Aku dan Andika tertawa dan merasa malu, karena Jo menegur kami berdua seperti sedang mengusir dua anak kecil yang menghalangi dirinya masuk.
"Hmmmm..... Nian... pilihan hidup mu ini sungguh diluar dari pemikiran kakak."
Aku bergumam dalam hati karena aku tidak pernah mengerti mengapa Nian mengambil keputusan ini.
Tetapi jika memang ini adalah keputusannya maka aku akan menghargai nya.
" Ayo Kak.. masuk !"
Andika menggandeng tangan ku, dan aku pun menurutinya kaki ku mulai melangkah masuk kedalam halaman sebuah Gereja tua peninggalan jaman Penjajahan Belanda, aku tersenyum disaat aku mendekati pintu gereja ini, namun hati ku juga sedih jika melihat kenyataan hidup yang diambil oleh Nian ini.