Aku berusaha percaya terhadapnya. Ahwan dia adalah pria yang telah menjadi suamiku. Awalnya aku tidak pernah melihat kejanggalan apapun. Karena dulu pria itu menikahiku dengan cara baik-baik. Kami menikah tanpa pacaran, pria itu dengan gantle melamarku di hadapan orangtuaku. Dia juga mengaku telah menyimpan perasaan padaku sejak lama. Dia adalah kakak tingkatku dulu di Universitas Negeri Sebelas Maret.
Aku percaya dan langsung jatuh cinta padanya. Namun setelah seminggu pernikahan kami. Aku menemukan kejanggalan-kejanggalan. Mas Ahwan sering pergi tanpa pamit kepadaku. Bahkan dia pernah pergi bersama Nada yang dia kenalkan padaku sebagai seorang sahabat. Aku selalu berusaha percaya. Tapi nyatanya hatiku tak cukup kuat melihat kenyataan. Mereka berinteraksi lebih dari sahabat, bahkan semua orang tahu jika mereka layak raja dan ratu. Disaat ada Ahwan pasti akan ada Nada.
Jujur aku ingin berpisah darinya. Tapi pria itu selalu mengatakan jika hanya aku yang dia cintai. Dan hal itu yang membuatku terus bertahan walau aku tahu hatiku terluka. Karena lebih baik terluka dari pada kehilangan.
****