Chereads / Abel & Dito's Journey / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

"Ada lah. Kamu harus inget inget ya. Rumah tempat kita mengais rejeki itu ada 4 bagian. Rumah utama yang di sebut Rumah Matahari. Rumah sisi barat disebut Rumah Tulip, sisi timur Rumah Jasmine, dan sisi utara Rumah Dahlia. Nah sedangkan aku kerja di Rumah Matahari. Kalo ngga salah Rumah Dahlia itu tempatnya nona Veronika. Anak bungsu nyonya yang keterbelakangan mental." Ucap Siwi berbisik. Ia tampak takut saat menyebutkan kondisi Veronika.

"Oiya?" Antari tidak percaya. Bagaimana mungkin orang sekaya nyonya mereka punya anak yang keterbelakangan mental. Kalo orang kampung sepertinya mungkin saja terjadi. Mengingat kondisi perekonomian kampungnya yang jauh dari batas standar, sudah dipastikan yang dikonsumsi pun tidak sebagus orang orang diperkotaan besar seperti Jakarta.

"Iya. Nona Veronika adalah anak bungsu nyonya. Jadi tuan dan nyonya besar punya sepasang anak laki laki dan perempuan. Anak pertama bernama tuan Brahmana Efendi, sedangkan anak kedua bernama Veronika Efendi. Tuan muda tampak sehat dari lahir hingga sekarang. Ia yang kini meneruskan tahta kepemimpinan semua usaha tuan Efendi yang berada di dalam maupun diluar negeri. Sedangkan nona Veronika terlahir cacat sejak ia lahir. Meskipun memiliki kekurangan, tuan, nyonya dan tuan besar sangat menyayangi dan mencintai nona Vero. Sejak aku kerja di sini, entah sudah berapa banyak yang keluar masuk menjaga nona Vero. Ia sangat tempramental. Untuk itu aku harap kamu tangguh ya. Aku sempat shock saat tadi kamu bilang kamu di tempatin di Rumah Dahlia." Papar Siwi.

"Oh begitu. Apa aku bisa minta ganti tempat? Aku takut sama yang tempramental kayak gitu. Bisa bisa nanti aku di cekik mati lagi." Ucap Antari takut. "Dulu ada yang nyaris mati waktu coba menghentikan nona." Ucap Siwi keceplosan.

"Apa?! Aduh aku takut nih." tubuhnya bergidik ngeri membayangkan lehernya di cekik oleh nona Vero. Belum sempat Siwi berbicara lagi, Siska sekretaris Nyonya Efendi memanggilnya untuk mengantarkannya ke Rumah Dahlia. Antari semakin ketakutan. Tapi dengan terpaksa, ia pun mengikuti Siska menuju rumah Dahlia. Siwi yang melihatnya tampak khawatir. "Ku harap kamu baik-baik aja disana ya Ri. Semoga pas ada jadwal libur aku masih bisa ketemu kamu." Ucap Siwi penuh harap.

***

"Kenapa jalan kamu lambat sekali?" tanya Siska mengangetkan Antari yang sedari tadi fokus pada pikirannya berkecamuk. " Eh…Kenapa mba?" tanya Antari kikuk. Siska membalikkan badannya menghadap Antari yang tampak tak nyaman di tatap penuh selidik oleh Siska.

"Saya tahu apa yang kamu khawatirkan. Semua rumor yang beredar tentang nona kami itu tidak benar. Memang ada insiden salah satu pengasuhnya yang nyaris mati karena dicekik oleh nona tapi itu pun ada alasannya. Dan tugas mu bukan untuk penasaran dengan kisah nona." Ucap Siska menebak apa yang dipikirkan oleh Antari.

"Maaf mba." Cicit Antari tertunduk malu. "Cepat ikut saya. Nona Vero sudah waktunya makan siang dan minum obat." Antari sedikit berlari untuk mengejar Siska yang sudah berjalan jauh ke depan.

Sebulan sudah Antari bekerja menemani nona Vero yang menurut orang-orang memiliki temperamental yang cukup jelek. Nyatanya setelah mengalami sendiri, Nona Vero tidaklah seburuk itu. Ia justri seorang gadis yang manis dan terkesan manja. Vero sangatlah nyaman saat ditemani bermain oleh Antari. Vero juga sangat suka jika sebelum tidur dibacakan buku dongeng oleh Antari. Semua perkembangan Vero dan Antari di report secara langsung oleh Siska yang ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Antari selama bertugas menjaga Vero putri bungsunya.

Nyonya Efendi sangat senang karena putrinya langsung akrab dengan Antari saat pertama kali bertemu. Ia heran apa yang digunakan oleh Antari sehingga putrinya yang sangat tertutup dan kurang bersahabat dengan pengasuhnya yang baru, tapi ia begitu terbuka terhadap Antari. Saat Siska memberi tahu kalau Vero sangat suka dibacakan buku dongeng, Nyonya Efendi yang tengah berada di London menemani suami dan putranya segera menyuruh pegawainya untuk membelikan berbagai macam buku dongeng untuk putri kesayangannya.

Tak hanya Vero saja yang senang saat menerima kiriman berbagai macam buku dari sang mama, Antari juga tak percaya ia akan membaca buku-buku lain selain yang sudah berulang kali dibacanya. Hari minggu adalah hari libur Antari. Antari di bebas tugaskan karena biasanya Veronika akan dibawa oleh Siska ke vila keluarga untuk bergabung dengan ayah, ibu dan kakak laki lakinya. Untuk itu pagi pagi sekali Antari yang sudah mengenakan pakaian olah raga bergegas menuju ke rumah Matahari untuk bertemu Siwi. Keduanya berencana akan berlari pagi di sekitar rumah.

"Gimana nona Vero? Kamu baik baik aja kan?" tanya Siwi membuat Antari kesal.

"Jadi kamu lagi ngomong ama setan, gitu?"

"Eh…Bukan gitu maksud aku Ri." Siwi merasa tak enak. Antari jadi salah paham kepadanya. "Maksud aku non Vero ngga bikin yang aneh aneh kan?"

"Ngga lah. Kalo pun iya udah dari awal kerja aku ngga hidup lagi." Celetuk Antari. Keduanya meminum air putih yang mereka beli. "Oiya aku penasaran. Sebenernya tuan & nyonya kita itu kerja apa sih? Ampe punya puluhan asisten yang ngurus empat rumah. Belum tukang kebun, supir sama satpam yang jaga rumah." Antari sejak awal sudah sangat penasaran dengan profesi majikannya. Tapi ia tidak ada kesempatan untuk bertanya.

"Ehmm… Setahu aku tuan & nyonya itu emang dari sononya udah kaya. Tajir melintir. Belum lagi apapun yang mereka jalani pasti sukses. Apapun jadi duit. Nah sekarang nurun ke anaknya yang pertama, den Bram. Dia lebih pinter lagi nyari duitnya dibanding emak-bapaknya. Tapi sayang…" Siwi menutus ucapannya yang semakin membuat Antari penasaran.

"Tapi kenapa?" tanya Antari tak sabar.

"Sayang den Bram masih jomblo parah." Gelak tawa Siwi tak tertahan lagi. Antari mengerutkan dahinya. "Apa hubungannya masih jomblo sama pinter cari uang?"

"Ya ampun Tari. Ya percuma aja donk dia kerja keras kalo Cuma di nikmati sendiri. Harusnya di usianya sekarang den Bram udah punya istri dan anak. Lah ini bisnis mulu yang dipikirin, jadi aja kagak nikah nikah." Siwi semakin tertawa puas banget.

"Mentang-mentang yang bentar lagi mau nikah. Nyindir yang jomlo nih ceritanya." Antari kesal karena tersindir. Siwi Cuma nyengir kuda. "Terus aku mau tanya lagi. Aku kan udah sebulan kerja disini, tapi aku belum pernah lihat apalagi ketemu den Bram. Dia ngga tinggal disini ya?"

"Iya den Bram tinggal di London. Mengurus bisnis keluarga yang lagi di bangun disana. Aku pernah lihat sekali pas den Bram pulang. Itu pun dari jauh, jadi ngga begitu kelihatan banget muka. Tapi yang pasti den Bram cakep banget. Lihat aja non Vero. Meski idiot kayak gitu tapi rupanya cakep banget. Heran aku kok Tuhan ngga adil ya sama aku." keluh Siwi.

***

TBC