Chereads / 13 Reason Why ( I Love You) / Chapter 12 - The Thirteenth

Chapter 12 - The Thirteenth

Ae-ra menarik gorden di ruang tamunya dengan sekali hentakan. Dia tidak ingin sinar matahari pagi membangunkan Kai yang masih terlelap dalam mimpinya.

Dia memangku dagu dengan kedua tangannya. Bias cahaya putih matahari pagi samar-samar menembus gorden putih tipis mengenai wajah Kai. Setiap cahaya yang mengenai wajahnya mempertegas garis wajah Kai yang begitu mempesona. Hingga tanpa Ae-ra sadari sebuah senyuman mengambang di kedua bibirnya.

" Apa kamu sudah puas memandangi mahakarya ciptaan Tuhan? " Kai menyisipkan lengannya dibalik lehernya.

" Kkamjjakgiya! " Suara Kai mengejutkan Ae-ra.

" Apa aku sudah bisa membuka mataku? Atau kamu masih ingin menikmati ketampanan wajahku? Karena mahakarya seperti ini tidak bebas di pertontonkan. Dan aku akan menagihmu dengan sangat mahal atas ini. "

" Mwo? Cham! " Ae-ra bangkit dari duduknya berkacak pinggang menatap kesal Kai.

" Bukannya aku sudah berlangganan premium atas wajahmu itu? " ucap Ae-ra lagi.

" a... Jadi kamu berhak atas ketampananku? " Kai mengubah posisi tidurnya menyamping memangku kepalanya dengan satu tangan.

" Bukan berhak. Tapi wajahmu itu, bukannya aku sudah melihatnya selama bertahun-tahun? Dan begitu membosankan jika di lihat terus menerus. " Ae-ra menuju dapur dan ikuti oleh Kai

" Yang benar saja. Bosan? Yakin? Terus, kenapa kamu tersenyum seperti itu saat menatapku? " Kai meniru senyum Ae-ra.

" Ya! Kim Jong In, apa kamu pikir kamu punya aura yang tak tidak bisa aku tolak? " Ae-ra meletakan gelas dengan kasar hingga terdengar dentuman keras.

" Mulloniji. Tentu saja. Of Course! Buktinya kamu tidak menolak ciumanku. " Jawab Kai percaya diri.

" mworago? Apa katamu? " Mata Ae-ra membulat mendengar Kai mengungkit kembali adegan ciuman itu.

" Lantas kenapa kamu menerima begitu saja? "

Ae-ra menelan ludah. Dia terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan Kai. Kali ini Kai benar-benar memojokannya.

" Kenapa diam? Semakin kamu diam semakin jelas terlihat di wajahmu bahwa kamu tengah mencari-cari alasan untuk mengelaknya. "

Kali ini Ae-ra mati kutu dibuat Kai. Dia tidak tau harus menjawab dengan jawaban seperti apa. Berbohong pun percuma. Karena Kai cukup mengenal Ae-ra dengan baik.

" Neo ... waeire, Jinjja? Sebenarnya ada apa denganmu? Masih pagi untuk berdebat denganku. " Ae-ra mencoba menghentikan perdebatan.

" Aku tidak berdebat denganmu. Yang aku lakukan hanyalah mencari jawaban yang sebenarnya. " ucapan Kai tiba-tiba terdengar serius.

" Jawaban? Jawaban atas apa? "

" Atas apa yang kurasa. " Kai menatap Ae-ra dengan tatapan hangat namun tajam.

" Hahaha " Ae-ra tertawa lepas.

" Memangnya apa yang kamu rasa? " kata Ae-ra disela-sela tawanya.

" nan, neo johahae, Go Ae-ra ssi. Eotteokaji? Aku menyukaimu Go Ae-ra ssi. Bagaimana ini? Aku menyukaimu bukan sebagai teman. Tapi sebagaimana seorang pria menyukai seorang wanita. Eotteohalka? Apa yang harus aku lakukan? "

Pipi Ae-ra tiba tiba memanas mendengar pernyataan Kai. Aliran darahnya berdesir deras tanpa permisi menembus setiap urat nadinya hingga ke jantung.

Dalam sekali hentakan jantungnya memukul rongga paru-parunya menyerap semua oksigen disekitar dan mengirimkannya ke otak.

Signal-signal yang dikirimkan ke otak tak mampu membuat Ae-ra mencermati pernyataan tiba-tiba Kai.

" apa kamu masih mabuk karena soju semalam? " tanya Ae-ra yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Sudut bibir Kai terangkat mendengar pertanyaan Ae-ra yang masih tak percaya dengan apa yang di katakannya.

" nan... Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung menyukaimu. Aku menyukai, aku ingin berkencan denganmu. Dan aku ingin tidur dan menghabiskan malam denganmu. Awalnya aku pikir aku gila. Ternyata tidak. Aku berusaha keras menghindarimu. Namun kamu selalu hadir dihadapanku di tiap kesempatan dan tanpa di sengaja. Seperti di lift waktu itu. 3 tahun lalu. "

Ae-ra makin membisu. Seluruh ruangan di rumahnya seperti di hentikan waktu. Sepi. Sunyi. Yang terdengar hanyalah detak jantungnya yang tengah beradu irama dengan irama nafasnya. Dia tidak menyangka Kai yang sehari-harinya menyebalkan dan terus menggodanya dengan rayuan gombalnya, kini menyatakan perasaannya tanpa aba-aba, tanpa isyarat.

" Apa yang akan kamu lakukan sekarang Go Ae-ra. Aku rasa aku tak bisa lagi menahannya lebih lama lagi dan aku jamin kamu mulai saat ini kamu akan terus memikirkanku. Dan hanya aku yang ada di pikiranmu. " Ucap Kai.

***

Sejak ungkapan perasaan tiba-tiba Kai, Ae-ra terus menghindar darinya. Berulang kali Kai mencoba untuk menghubunginya, namun tidak dijawab oleh yang empunya nomor.

" Berhentilah menghubunginya. Jika dia tidak mengangkat panggilan darimu, maka temuilah dia. " Park Sang Mi meletakkan secangkir Espresso pesanan Kai.

Kai tersenyum mendengar usul dari Park Sang Mi sahabatnya.

" Percuma saja jika aku menemuinya sekarang, dia pasti akan menghidariku. " Kai menyeruput kopinya.

" Terang saja dia menghindarimu. Wanita seperti dia, ungkapan cinta bagi mereka terdengar seperti sesuatu yang sakral. Dan hal itu diucapkan oleh orang seperti mu ~ "

" Seperti ku bagaimana? " Dengan cepat Kai memotong ucapan Park Sang Mi. Sepertinya dia tidak menerima saat Hyungnya itu memberikan penekanan nada pada kata 'sepertimu'.

" Ya... Aku tidak perlu menjelaskan seperti apa dirimu. Kamu lebih jelas mengenali siapa dirimu. Benarkan? Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? "

" Anggap saja. Aku sedang memberikan waktu untuknya berpikir. " Kai menatap lurus ke arah seorang wanita yang dikenalnya tengah menikmati ice coffe. Mata mereka beradu pandang.

" Saat ini aku cukup puas walau hanya memandangnya dengan cara seperti ini. " Ucap Kai sambil tersenyum tanpa memalingkan pandangannya.

Ae-ra yang terkejut dengan cepat mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Kai. Tatapannya seperti  hujaman deras air hujan pada tanah yang gersang. Menyejukkan.

" Geu Yeoja? Wanita itu? Go Ae-ra ssi? " Ucap Park Sang Mi terkejut setelah mengetahui bahwa wanita yang di maksud Kai adalah Go Ae-ra.

" Apa Hyung mengenalnya? "

" A.. Tentu saja aku mengenalnya. Dia salah satu langganan di caffe kami. " ucap Park Sang Mi berbohong.

Bagaimana ia tidak berbohong, bahwa pria yang Ae-ra dan dia omong dan jelek-jelekkan saat itu adalah Kai.

" Bisa mati aku jika Kai mengetahuinya. " Ucap Park Sang Mi dalam hati.

***

" Yeobseyo ~ "

" Akhirnya kamu menjawab panggilan ku juga. " Ucap kai riang mendengar suara Ae-ra.

" wae? Ada apa? " Ae-ra mencoba mengontrol suaranya yang mulai terbata-bata.

" Kenapa menghindariku terus menerus. Ini sdh lebih dari 2 minggu. Jika saka kamu tidak mengangkat panggilanku kali ini, aku mungkin sudah berada di bandar dan segera menyusulmu ke Jeju. " omel Kai.

" aku tidak menghindarimu. Aku hanya sedikit sibuk akhir-akhir ini. " Ae-ra membuat alasan.

Kai tersenyum jenaka mendengar alasan yang dibuat Ae-ra. Dia tau benar bahwa proyek kerja samanya dengan Choi Jin Woo telah memasuki tahap finishing.

" Ada 2 alasan mengapa seorang wanita menghindari panggilan telepon dari pria yng menyukainya. Itu karena, Dia menyukainya atau  dia membencinya. Dan aku rasa aku bukan di pilihan yang ke 2. "

" Nan pappa. Museun mareul sipeo? Aku sibuk. Apa masih ada yang ingin kamu katakan padaku? Palli malhae. Nan jinjja pappa. Cepat katakan aku benar-benar sibuk. "

" bogosipeo. Geunyang bogosipeosseo. Aku hanya merindukanmu. "

" aku pikir ada hal penting  apa yang ingin kamu sampaikan. kkuneo!!! Aku putus teleponnya. "

" auhhh jinjja. " Ae-ra menatap kesal ponselnya. Namun disaat bersamaan senyuman terlukis di bibir tipisnya.

" Wae? Museun iriseo? Apa ada masalah di seoul? " Tanya Jin Woo.

" aniya. Eobseo." Jawab Ae-ra.

****

Ae-ra memasuki sebuah caffe yang menjadi tempatnya bertemu dengan Kai.

Sambil menghilangkan menunggu Kai, Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

Senyuman terlukis dibibirnya saat melihat beberapa fotonya bersama Kai yang tersimpan di galeri ponselnya.

" Apa anda ingin memesan lebih dulu? " Suara salah seorang pelayan caffe menyadarkan Ae-ra dari lamunannya.

" ah. Anyo. Tidak, terima kasih.a

Aku akan menunggu temanku lebih dulu. " Jawab Ae-ra.

" Kalo begitu. Aku akan meninggalkan menu disini. " Pelayan itu meletakkan menu di meja lalu pergi meninggalkan Ae-ra.

" Aku pasti sudah gila. Mengapa aku tersenyum seorang diri ketika melihat foto Kai? Dan mengapa harus Kai? Dari semu pria yang ku kenal dan yang dekat denganku mengapa harus Kai? Apa aku benar-benar menyukainya? Diakan.....  (playboy) "

Ae-ra mengucapkan kata 'playboy'di dalam hatinya. Selama ini itulah yang dia lihat dari Kai. Pria yang selalu saja menebar pesona pada semua wanita di dekatnya. Dan semua semua rayuannya terhadap semua wanita selalu berakhir dengan satu kata. Ranjang.  Dan Ae-ra tidak ingin menjadi salah satu dari kesekian wanita itu.

Ae-ra mengeluarkan buku agenda kecil dan bolpoin dari tasnya.

" Aku harus menulis semua hal yang aku tidak sukai darinya. Semuanya. " Ucap Ae-ra.

Dengan serius Ae-ra menulis semua hal yang dia tidak suka dari diri Kai. Satu persatu dia menuliskannya.

Betapa menyebalkan Kai padanya, Betapa Kai selalu mengerjainya, Betapa Kai yang selalu cerewet dengan isi Kulkasnya.

" Mwo Hae?" Tanya Kai yang tiba tiba saja sudah duduk di hadapan Ae-ra.

" Neo Eonje wasseo? Kapan kamu datang? " Tanya Ae-ra yang terkejut melihat Kai dihadapannya.

" 13 itu angka sial. " Ucapnya saat mengintip tulisan di agenda Ae-ra.

Mendengar ucapan Kai, Ae-ra segera menutup buku agendanya dengan kedua tangan.

" Ae-ra ya, bisa kah kamu menolongku? " tanya Kai dengan nada serius.

" menolongmu dalam hal apa? Jika itu bisa aku lakukan, aku pasti bisa membantumu. " Jawab Ae-ra.

" tidak kamu harus membantuku. Kkuk! Harus! " Kai menggeser tubuhnya, pindah ke samping Ae-ra. Tatapannya semakin serius menatap Ae-ra.

" Ya. Kim Jong In. Neo waeire jigeum. Ada apa denganmu? " ucap Ae-ra yang mulai gugup melihat Kai semakin memperjelas perasaanya.

" Kamu harus membantuku meredakan detak jantungku ini. Setiap bersamamu jantungku seolah-olah lupa tugasnya unyuk memompa darahku. " Kai meraih tangan Ae-ra meletakkan tangan Ae-ra di dadanya.

Detak jantung Kai yang lembut terasa menembus kulit arinya. Getaran itu mengalir menembus ke telapak tangan mungil Ae-ra. Menjalar keseluruh tubuhnya. Memprovokasi jantung Ae-ra ketika Kai mentap tajam kedua manik hitam matanya.

" Aku tak bisa mengatasinya seorang diri. Aku membutuhkanmu. Eum? " Kai mencondongkang wajah lebih dekat. Membuat sensasi panas di kedua pipi Ae-ra.

Waktu seketika itu terhenti. Suara riuh para pelanggan di restoran itu perlahan-lahan mulai memudar. Yang terdengar samar-samar di telinga Ae-ra hanyalah lagu Cody Simson - Golden thing yang di putar pemilik caffe.

I'm Shot. Aku tertembak seperti lirik lagu itu.

Nama itu kini semakin jelas dalam hatinya. Kim Jong in.

" Dialah 1 alasan dari ke 13 alasan lainnya.

Dia merusak semua keteraturan yang ku buat.

Dia mematahkan 13 alasan ku menjaga jarak darinya.

Dia ke 13 alasan mengapa aku mencintainya.

Ya...  13 adalah angka sial. Dan benar- benar sial. Sialnya aku jatuh cinta padamu. " ucap Ae-ra dalam hati.

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤