Chereads / Abel & Dito's Journey / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Sebelum kejadian…

Abel dan Dito semakin lama semakin mesra saja. Kehidupan rumah tangga mereka adem ayem. Tak pernah sedikitpun terdengar pertengkaran diantara mereka karena keduanya. Namun sayang kehidupan Indah mereka belum juga di karuniai seorang anak sebagai pelengkap.

Bukan tak pernah hamil, Abel sering sekali hamil lalu keguguran karena rahimnya lemah. Itulah yang membuat rumah tangga mereka sudah sangat merindukan jerit tangis si kecil. Tapi meski pun begitu keduanya tak lelah berusaha dan berdoa. Melakukan konsul ke dokter kandungan demi tercapainya keingin untuk memiliki momongan.

Bukannya Abel tak sedih tiap kali ditanya keluarga tentang perihal anak. Siapa sih yang tak ingin cepat cepat memiliki momongan? Jika kalian berpikiran kalau Abel menunda kehamilan, maka kalian salah. Justru Abel tak pernah menunda. Abel dan Dito berencana ingin memiliki anak secepatnya. Tapi Tuhan berkata lain. Rahim Abel terlalu lemah untuk ditempeli calon janin di rahimnya hingga akhirnya selalu keguguran.

Di kehamilannya yang terakhir, Abel bahkan benar benar bedrest demi memuluskan keinginannya untuk hamil tapi itu pun gagal. Saking inginnya segera memiliki momongan, membuat Abel sempat frustasi. Untungnya Abel memiliki suami, keluarga serta teman teman yang selalu menghiburnya, membesarkan hatinya agar pasrah pada kehendak Tuhan.

Jodoh, anak, maut semua itu adalah rahasia Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa berupaya dan berikhtiar tapi semua itu kembali kepada Allah SWT. Jika Allah mengijinkan maka hal mustahil seperti apapun akan terjadi. Hal yang di luar otak manusia dan menurut manusia itu tidak mungkin terjadi, bagi Allah SWT tak ada yang tak mungkin. Kata kata itu yang selalu Abel ingat dan membuatnya pasrah dengan keadaan.

"Mungkin Allah punya jalan yang lebih indah lagi buat kita agar benar benar dipercaya untuk memiliki baby sayang. Mungkin Allah ingin lihat masnya lulus coas dan bekerja di rumah sakit dulu deh. Biar suatu hari nanti si adek bangga punya papa seorang dokter." ucap Abel mencoba menguatkan dirinya sendiri.

"Kamu benar sayang. Semua akan indah pada waktunya. Jangan berkecil hati sayang. Insya allah kita akan segera memilikinya." Abel mengangguk. Dito mencium dahi istrinya.

"Makasih Mas untuk selalu di samping aku. Aku ngga tahu gimana jadinya kalau mas ngga ada di saat aku lagi down kayak gini."

"Itulah gunanya pasangan yang harus saling melengkapi satu sama lain dalam suka maupun duka. Pokoknya jangan sedih terus. Nikmati waktu berdua kita sebelum amanah itu datang kepada kita."

Jika bukan Dito yang selalu legowo mungkin Abel tak akan sekuat ini. Mungkin saja Abel akan meminta Dito menikah kembali jika sang suami ingin memiliki anak. Tapi Dito tidak. Ia hanya ingin memiliki anak dari Abel istrinya bukan dari wanita lain apalagi istrinya yang lain.

***

Pagi ini seperti biasa setelah selesai membuatkan sarapan untuk sang suami, giliran Abel yang mempersiapkan sang suami untuk berangkat coas. Tas dan perlengkapannya ia siapkan dengan baik. Bahkan Abel berulang kali memeriksa isi tas suaminya agar barang barang yang dibutuhkan tidak ada yang ketinggalan.

Saat tengah memeriksa isi tas suaminya, sebuah pesan masuk ke handphonenya. Abel tersenyum membaca pesan dari ibu mertuanya. Sarah sang mama mertua mengajak keduanya untuk makan malam bersama. Abel belum menjawab pesan sang mertua karena harus ijin terlebih dahulu kepada sang suami.

"Mas hari ini pulang jam berapa? Mama mau ngajak kita makan malem bersama dirumah mama." tanya Abel saat membantu Dito bersiap berangkat kerja. Dito saat ini tengah menyelesaikan coasnya sebentar lagi.

"Belum tahu yank. Kayaknya telat deh. Paling mas nyusul kerumah mamanya. Kamu duluan aja kerumah mama. Kasian mama ngga ada temennya." Usul Dito.

"Oh gitu. Ya udah nanti mas nyusul pulang dines ke rumah mama ya. Aku duluan ke sana sambil bantuin mama masak."

"Siap istriku yang cantik. Oh iya btw hari ini mau kemana?"

"Gak kemana mana sih. Kerjaan juga udah selesai. Tinggal tunggu pemasukan aja. Kenapa gitu mas?"

"Tanya aja yank. Yaudah hati hati dirumah ya. Jangan sembarangan terima tamu apalagi orang yang ga dikenal."

"Iya Mas suami. Pesan mas suami selalu aku ingat. Semangat dinesnya ya Papa."

"Makasih sayang. Yaudah papa berangkat dulu ya. Hati hati dirumah sendirian, kalo mau ke rumah mama kabarin ya. Papa sayang mama. Love you sayang. Assalamualaikum." ucap Dito sambil mencium mesra istrinya.

"Love you too papa. Waalaikumsalam." Abel melambaikan tangan mengantar kepergian suaminya. Setelah mobil suaminya tak terlihat lagi, ia pun segera masuk kedalam rumah dan menguncinya.

Tak lama setelah lulus sekolah, Abel dan Dito pindah dari rumah Sarah dan Ronald. Keduanya memutuskan untuk belajar mandiri membangun rumah tangga mereka sendiri tanpa campur tangan kedua orang tua. Awalnya Sarah menolak karena ia berjauhan dengan sang menantu, tapi setelah diberi pengertian oleh suaminya Sarah pun mengijinkan Abel dan Dito pindah ke rumah.

Sejak Dito memutuskan masuk kuliah kedokteran, Abel tidak mengambil kuliah. Tapi Abel meneruskan usaha Distro milik Dito yang dibangun bersama sepupunya Vika. Abel belajar berbisnis secara otodidak dan untungnya distro yang di pimpin Abel kini sudah melebarkan sayapnya menjadi beberapa toko dalam kurun waktu dua tahun. Keberhasilan Abel membangun bisnisnya tak luput bantuan dan bimbingan dari sang suami yang masih ikut memantau toko toko mereka disela sela kesibukannya sebagai dokter coas.

Alasan Abel tidak kuliah karena ia sadar otaknya tak kuat jika dijejeli dengan mata kuliah. Untuk itulah ia memilih belajar berbisnis. Selain itu juga Abel membantu Sarah mengelola salon kecantikan juga jadi Abel cukup disibukkan dengan rutinitas dirinya selain menjadi istri seorang dokter.

***

To : My Husband

Assalammualaikum Mas. Aku pamit ya ke rumah mama.

To : My Beauty Wife

Waalaikumsalam yank. Oh udah mau berangkat. Yaudah hati hati dijalan ya. Rumah jangan lupa dikunci.

To : My Husband

Bereeeees boss… Loph you …

Abel pun segera berangkat ke rumah mertuanya siang itu dengan menggunakan angkutan umum. Abel sengaja tidak memberi tahu sang mertua akan kedatangannya. Kalau mama mertuanya itu tahu Abel akan datang dengan kendaraan umum, pasti ia akan dilarang datang. Sang mertua lebih memilih menjemputnya sendiri ke rumah atau mengirimkan orang untuk menjemputnya.

Abel merasa tak nyaman diperlakukan seperti itu oleh sang mertua. Ia sempat protes tapi sang mertua malah tak mau ambil pusing. Untuk itulah Abel berinisiatif akan datang langsung kerumah tanpa mengabari lebih dulu. Hampir satu jam Abel pun tiba di kediaman mertuanya. Sarah tampak kaget dengan kedatangan Abel yang tiba-tiba.

"Assalammualaikum Ma." Ucap Abel saat masuk ke dalam rumah mertuanya. Sarah tampak kaget melihat menantunya datang tanpa pemberitahuan.

***

TBC