Chereads / Diego & Irene / Chapter 51 - Chapter 51 : This Is Not a Thread, But a Warning

Chapter 51 - Chapter 51 : This Is Not a Thread, But a Warning

SEMOGA SUKA❣️

SELAMAT MEMBACA!😄

•••

At ALVAROS MANSION. Night 09:00 PM.

Diego Alvaro menatap ketiga anak buahnya yang sedang mengemas seluruh obat-obatan dan senjata yang akan dia gunakan malam ini.

Ketika melakukan misi berbahaya, semua anak buah Diego yang ikut dalam misi ini akan mengonsumsi pil NZT-50, yaitu sejenis obat narkoba termahal di dunia dengan khasiat yang luar biasa. Narkoba ini bisa meningkatkan kemampuan otak menjadi 100%. Orang yang menggunakannya akan bertambah kuat dan daya ingatnya juga menjadi sangat kuat. Karena itulah, Diego memerintahkan mereka semua untuk menggunakannya, tapi Diego sendiri tidak pernah sekalipun menggunakan narkoba itu. Christian dan Lucas juga menggunakan narkoba ini.

Mengenai rencana Diego, tidak ada yang bisa melarangnya. Bahkan Sean Morgan Alvaro, Ayahnya sendiri tidak bisa. Sean sudah berkali-kali menasehatinya, tapi Diego menolaknya. Percuma. Dilarang sekalipun, peluru sudah di luncurkan.

Diego mempunyai anak buah yang berjumlah puluhan ribu. Tidak semua orang bisa menjadi anak buahnya, hanya orang yang memiliki kemampuan menguasai senjata, menembak, memanah, berkuda, bela diri, dan bisa menjinakkan bom. Jika skill itu tidak ada, orang itu tidak bisa menjadi anak buahnya. Tentu saja yang mengajarkan mereka semua adalah tuannya sendiri, Diego Alvaro.

"Apa semuanya sudah beres?" tanya Diego pada mereka.

"Sudah, tuan muda. Masing-masing dari kami menyimpan pistol Desert Eagle Mark XIX, tim A dan X juga sudah menyebar di penjuru mansion. Tim B yang ikut dengan kita sudah siap di tempat masing-masing, tuan." ucap Christian pada Diego.

"Bagus. Beritahu Alpha dari tim X, jaga Irene-ku. Jika ada sedikit saja kulitnya yang tergores, aku tidak segan menyiapkan peti mati untuknya." peringat Diego tak terbantahkan.

Christian mengangguk paham. Orang yang di maksud Diego adalah ketua dari Tim X. Anak buah Diego berjumlah puluhan ribu. Sangat. Sangat banyak. Mereka semua di bagi menjadi tiga dalam kelompok besar, yaitu Tim X, Tim A, dan Tim B. Tim X memiliki jumlah personel terbanyak dari tim lain. Tim X terkenal paling kejam, ditakuti, cepat, kompeten, dan nyaris tidak pernah gagal. Tapi alih-alih menerjunkan Tim X dalam misi yang cukup 'berbahaya', Diego malah menugaskan Tim X disini--menjaga Irene-nya, seakan itu yang paling penting dari semuanya. Tim A dan B lah yang justru ikut dalam misi ini.

"Tuan, sekarang Raka Mikhailova sudah mendekati jebakan. Kita harus cepat," lapor Lucas.

Diego menatapnya, mengangguk. Dia mengambil satu langkah mundur--bukan menuju ke arah pintu keluar--tapi menuju ke undakan tangga. Lalu pergi ke arah kamarnya. Lucas dan Hans yang melihat itu kebingungan.

"Tuan?" gumam Lucas, bingung.

"Tuan muda mau apa pergi kesana? Bukankah kita harus cepat?" tanya Hans, matanya masih menatap arah perginya Diego.

Christian yang melihat reaksi mereka hanya tersenyum. "Tuan muda tidak pernah pergi tanpa bertemu dengan nona Irene terlebih dahulu. Dia selalu melakukan ini sejak nona Irene hampir mati ketika di jurang. Well... aku jadi ingat,"

"Ingat apa?" tanya Lucas dan Hans bersamaan, penasaran.

"Saat Tuan muda membaringkan kepala nona Irene di pangkuannya, aku bisa melihat wajah putus asa milik tuan. Aku baru pertama kali melihat beliau menunjukkan sisi terlemahnya." ucap Christian.

Lucas dan Hans speechless.

"Tuan muda sangat marah. Beliau bahkan pernah ingin mengebom gedung perusahan milik keluarga Mikhailova. Bukan itu saja, beliau juga ingin mengebom rumah mereka saat itu. Tapi niatnya itu digagalkan oleh Tuan besar Sean." ucap Christian.

"Kenapa Tuan besar melarang beliau?" tanya Hans.

Christian mengangkat bahunya. "Untuk itu aku tidak tau." jawabnya.

"Baiklah. Lebih baik kita cepat-cepat ke bawah, sebelum tuan muda tau dan memarahi kita karena masih ada disini." ucap Hans. Christian dan Lucas mengangguk, lalu mereka pergi darisana.

Sementara itu....

Diego Alvaro membuka pintu kamarnya. Gelap. Samar-samar Diego melihat ke sekelilingnya. Tubuhnya yang tegap dan menjulang itu tampak menyeramkan karena pakaian yang dikenakannya. Serba hitam. Mengerikan. Apalagi ketika kilatan biru di mata Diego sudah menyala-nyala di antara termeramnya kamar.

Irene sendiri tengah berbaring di atas kasur. Wanita itu sudah terlelap. Diego mendekatinya. Mengulurkan tangan, Diego mengelus pipi Irene. Tersenyum. Seketika pandangan membunuhnya tadi langsung berganti. Mata biru itu memandanginya penuh cinta. Memuja. Diego mendekatkan wajahnya ke perut Irene, lalu mengecupnya. Jemarinya yang kokoh meraba perut Irene yang sedikit membesar, mengelusnya penuh kelembutan--seakan mencari kehidupan didalamnya, baby twins mereka.

"My babys...." gumam Diego, suaranya sangat lembut. "Daddy akan pergi malam ini. Ada seseorang yang ingin Daddy lenyapkan dari kehidupan Mommy kalian. Jangan nakal... Mommy kalian sedang tidur. Daddy mencintai Mommy dan kalian." ucap Diego, lalu mengecup perut Irene.

Di detik selanjutnya Diego bangkit. Sudah saatnya.... Dia tidak ingin mengulur waktu terus, karena para pengganggu itu tidak pantas diberi waktu lebih untuk sekedar bernapas. Diego lalu benar-benar pergi darisana.

•••

Raka sedang mengendarai mobilnya. Wajahnya yang tampan tampak kesal. Astaga! Dia kena macet! Padahal setahunya jalan ini tidak pernah ramai, selalu sepi, apalagi sekarang sudah malam hari. Tapi kenapa banyak sekali mobil yang semula berjalan biasa di depannya mendadak berhenti?!

Merasa jenuh, Raka membuka kaca mobilnya lebar-lebar. Raka yang melihat seorang pria tua hendak melintas di samping mobilnya buru-buru mengehentikannya.

"Tunggu, Sir... Kenapa jalan ini macet?"

Pria itu lalu mengadahkan kepalanya ke arah jalan di depannya, pandangannya menerawang. "Ada orang yang memblokir jalan ini. Aku tidak tau siapa, tapi sepertinya orang itu adalah orang kaya. Baru pertamakali ada orang yang berani memblokir jalan disini." katanya.

Raka mengangguk paham. "Baiklah... Thank you, Sir..." ucap Raka. Lalu menutup kembali kaca mobilnya, sementara pria tua tadi sudah pergi.

Raka meraih ponselnya, hendak mengakses lokasi dan mengirimkannya pada anak buahnya. Setelahnya dia langsung menelpon orang itu.

"Thomas, aku sudah mengirimkan lokasiku padamu. Cari tau siapa yang memblokir jalan ini. Cepat!" perintah Raka.

"Baik, tuan...."

Kemudian sambungan itupun terputus. Raka menarik napas tajam. Sekarang tubuhnya lelah sekali, dan macet tiba-tiba saja terjadi di jalan ini. Dia curiga... jalan ini tidak jauh dari kediaman Alvaro, pria tua tadi juga merasa aneh ketika melihat jalan ini diblokir. Pasti ada sesuatu. Apa jangan-jangan.... Diego yang melakukan ini?!

Raka yang terlarut dalam pikirannya mendadak panik. Pasalnya ada seseorang dari arah belakang berteriak. Raka lantas melihat ke belakang dan mendapati seorang tukang parkir tengah mengangkat tongkat oranyenya yang menyala itu ke atas. Dia mengatakan jika mobilnya harus mengambil jalan lain. Tukang parkir itu menyuruhnya untuk belok ke arah kiri.

"What the fuck! Apa dia gila?!" rutuk Raka kesal dan terpaksa membelokkan mobilnya ke arah kiri. Raka melihat ke arah plang jalan dan terkejut. What? Jalan ini menuju ke hutan?!

Dengan perasaan dongkol Raka membawa mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mobilnya menembus lebatnya hutan. Ck! Bedebah! Kenapa jalan ini tidak ada lampu penerang?! Apa Berlin sudah kekurangan uang sampai tidak memfasilitasi jalan ini?! Kalau begitu Raka tidak segan-segan melemparkan uangnya ke wajah orang-orang pemerintah itu dan menyuruhnya untuk membeli lampu! Dasar tikus! Kerjaannya hanya memakan uang rakyat saja!

DOR!! DUG!

Oh Jesus! Raka benar-benar kaget. Tiba-tiba saja dia mendengar suara tembakan dari arah belakang mobilnya dan mendengar suara yang berasal dari mobilnya sendiri. Suara bedebum itu pasti karena tembakan yang mengenai mobilnya. Kurang ajar! Ada orang yang menyerangnya.

Dan benar saja... Raka yang menyadari jika lima mobil tengah mengejarnya di belakang buru-buru menaikkan kecepatan mobilnya. Shit! Dia benar-benar lelah untuk sekarang! Dan sekarang dia harus menghadapi kelima mobil itu!

DUG! DUG!

Sialan sialan sialan! Lagi-lagi mobil di belakangnya menembaki mobilnya! Siapa sebenarnya mereka?! Kenapa jumlahnya banyak sekali?!

Aksi kejar-kejaran itupun tak terhindarkan. Kelima mobil hitam itu sepertinya tidak main-main. Mereka sangat gencar! Seolah-olah target mereka sudah ada di depan mata. Raka kewalahan. Dia sudah membawa mobilnya dengan sangat cepat tapi kelima mobil itu masih saja bertahan mengejarnya.

Raka yang tidak menyadari ada sebuah pohon besar di depan mobilnya terkejut. Dia langsung membanting stir. Membelokkan mobilnya dengan kekuatan penuh hingga rasanya mobilnya ini hampir oleng. Untung saja tidak sampai terbalik.

Dengan gerakan panik Raka berusaha menelpon anak buahnya lewat telpon yang tersedia di dalam mobilnya. Dia lalu berhasil, karena setelah itu suara Thomas langsung bisa ia dengar.

"Thomas!" suara Raka terengah-engah.

Thomas merasa bingung di tempatnya. "Ada apa Tuan? Tuan kenapa?" tanyanya, ikut panik. Dia mendengar suara tembakan pistol didalam sambungan ini.

"Ada banyak orang yang sedang mengejarku! Mereka mau membunuhku! Cepat bawa anak buahmu untuk selamatkan aku! Sekarang!" perintah Raka tak terbantahkan.

"Baik.... baik, tuan." ucap Thomas, lalu segera pergi ke tempat dimana Raka berada, tentu saja setelah menyuruh tiga ratus orang anak buahnya untuk pergi ke lokasi--menyelamatkan tuan mereka.

Sementara itu napas Raka memburu. Sekuat tenaga dia berusaha menghindar tapi dia selalu gagal. Mereka masih ada di belakangnya--mengejarnya. Sampai akhirnya dia tiba-tiba tidak fokus karena pandangannya mendadak buram dan tembakan lain datang menyambutnya. Dan.... cedag! Satu peluru berhasil mengenai ban mobil Raka hingga menyebabkan mobilnya kehilangan kendali. Mobil Raka langsung berhenti karena menabrak besi pembatas jalan. Bagasi depan mobil Raka terbuka dan mengeluarkan asap putih. Sementara Raka yang ada didalam kini sudah tak sadarkan diri. Ada darah yang mengalir dari kepalanya.

"Kau hebat sekali, Lucas." ucap Diego senang, dia menepuk pundak Lucas yang duduk di bangku kemudi. Pistol yang ia gunakan tadi sudah ia simpan di pangkuannya.

"As you wish, Sir.... Anda juga hebat." jawab Lucas sembari tersenyum puas--sama seperti Diego.

Satu jam kemudian...

Raka membuka mata. Erangan sakit dari mulutnya keluar begitu saja. Dia memang langsung merasakan sakit, pasalnya kepalanya mendadak nyeri dan perih di waktu bersamaan. Dia juga langsung terkejut ketika menyadari kedua tangan dan kakinya sudah terikat dengan rantai besi yang terhubung dengan bangku kayu yang ia duduki. Bahkan lehernya juga ikut dirantai dengan rantai besi. Raka ingin berteriak, tapi dia tidak bisa karena lakban hitam membungkam mulutnya.

Ruangan ini begitu gelap. Raka bisa merasakan jika ruangan ini cukup besar, terbukti dari udaranya yang tidak pengap dan dingin. Pandangan Raka terbatas, itu karena hanya ada sebuah lampu bohlam di tengah-tengah ruangan yang menerangi. Yang akibatnya dia tidak bisa melihat keseluruhan ruangan ini. Wait.... sebenarnya ini dimana?! Bukankah dia sudah menyuruh Thomas untuk menyelamatkannya? Lalu dimana dia?!

"Mmm..." erangan lain terdengar, Raka sontak melotot. Itu... itu suara anak buahnya.

Begitu Raka melihat ke arah depan dan memicingkan matanya, dia langsung melihat Thomas. Pria itu ternyata juga sama dengannya. Mereka berhasil tertangkap! Tubuh Thomas di rantai, mulutnya juga dibekap dengan lakban hitam.

"Thomas! Thomas!" Raka ingin meneriakinya, tapi suaranya tertahan.

Raka terus bergerak, dia berusaha sebisa mungkin melepaskan diri. Dia ingin menghancurkan kursi ini agar rantainya bisa terlepas. Sampai akhirnya pria di depannya, Thomas menyadari kehadirannya.

Raka dan Thomas saling melempar pandangan. Raka menyorot Thomas dengan tajam. Sementara Thomas tampak ketakutan ketika ia tatap. Raka menatap Thomas seakan berkata, 'bagaimana bisa kau ada disini?!'

Krak!

Tiba-tiba ruangan menjadi terang. Raka dan Thomas sama-sama terkejut. Ternyata lampu utama di ruangan ini menyala. Berarti ada orang lain yang menyalakannya.

"Kau... Lucas Zaviero?"

To be continued.

HOLAA! AKHIRNYA INA UPDATE 😆😆

Gaisss jadi aku mau ngasih tau klo Diego & Irene mau aku tamatin sebelum aku UN. Ya... kira-kira dua bulan lagi lah ya. Ngomong-ngomong... Kalian mau happy ending atau sad ending nih?

Tapi rencana Ina sih mau bikin Diego & Irene season 2 hehe. Bisa jadi ceritanya tentang baby twins atau gak lanjutin kisah cinta Diego dan Irenenya. Atau gak bisa dua-duanya(baby twins+Diego Irene)

Duh, bingung 🤔

Yaudah geh, gimana nnti aja wkwkwk

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN + SHARE KE TEMEN KALIAN YAA! MAKASIH BANYAK!💕

AKU TUNGGU KOMENTAR KALIAN!❣️

Go follow Instagram mereka :

@diego.alvaro01

@bae.irene01

@nainaarc (akun author)

Bye! See you next time!!

With♥️ Ina.