kevin lalu meloncat dari posisi nyamanya secepat kilat berlari ke arah ruang kerjanya. Proyekku! katanya dalam hati.
Aiko hanya mendengus jengah. "Tidak kusangka Tuanku sebodoh ini ya ya tapi masih untunglah dia berwajah tampan" Aiko bangkit dan mengikuti Kevin ke ruang kerjanya.
Kevin dibuat melongo setelah melihat meja eksperimenya telah kosong, robot yang ia jangkakan akan selesai seminggu lagi telah menghilang. Kevin lalu memutar balik tubuhnya dan memandang gadis asing itu lekat-lekat. Meneliti dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Berjalan perlahan mendekati gadis misterius di hadapannya.
"Kau ... Hasil karyaku? Tapi ba-bagaimana bi-bisa? K-kau h-hi-dup?" penyakit gugupnya muncul kembali, rasa tak percaya dalam pikiran Kevin.
"Ya, aku hidup. Seperti yang kau lihat" Aiko merentangkan tangan dan berputar.
Kakinya terkilir karena kurang hati-hati, nasib baik Kevin sigap menangkapnya. Kevin memeluk tubuh Aiko yang hampir jatuh, keduanya saling pandang. Ada perasaan aneh yang menyelinap di dalam hati Kevin, ini aneh karena Kevin merasa gugup saat berada di hadapan gadis ini. Gadis yang engah dari mana asalanya, jika benar dia ini hasil karyanya tapi bagaimana dia bisa hidup dengan penampilan sempurna layaknya manusia pada umumnya? Ini aneh, bahkan tidak dapat diterima oleh nalar seorang jenius seperti Kevin.
Gadis ini benar-benar nyata, ia sangat mirip dengan manusia pada umumnya. Ah bukan dia memang manusia karena tidak ada sedikitpun tanda yang menunjukkan bahwa dia ini adalah robot. Aku sendiripun tak percaya jika tidak menyaksikannya sendiri. Ingin rasanya tidak mempercayai kata-katanya tapi robot buatanku yang nyaris sempurna menghilang dan hanya ada gadis ini di dekatku sekarang, pikir Kevin dalam hati.
Sistem keamanan tempat tinggalku ini sangat canggih, karena orangtuaku sendiri yang merancangnya untuk melindungiku dari serangan orang-orang yang mungkin ingin mendapatkan karya orangtuaku.
"Hemm bisa lepas kan aku?" kata Aiko beberapa saat kemudian.
"Ah maaf" Kevin melepas pelukannya.
Bruk!
"Aww sakit, bisa pelan nggak sih? Bagaimana seorang pria bisa sekasar ini kepada seorang gadis."
"Sorry, aku tidak berniat seperti itu. Ehm jika benar kau hasil karyaku, jika kau ini robot? Bagaimana kau bisa merasakan sakit?" logika Kevin masih belum bisa menerimanya.
"Itulah hebatnya kau sang pencipta yang bahkan dirimu sendiri tidak bisa mendiskripsikannya." Aiko meraih kedua tangan Kevin lalu berkata dengan tersenyum. "Tanganmu ini sangat ahli dan menjadikan karyamu ini menakjubkan karena ..." Aiko menyentuh kening Kevin menggunakan jari telunjuknya. "Yang ada di dalam sini, begitu luar biasa dan di sempurnakan oleh ..." Aiko menurunkan tangannya lalu menyentuh lembut dada Kevin. "Hatimu yang tulus."
Kevin hanya bisa memandang gadis asing yang menyebut dirinya Aiko tanpa berkedip, mencerna tiap kalimat yang diucapkan oleh gadis tersebut.
"Kita masih punya banyak waktu untuk membahas ini semua. Sekarang kita harus bersiap untuk ke kampus atau kita akan terlambat."
"Kita? ke kampus? Ah maksudku, untuk apa kau ikut ke kampus?" tanya Kevin tidak mengerti.
"Belajar, aku juga akan kuliah di kampus yang sama denganmu. Aku juga akan membantumu mencapai misimu."
"Misiku? Apa?" Kevin kebingungan.
"Astaga, aku sedikit kecewa. Kenapa ruankunini menjadi sangat bodoh pagi ini? Baiklah Aku akan mengingatkannya, bukankah kau punya misi untuk mencari tahu kepribadian kaum hawa?" kata Aiko sabar menjelaskannya.
"Kau juga tau tentang hal ini? Bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa, bahkan Aku bisa membaca pikiranmu. Bagaimana kau bisa lupa, jika inti pikiranku ini kau yang buat dengan curahan pikiranmu setiap waktu? Apa kau juga lupa dengan bola inti pikiran?" Aiko menjeling manis.
Astaga, gadis ini sangat menarik dan misterius. Tapi aku senang dengan keberadaanya. Terima kasih untuk siapapun itu.
"Ya aku ingat dengan bola intu pikiran, itu menjadi benda favouritku beberapa tahun terakhir ini. Aku mencurahkan setiap harapanku dalam bola inti pikiran tersebut. Tapi Aku tidak tau dimana bola itu sekarang" Kevin menatap Aiko, berharap ia akan memberikan jawaban untuk pertanyaanya. Namun Aiko hanya tersenyum dan beranjak pergi menuju kamar mandi.
"Ayo bersiap, kita mulai kehidupan kampus yang sesungguhnya."
"Gadis menarik" gumam Kevin tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya.
Tiga puluh menit kemudian mereka telah siap. Aiko nampak modis menggunakan dress selutut berwarna tosca yang merupakan milik ibunya Kevin, rambut lurus sepunggung ia kuncir kuda dan mengenakan sepatu kets berwarna putih milik Kevin, untung mereka memiliki ukuran kaki yang tidak jauh berbeda. Sementara Kevin berpenampilan culun seperti biasanya.
"No! parah. Kau tidak boleh berpenampilan seperti ini lagi mulai sekarang. Kau ini tampan, kenapa harus menutupinya dengan penampilan lugu seperti ini? Jika alasannya karena orang-orang jahat yang mungkin punya kepentingan dengan orang tuamu, maka kau harus mengabaikannya. Ayolah, buat kehidupan masa kampusmu menjadi menyenangkan" protes Aiko.
Astaga, gadis ini sudah melebihi mama saja cerewetnya, parah. Apa aku akan tahan dengan sikapnya ini? Batin Kevin.
"Cepat ganti" Aiko mendorong tubuh Kevin ke depan lemari bajunya tanpa mempedulikan ekspresi bingung di wajah Kevin.
Sesampainya di kampus, Kevin dan Aiko yang berjalan beriringan menjadi pusat perhatian. Ekspresi takjub dari setiap mahasiswa yang berpapasan dengan mereka berdua membuktikan bahwa Kevin tidak bisa di anggap remeh sekarang.
Bruuk!
Seorang gadis cantik yang sering disebut ratu kampus menabrak Kevin di persimpangan jalan, untuk keadaan biasa dia pasti sudah mengomel bak bebek yang belum dikasih makan selama seminggu tapi hari ini berbeda. Sang ratu kampus ternganga melihat Kevin yang bak dewa yang baru turun dari langit.
Hemm Kevin sudah bertransformasi, dan lihat ada seorang bidadari yang akan selalu mendampinginya, Aiko. Yuk kita lihat para manusia bullying yang selama ini menganggap rendah Kevin.