Abel yang dibuat kesal seharian tak bisa konsen bekerja. Ia tak berpikiran ia akan dikerjain di hari bertambah usianya. Ia lebih mementingkan emosinya karena tak bisa merayakan hari ulang tahunnya dengan suami tercinta karena sang suami menggantikan jadwal seniornya yang tengah menemani istrinya melahirkan.
Abel memutuskan untuk pulang kerumah dan beristirahat. Abel makin kesal karena macetnya jalanan kota Bandung. Berkali kali Abel mengumpat kasar karena orang-orang berlomba-lomba mengambil jalan untuk segera tiba dirumah. Emosi Abel makin memuncak. Ia merasa harinya tak ada yang berjalan lancar. Ia benar-benar harus segera tiba dirumah dan tidur.
Hampir satu jam bermacet macetan, akhirnya mobil Abel pun tiba dengan selamat di rumah. Ia membuka pintu mobil lalu menutup kembali dan berjalan dengan gontai masuk kedalam rumah. Ia melihat si bibi pengurus rumah menyapanya tapi ia malas membalas sapaannya. Abel tak menyadari jika si bibi kaget melihat Abel pulang lebih awal.
"loh si eneng udah pulang lagi?! Bibi belum masak neng." ucap si bibi was was.
"Gpp bi. Abel belum mau makan. Mau langsung istirahat aja. Bibi juga istirahat." ucap Abel sambil berjalan gontai menuju kamarnya. Si bibi pun kembali menyiapkan kejutan untuk Abel di dapur setelah memastikan majikannya tidak keluar lagi dari kamar.
Abel merebahkan dirinya diatas ranjang. Ia memejamkan matanya dan menutupnya dengan tangan. Sudah cukup ia bersabar menahan rindu kepada suaminya. Tapi entah mengapa ia begitu marah karena sang suami membatalkan acara pulangnya.
"Masa sih ngga peka kalo nanti malem aku ulang tahun?!" omel Abel. "Awas aja ya kalo berani pulang." ucapnya lagi. Ia memiringkan badannya menghadap jendela. Ia sangat merindukan Dito tapi apa mau dikata, suaminya tidak bisa pulang.
Tanpa sadar Abel pun tertidur dan terbangun pukul 7 malam. Ia pun keluar dari kamarnya. Ia celingak celinguk mencari si bibik tapu tak terlihat dimana pun. Ia sudah mencari cari di area rumah tapi tak ketemu.
"Loh si bibi kemana ya?" tanyanya bingung. Abel mengendikkan bahunya. Di meja makan sudah tersedia menu makan malam. Perutnya sudah keroncongan sejak pulang kerja tadi ia langsung tidur. Abel pun segera mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Abel sempat menonton TV tapi sepertinya tak ada yang menarik perhatiannya. Akhirnya Abel pun memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membuka aplikasi di handphone dan melihat pesan masuk. Tapi tak satupun pesan masuk dari suaminya selain tadi siang. Abel makin kesal. Ia akhirnya memutuskan tidur kembali.
Sementara itu, Dito dan teman teman yang lain mengendap endap mempersiapkan kejutan untuk sang istri. Mereka berlomba-lomba menyiapkan segala halnya sebelum pukul 00.00 wib. Masih ada lima menit menuju tengah malam. Dito sudah bersiap di depan jendela kamarnya dengan menenteng sebuah gitar. Ia menarik nafas berulang kali untuk mengusir rasa gugupnya.
Teman teman, keluarga termasuk bibi bersembunyi. Tinggallah Dito sendirian. Ia mengetuk ngetuk kaca jendela kamarnya. Tapi sayang tak ada yang terjadi. Ia kembali mengetuk kaca kamarnya lebih keras sampai akhirnya terdengar suara dari dalam kamar. Dito pun terus mengetuk sampai si pemilik kamar itu terbangun.
Dito langsung bersiap ditempatnya. Saat gorden kamarnya mulai terbuka ia mulai mengalunkan lagu spesial untuk istri tercintanya..
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku pada mu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang ku punya hanyalah hati yang Setia tulus padamu.
(Song by Admesh Kamaleng-Cinta Luar Biasa)
Abel terbelalak melihat sosok yang dirindukannya berada diluar jendela kamar tengah berdiri sambil bernyanyi dengan gitar. Ia masih syok dan merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Selamat ulang tahun sayang. I love you so much." ungkap Dito kepada istrinya. Ia kembali mengalunkan lagu milik Admesh tersebut.
Abel langsung berlari keluar rumah untuk menemui suaminya yang masih menyanyikan lagu indah itu untuknya. Begitu pintu depan rumah terbuka, Abel segera berlari dan masuk kedalam pelukan hangat suaminya. Ia menangis. Dito tertawa bahagia. Rencananya membuat kejutan untuk istrinya pun berhasil.
"Happy b'day sayang." bisik Dito sambil mengelus rambut panjang istrinya. Abel semakin mempererat pelukannya di leher Dito. Ia masih menangis. Tak lama semua orang pun keluar memberikan kejutan. Abel semakin menangis terharu melihat orang-orang yang disayangnya kumpul semua disana untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunnya.
Ada ayah, teteh, abang ipar, mama & papa mertua, Brandon, Friska, Maria, Farhan serta bibi di rumah semuanya berkumpul. Friska dan Maria menyodorkan kue yang sudah ada lilinnya. Abel menutup mata sejenak memanjatkan doa yang terbaik bagi dirinya dan keluarga kecilnya. Lalu setelah itu meniup lilin.
Dito memeluk dan mencium mesra istrinya. Begitu juga Abel. Ia sangat merindukan suami tercintanya. Jadi Abel terus memeluk Dito dengan erat. Tak ingin berjauhan dengan sang suami.
***
"Apaan sih bikin kejutan kejutan segala. Mana ngeselin dulu lagi." ucap Abel kesel tapi bahagia.
"Sengaja. Hehe..." ucap Dito sambil cengengesan.
"Ih ngeselin."
"Biarin yang penting kejutannya sukses. Seneng ga yank?!" tanya Dito sambil membelai wajah istrinya.
"Seneng lah siapa yang ngga seneng. Tapi kesel juga iya." Dito tertawa.
"Ada ada aja deh. Selamat ulang tahun sayangku, istriku, ibu dari anak anakku. Tak ada doa yang sempurna selain semoga Allah mengijabah semua doa yang ayank panjatkan. Semoga mas bisa terus membimbing ayank hingga maut memisahkan kita."
"Makasih masku. Duh aku nangis lagi ni..." ucap Abel sambil menyembunyikan wajahnya yang kembali basah di dada suaminya. Dito mengelus sayang. Mencium rambutnya berkali kali.
"Kangen kamu banget yank." ucap Dito sambil menatap wajah istri tercintanya. "Aku juga mas kangeeeeen bangeeeettt." Keduanya asik berduaan setelah tamu satu persatu pulang. Dito menggendong istrinya masuk ke dalam kamar.
Malam ini keduanya akan menuntaskan hasrat yang sarat akan rindu yang menggebu. Keduanya berciuman dengan mesra. Lidah saling membelit dan di hisap. Kedua gunung kembar Abel menjadi sasaran paling utama untuk diremas.
Bagaikan seorang vampire, Dito begitu lihai mencumbu dan mengigiti leher jenjang istrinya. Bercak bercak merah pun tercipta karena ulah nakalnya. Desahan Abel semakin nyaring ditelinga. Bagaikan seruan untuk segera menuntaskan gairah yang sudah diubun ubun.
Satu persatu yang menutupi tubuh mulusnya itu dilepas dan dilempar begitu saja. Teronggok dilantai. Dito melumat bibir istrinya sembari memainkan kedua putting indah yang menegang. Kedua jari jari tangannya menggoda ujung dada yang menegang. Membuat si empunya bergerak tak karuan. Dadanya membusung saat elusan ringan hinggap di ujung dadanya. "Aaahh…" erang Abel nikmat. Kedua tangannya meremas seprai dengan kuat. Matanya terpejam, bibir bawahnya di gigit membuat Dito semakin tersulut gairah.
***
TBC