Chereads / Abel & Dito's Journey / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Seperti yang sudah direncanakan, Karen pun datang ke rumah pagi pagi sekali. Rencana Karen diundang saat makan malam pun berganti, karena Karen datang pagi pagi sekali dan langsung mengurus semuanya sendiri mulai dari sarapan hingga menyiapkan pakaian kerja untuk Bram. Tentunya Antari diminta menyingkir karena Nyonya Efendi yang mengancam dirinya. Bram pun tak masalah dengan hal itu.

Antari berlari ke arah halaman belakang dan menangis sesegukan disana. Siwi yang melihat sahabatnya menangis hanya bisa memeluk tubuh lelah itu dengan erat. "Sakit Wi sakit." Ucap Antari sambil meluapkan rasa sakitnya dengan tangisan.

"Aku paham Ri aku paham. Tapi aku ngga bisa berbuat apa apa untuk kamu. Sabar ya Ri. Kamu masih punya aku dan kedua orang tua kamu." Siwi memeluk sahabatnya itu hingga ia selesai menangis. Antari dibawa ke kamar Siwi dan ia terlelap setelah menangis cukup lama. Wajahnya memerah ban bengkak. Tak ada satupun dari majikan maupun suaminya yang mencari keberadaan Antari. Mereka tampak menikmati perlakuan Karen dan mengindahkan Antari.

Karen Angelina adalah mantan kekasih Bram saat di SMA. Sejak dulu Karen memang sudah merebut hati Nyonya Efendi. Maka dari itu saat mereka putus, Nyonya Efendi yang terus meminta putranya berbaikan dengan Karen. Nyonya Efendi kembali bertemu dengan Karen di Paris saat ia dan sang suami berlibur disana. Nyonya Efendi langsung mengenali Karen padahal mereka hampir sepuluh tahun tidak bertemu.

Keduanya langsung kembali akrab seperti dahulu. Bahkan Nyonya Efendi menawarkan Karen untuk kembali menjalin hubungan dengan Bram putranya, malah ditawari langsung menjadi istri Bram. "Loh bukannya Bram udah nikah ya tante?"

"Iya udah nikah tapi sampai sekarang belum kasih cucu buat tante. Kamu mau kan nikah sama Bram? Tante yakin Bram masih ada rasa sama kamu kalo kalian ketemu lagi. Kamu juga masih jomblo gara gara ngga bisa move on dari Bram kan. Udah kalian ketemu lagi terus nikah. Tante udah ngga sabar kalian nikah."

"Iya tante Karen masih sayang sama Bram. Tapi Karen ngga mau ganggu rumah tangga Bram dan istrinya. Lagian belum tentu Bram mau sama Karen lagi."

"Kamu tenang aja sayang tante yakin Bram mau menjalin hubungan lagi sama kamu. Gimana kamunya aja menggaet lagi hati Bram untuk kamu. Kalo soal istrinya mah urusan gampang."

"Karen mau tante. Karen mau jadi istrinya Bram." Putus Karen saat itu. Maka dari itu saat Karen diminta datang ke kediaman keluarga Efendi, Karen sengaja datang lebih awal. Ia mulai berperan sebagai istri Bram yang baik. Ia masuk ke kamar Bram tanpa sungkan, membangunkan Bram lalu menyiapkan baju yang akan Bram kenakan saat bekerja. Lalu ia juga yang menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Karen sempat sekilas melihat Antari, Istri pertama Bram yang diusir oleh Nyonya Efendi. Dengan berlinangan air mata, Karen melihat Antari pergi menjauh dari rumah utama.

***

"Tante aku jadi ngga enak deh sama istrinya kak Bram. Seharian ini aku ngga lihat dia. Dia pasti marah perannya aku gantiin." Ucap Karen tak enak.

"Udah kamu ngga usah mikirin dia. Lagian dia udah setuju kok kalo seharian ini kamu yang ambil peran layani Bram biar nanti kalo udah nikah kamu terbiasa. Tahu mana aja yang Bram butuhkan dan ngga dibutuhkan." Ucap Nyonya Efendi tidak mempermasalahkan.

"Iya sih tapi tetap aja Karen kayak pengganggu."

"Ssst… Udah ngga usah mikir yang aneh aneh. Dia harus tahu diri. Meski dia istrinya tapi Bram anak tante yang patuh apa kata tante. Buktinya ngga susah bikin Bram mau ketemu kamu lagi." Karen tersenyum mengangguk. Ia sudah tak sabar ingin segera membuat Bram menjadi miliknya lagi.

Keputusannya dulu memang bodoh meninggalkan Bram demi karirnya membuat Karen menyesal. Ia selalu berdoa agar bisa kembali dengan Bram. Namun saat tahu Bram telah menikah harapan itu pun pupus. Bertahun tahun tak mendengar kabar tentang Bram, Karen tiba tiba tak sengaja bertemu dengan Nyonya Efendi. Berawal dari sekedar menanyakan kabar Bram, Karen pun tahu kalau rumah tangga Bram bermasalah. Istri Bram mandul. Itulah jalan bagi Karen kembali Indonesia dan mulai mendekati Bram lagi. Awalnya ia tak enak dengan istri Bram, namun ada Nyonya Efendi yang mendukungnya untuk kembali merajut kasih dengan putranya.

Karen pun tak perlu berpikir ulang untuk bersedia di nikahi oleh Bram. Tapi memang tak segampang itu. Meski sang istri belum memberinya seorang anak, Karen masih melihat kobaran cinta yang begitu besar di mata Bram untuk istrinya. Karena itulah, ia berencana sedikit demi sedikit membuat Bram kembali melihatnya. Hanya dirinya.

"Oiya sayang ini udah mau hampir jam makan siang. Kamu masakin Bram buat makan siang gih. Dia pasti seneng dibawain makan siang sama calon istrinya." Usul Nyonya Efendi. "Oke tante. Karen masakin buat kak Bram ya." Karen segera ke dapur mempersiapkan bahan bahan masakan yang akan di masaknya.

Setengah jam kemudian masakan sederhana pun siap di dalam kotak bekal. Karen tahu kalau Bram tidak suka makan makanan yang terlalu ribet. Untuk itulah masakan sederhana yang ia buat dengan penuh cinta ini semoga bisa membuat Bram kembali jatuh cinta kepadanya. Pasalnya Karen memasak masakan dimana pertama kali mereka jadian. Karen pun pamit untuk pergi menemui Bram di kantor.

Dengan menggunakan taksi online, Karen tiba di depan kantor Bram. Setibanya disana, ada seorang karyawan yang telah menunggunya. Ternyata Nyonya Efendi sudah menelpon kedatangan Karen terlebih dahulu. Jadi ia tak perlu ditanya tanya lagi. Ia diantar oleh seorang CS menuju ruangan kerja Bram yang terletak di lantai. "Aduh maaf mba. Saya ngga tahu kalo Pak Bram masih rapat. Saya kira rapatnya sudah selesai dari tadi."

"Gpp mba Siska. Saya tunggu kak Bram saja diruangannya." Ucap Karen. Siska pun pergi meninggalkan Karen. Saat masuk ke ruang kerja Bram, aroma Bram sangat tercium kental. Ia kembali mengingat masa masa indah saat dulu pacaran dengan Bram. Hampir setiap makan siang, ia datang membawakan bekal untuk sang kekasih. Kemungkinan rutinitas itu akan kembali ia jalani. Karen berkeliling sambil memutar memori lama. Karen tersenyum malu mengingat banyak hal hal yang nyaris mereka lakukan sebelum menikah ditempat ini. Ia dan Bram nyaris berhubungan badan disana. Tanpa sepengetahuan Karen, Bram sudah kembali dari rapatnya.

Saat akan membuka pintu ruang kerjanya, ia melihat Karen berdiri di samping meja kerjanya sambil tersenyum. Ia pun masuk perlahan. "Kamu udah nunggu lama?" ucap Bram mengagetkan Karen. Ia membalikkan badan dan tersenyum kearah Bram. "Eh Kak…maaf aku lancang masuk ruang kerja kakak tanpa permisi." Ucap Karen tahu diri karena ia belum jadi siapa siapa Bram.

"Ada apa?" tanya Bram tanpa basa basi. Ia duduk di sofa kemudian Karen pun duduk disampingnya.

"Ini aku bawain makan siang buat kakak. Di makan ya. Kakak pasti kelaperan." Ucap Karen sambil membuka tutup wadah yang berisi masakannya. Bram sempat tertegun saat melihat masakan yang mengingatkannya dengan Karen. Karen terdiam takut melihat reaksi Bram yang menolak makanannya.

"Kalo kakak ngga suka gpp, jangan dimakan." Ucapnya takut. Ia pura pura akan membereskan bekal makanan yang dibawanya tapi Bram menahan tangannya.

"Gpp akan aku makan. Sayang kalo dibuang buang." Ucapnya membuat senyum Karen mengembang. Dengan teliti ia menyiapkan piring, sendok garpu besera lauk pauk yang akan disantap oleh Bram. Satu suapan masuk ke mulut Bram. Ia nyaris menahan nafasnya. "Rasanya tidak berubah. Masih tetap sama." Puji Bram membuat kelegaan di hati Karen.

Dengan setia Karen menemani Bram makan. Sesekali Karen menerima suapan dari Bram. Tanpa canggung lagi Karen mengelap sudut bibir Bram dengan tissue. Ia juga tak canggung menggandeng mesra tangan Bram. Awalnya Bram merasa tidak nyaman tapi akhirnya ia membiarkan. Saking senangnya Karen melayangkan sebuah ciuman di bibir Bram yang dulu rutin mereka lakukan. "Kak…aku…maaf…" Karen tampak kikuk.

Kini malah giliran Bram yang menarik Karen ke dalam pelukannya. Sebuah ciuman panas dan mesra pun tercipta. Karen membuka mulutnya dan memejamkan mata menikmati ciuman mesra Bram yang telah lama ia rindukan. Lidah saling beradu, saling hisap hingga menimbulkan bunyi decak dari keduanya. Bram menarik diri, menempelkan dahinya dengan Karen sambil terengah engah. "Aku sayang kamu kak…Aku sayang kamu." Cicit Karen dengan tatapan sendu.

"Aku ngga bisa melupakan kakak. Maafin aku kak. Maafin aku." Ucap Karen lagi. Kali ini ia memeluk Bram dengan erat. Bram membalas pelukannya, sesekali menciumi puncak kepalanya. "Aku juga masih sayang kamu." Ungkap Bram. Karen mendongak dan keduanya kembali saling melumat.

***

TBC

Haii semuanyaa... Jangan lupa vote & komen ya biar aku makin semangat apdetnya.