" Mwo? Jeju? " Tangan Kai terhenti di pegangan pintu mobil yang telah di bukanya.
" O! Jeju. Aku akan kesana melihat lokasi dan tata letak tanah sebelum pembangunan di mulai. " Jawab Ae-ra sambil menjepit ponsel di bahunya lalu mengejek ulang isi tasnya.
" Yak! Untuk apa arsitek ikut ke lapangan proyek. Bukankah kamu cukup memantaunya saja? "
" aku harus memeriksanya langsung. Di situlah awal dari pembangunan. Dan juga bukankah ini bukan pertama kalinya aku turun langsung ke lapangan? Ada apa dengan nada bicaramu itu? "
" Sudah jangan banyak tanya. Tunggu saja di situ aku akan mengantarmu. " Kai masuk ke dalam mobil dan langsung menghidupkan bumblebee.
" Tidak perlu. Aku akan pergi dengan Jin Woo. "
" Mwo? Mengapa harus dengannya? " Tanya Kai dengan raut muka yang mulai memanas saat Ae-ra menyebut nama Choi Jin Woo.
" Lalu aku harus pergi dengan siapa? Bukankah wajar aku pergi dengannya? Jin Woo klienku dan ini proyekku. Jadi wajar saja aku harus pergi dengannya. Sudahlah kamu bukan ayahku yang melarangku pergi melakukan perjalanan jauh dengan seorang pria. Aku tutup teleponnya. "
Ae-ra menatap kesal ponselnya.
" Ada apa dengannya? " Ucapnya.
" Apa kita sudah bisa berangkat sekarang Ae-ra ssi? " Choi Jin Woo tersenyum dengan senyum khasnnya.
" O! Gaja ( Ayo berangkat) " Jawab Ae-ra mantap.
*****
Jarak. Jarak antara Kim Jong In dan Ae-ra perlahan mulai terlihat jelas semenjak pertemuan Ae-ra dan Choi Jin Woo semakin dekat. Walau pun Itu konteks profesional dalam hal pekerjaan, namun cukup membuat Kai kesal.
" Aisssshhhh. " Kai mengumpat kesal.
Yang membuat Kai kesal bukanlah perkara Ae-ra pergi dengan siapa. Melainkan Ae-ra menyebut nama Choi Jin Woo tanpa embel embel ssi di akhir nama Choi Jin Woo. Terkesan mereka sudah sangat dekat dan akrab.
" Hah!!! Jin Woo? jin Woo? Ada apa dengan Makhluk Tuhan yang paling seksi versi Go Ae-ra itu? " Omel Kai seorang diri di dalam mobil.
" Ya Bumblebee, siapa menurutmu yang paling seksi. Aku atau Choi Jin Woo? Aku kan? Tentu saja aku. Aku rasa mata Go Ae-ra tengah bermasalah sehingga dia tidak dapat melihat maha karya ciptaan Tuhan terpampang nyata di hadapannya selama bertahun tahun. " Kai melihat wajahnya di spion tengah mobil.
****
" Apa kamu tidak nyaman hanya pergi berdua saja denganku? " Tanya Choi Jin Woo sambil melirik sebentar ke arah Ae-ra yang duduk di sampingnya.
" Gwenchana. Jangan khawatirkan aku. Aku baik baik saja. Ini bagian dari pekerjaanku. Dan aku sudah terbiasa dengan hal hal seperti ini. " Jawab Ae-ra bohong.
Dia bukan lagi tak nyaman. Tapi otaknya tak bisa berpikir dengan jernih. Dan mulai susah membedakan mana pekerjaan dan perasaan pribadinya. Sifatnya yang sangat cepat baperan hanya dengan melihat senyuman Choi Jin Woo sanggup membuat hati Ae-ra luluh lantah dalam sekejab.
" Disinilah tempatnya. " Choi Jin Woo memarkirkan mobil di tepian jalan.
" Ini? " Ae-ra melebarkan pandangannya melihat dengan seksama tanah kosong yang di penuhi rumput lalang serta Landscape pemandangan Laut di sekitarnya.
" jika kita cepat memulainya, kita dapat menyelesaikannya sebelum musim dingin. "
" Jangan pikirkan itu dulu. Tapi mengapa Jeju? " Ae-ra mengambil gambar lokasi dengan Camera Canon EOS 70D miliknya.
" Apa maksudmu dengan mengapa? "
" Maksudku, jika ingin membangun sebuah galeri, mengapa harus sejauh ini. Jeju? Bukankah di Seoul banyak tempat dan akan lebih menghasilkan? " Tanya Ae-ra heran.
" Apa alasan membangun sebuah gedung atau rumah dan memilih tempatnya begitu penting bagimu? " Tanya Jin Woo
" Eum. Bagiku iya. Dengan mengetahui alasannya aku akan tahu gedung seperti apa yang kamu inginkan. "
" Jadi... Dengan kata lain kamu mau memahamiku lebih baik? " Goda Jin Woo.
" Aniya... Bukan seperti itu. " Jawab Ae-ra gugup.
" Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang. " Jawabnya Jin Woo.
" Ne? "
" itu ungkapan penduduk Jeju. Dan sesuai dengan Tema galerinya nanti. Apa alasan itu cukup bagimu? " Jawab Jin Woo.
" Aaa..." Ae-ra Menganggukan kepalanya tanda paham.
" Kamu sendiri. Mengapa ingin menjadi arsitek? Kebanyakan wanita sangat tidak suka berpanas panasan seperti ini.? " Jin Woo kembali bertanya.
" Karena keren. Itu saja. " Jawab Ae-ra sambil tertawa.
" Kamu benar benar unik." Jin Woo ikut tertawa mendengar alasan Ae-ra.
*****
Kai tersenyum sesekali memperhatikan Ae-ra yang tengah serius menyusun Maket Miniatur¹. Dengan hati hati Kai menarik perlahan kursi di meja bulat du ruangan Ae-ra yang sering di pakai untuk diskusi. Dia duduk sambil memangku dagunya dengan kedua tangan.
" Apa aku pernah mengatakan kamu begitu keren saat mendesign sesuatu? "
" Ya! Sejak kapan kamu di situ " Suara Kai mengejutkan Ae-ra.
" 10 menit yang lalu. Cepat sekali kamu kembali dari Jeju. " Kai memangku kakinya seolah tengah menginterogasi Ae-ra.
" Jadi, kamu ingin aku bermalam bersamanya di salah satu hotel di Jeju? Okay. Saranmu ku terima. Next time akan aku lakukan. " Ae-ra melanjutkan pekerjaannya tanpa mempedulikan Kai yang tengah menatapnya kesal.
" Sudah ku katakan aku hanya melakukan perjalanan bisnis. Bukan bersenang senang. " ucapnya lagi sambil menahan tawa melihat reaksi Kai.
" Apa kamu sudah makan malam? Jika belum makanlah denganku, jika sudah, temani aku makan. Jangan menolak ajakanku. " Kata Kai.
" Wah... Kamu memang terbaik. Satu satunya hal yang terbaik darimu adalah kamu selalu mengurus perut dan mulutku. "
" Bagaimana jika lain waktu aku tidak hanya mengurus perut dan mulutmu dalam hal makanan. Tapi juga mengurus bibirmu itu. Seperti ini? " Kai mengerucutkan bibirnya.
" Yak! Kim Jong In. Aku sedang memegang cutter di tanganku. Bagian mana yang ingin aku potong lebih dulu? " Ae-ra menatap Kesal Kai yang hanya menertawakannya.
" Sudahlah. Jika itu terjadi aku jamin kamu akan menagihku untuk yang ke dua kalinya. I am a good kisser. "
" aisshhh... Araseo. Baiklah. Lebih baik kita pergi sekarang. " Ucap Ae-ra kesal.
Ae-ra tahu jika dia tidak segera bangkit dan berdiri, maka Kai tidak akan berhenti menggodanya hingga keinginan Kai terpenuhi.
" Apa yang ingin kamu makan? " Kai merangkul bahu Ae-ra dengan senyum kemenangan.
" Terserah. Aku ikut apapun yang ingin kamu makan. " jawab Ae-ra dengan nada malas.
" Benarkah? Mmmm akhir akhir ini aku ingin memakanmu. Boleh kah? "
" Hoel!!! " Ae-ra menatap Kai dengan tatapan tak percaya.
" Hahahaha. aku bercanda. Mengapa wajahmu serius sekali. " Tawa Kai meledak seketika saat melihat tatapan Ae-ra.
" Auhhh... Jinjja. " ucap Ae-ra kesal lalu berjalan keluar dari gedung lebih dulu meninggalkan Kai.
Langkah kaki Ae-ra terhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya dari kejauhan menghampiri Kai.
" Jong In a... " Sapa wanita itu.
Kai menatap wanita itu dengan tatapan penuh kebencian. Kehadiran wanita itu seolah kembali membuka luka lama yang tengah Kim Jong In berusaha untuk melupakannya.
" Sedang apa disini? " Tanya Kai dingin.
Wanita itu hanya tersenyum getir seolah dia sudah dapat menerka bagaimana reaksi Kai jika bertemu dengannya.
" Ada seseorang yang ingin ku temui disini. " jawab wanita itu.
" Ah. Benarkah? Baiklah lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. " ucap Kai menahan kebenciannya.
" Kai ya... Bisakah kita ~ "
" kenapa kamu lama sekali? Aku menunggumu. " Dengan cepat Ae-ra merangkul lengan Kai.
" ah.. Ae-ra ya, ini Kim Soon Hee. Mantan tunanganku yang meninggalkan ku demi pria lain. Dan Ini Go Ae-ra wanita yang selalu ada di sampingku. Dan aku sangat mencintainya. " Kai melepaskan rangkulan tangan Ae-ra lalu menggenggam erat tangan Ae-ra di hadapan wanita itu.
****
Ae-ra menatap Kai yang hanya menatap dingin punggung Kim Soon Hee yang berjalan meninggalkan mereka.
" Gomawo. " Jawab Kai.
" Gomawo? Untuk apa? Sandiwara tadi? " tanya Ae-ra.
" Eum. Untuk sandiwara tadi. " Kai tersenyum dengan sudut bibirnya.
" It's okay. Aku hanya melanjutkan apa yang dimulaimu lebih dulu. " Jawab Ae-ra.
" Berhati hatilah dengan apa yang kamu perankan. Karena apa baru saja ku katakan dan kamu sangka adalah sebuah kebohongan belaka, bagaimana jika semua itu benar adanya. Bukankah 99% dari sebuah sandiwara dilakukan dengan kejujuran? " ucap Kai.
" what? " Ae-ra menatap Kai bingung.
" Ayo cepat jalan. Aku lapar. " Ucap Kai sambil berjalan lebih dulu meninggalkan Ae-ra yang mengikuti dengan wajah kebingungan tak mengerti dengan apa yang baru saja di katakan Kai padanya.
*****
ket :
¹.Maket atau miniatur adalah perwujudan fisik 3 dimensi sebuah desain dalam skala kecil atau mini. Fungsinya adalah sebagai media visualisasi sebuah desain.