Chereads / Aksara Rindu / Chapter 3 - BAB 2

Chapter 3 - BAB 2

Rindu Ahwan

Sheila POV

Aku duduk di sofa ruang tamu, menunggu Mas Ahwan pulang. Walau dia sudah mengatakan untuk tidak menunggunya tadi. Tapi aku tidak peduli, aku tidak akan bisa tidur nyenyak sendiri di kamar tanpa dirinya. Aku melirik jam yang sudah menunjuk pada angka 10.

Aku menghembuskan napas. Rasanya tidak menyenangkan sama sekali. Aku bosan menunggunya bahkan game yang tadi menemaniku tak sanggup membunuh kebosananku. Aku membaringkan diriku ke sofa yang untungnya pas dengan tubuhku.

Tanpa aku sadari mataku terpejam tanpa aku minta.

Aku merasakan tubuhku seperti di angkat dan di bawa ke dalam sebuah pelukan bahkan aku merasakan kecupan berulang kali di keningku. Aku membuka mataku, saat itu mataku bertemu dengan mata Ahwan.

Dia tersenyum melihatku terbangun karena ulahnya. "Mas sudah pulang, aku kok nggak denger suaranya." Ujarku, ku kalungkan tanganku ke lehernya.

"Kamu terlalu nyenyak tidur sayang."

"Kenapa tidur di sofa?"

"Aku tidak bisa tidur di kamar. Soalnya Mas Ahwan tidak bersamaku." Kulihat pria itu terkekeh, setelah berhasil membawaku ke kamar. Mas Ahwan menurunkanku keranjang. Ia bertahan berada di atasku, sambil mengecupi keningku.

"Padahal mas sudah menyuruhmu untuk tidur terlebih dahulu di kamar. Tapi kamu nakal ya lebih memilih menunggu mas datang." Aku cemberut mendengarnya, saat itu juga aku sekilas melihat waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dalam hati aku bertanya apa yang dilakukan pria itu hingga pulang begitu lama. Aku penasaran sangat penasaran. Tapi aku tidak pernah berani untuk mencari tahu itu, aku takut jika aku tahu aku akan kehilangan pria ini. Aku belum siap hidup tanpa dirinya.

"Kan tadi Sheila sudah bilang. Kalau Sheila tidak bisa tidur tanpa mas." Ujarku sambil memeluk lehernya.

"Kamu ini aneh-aneh aja ya, jangan cemberut gitu nanti mas cium baru tahu rasa." Aku malah cemberut menggodanya sambil memasang wajah kesal.

"Sheila," panggilnya dengan suara serak. Aku menatapnya, aku bisa merasakan wajahnya berubah sendu menatapku memuja dia menginginkan aku. Detik berikutnya aku merasakan bibirnya mencium bibirku penuh hasrat. Aku diam menikmati itu. Lalu dia melepaskannya sebentar menatapku untuk meminta persetujuan agar mendapatkan lebih dari sekedar ciuman.

Aku terpejam sebentar, lalu aku mendekatkan wajahnya ke wajahku menciumnya menjawab keinginannya. Saat itu aku terlena kembali ke dalam cintanya. Dia begitu lembut dan memuja diriku dengan ciumannya. Dan aku tidak bisa menolak, meski aku sedang kesal dengannya. Namun aku akan tetap menghabiskan malamku bersamanya bercinta dalam lautan gairah. Seperti itulah wanita, ia akan mudah luluh dengan perkataan dan sentuhan pria yang ia cintai.

*****

Aku saat ini berada di kantin bersama teman-temanku. Namanya April, Windy dan Rindu, mereka adalah teman pertama yang aku kenal ketika pertama kali kuliah di sini. Bagiku mereka adalah teman yang baik dan perhatian. Bahkan mereka juga sudah tahu jika aku menikah, karena aku juga mengundang mereka di pesta pernikahanku.

Mas Ahwan juga begitu ia juga mengundang teman dan sahabatnya. Saat itu juga aku tahu jika Mas Ahwan memiliki sahabat perempuan yang bernama Nada. Jujur aku cemburu karena gadis itu sudah mengenal Ahwan dari kecil sedang aku tidak, apalagi Nada yang bersikap seolah-olah ia lebih tahu semua tentang Ahwan dari pada aku, tapi aku bersikap maklum karena ku juga mempunyai sahabat laki-laki yang bernama Christian Valdo, dia berbeda agama denganku tapi kami bisa bersahabat dengan baik dari kecil. Ia juga kuliah di tempat yang sama denganku. Namun sejak aku menikah ia jadi jarang bertemu denganku. Valdo seakan-akan menjauh dariku.

Nada gadis itu ternyata juga satu kampus denganku, dia sudah semester atas tapi belum mampu menyelesaikan skripsinya. Banyak yang mengatakan jika Mas Ahwan dan Nada itu selalu kemana-mana bersama seperti seorang raja dan ratu. Tapi anehnya Mas Ahwan tidak menikah dengan gadis itu malah menikahiku. Untungnya Mas Ahwan sudah lulus, jika tidak mungkin aku tidak sanggup melihat mereka bersama apalagi mereka berada di jurusan yang sama.

Sikap mas Ahwan yang akhir-akhir aneh juga menambah kecurigaannya. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Selain hanya diam menerima semua ini.

"Sheila kamu kenapa melamun." Suara Windy mengagetkanku.

"Ah, tidak apa-apa." Ucapku mencoba menutupi pikiran burukku.

"Kamu masih mikir mbak nada ya." Ujar Windy dengan penuh keyakinan.

Aku tersenyum kecil, seharusnya aku tidak berpikir di depan Windy. Gadis itu mempunya Indra ke-6. Ia bisa menebak apa yang kita pikirkan. Bahkan dia juga bisa mengetahui masa depan. Ia lahir di kota Kendal, kota itu masih lekat dengan aura mistisnya. Jadi tidak heran jika gadis itu unik.

"Sudahlah, jangan kamu khawatirkan. Aku bisa melihat cinta di mata Mas Ahwan hanya untuk kamu." Ujar Windy menenangkan. Aku mengangguk kemudian memakan mie goreng yang aku pesan tadi. Aku percaya perkataan Windy aku hanya takut jika perasaan cinta itu akan hilang karena seseorang.

"Iya Sheilanya kita yang manis. Mas Ahwan itu udah di stempel cuma buat kamu." April ikut menangkanku, sedang Rindu dia gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Dia berusaha menghindar dari percakapan ini.

"Rindu," panggilku.

"I--yya" gadis itu nampak tergagap karena panggilanku.

"Kamu kok diam aja dari tadi." Ujarku, apa dia sedang ada dalam masalah. Melihat dia seperti sedang memendam sesuatu. Ternyata hal itu juga disadari oleh Windy.

"Tidak ada kok, maaf ya aku cuma kelelahan."

"Kalo ada apa-apa cerita aja." Ujar Windy menatap Rindu curiga.

"Iya."

"Habis ini kalau kita ke perpustakaan gimana. Sekalian cari buku buat PR." Ujar Rindu ia seperti mengalihkan perhatian.

"Ide bagus," kamipun setalah makan kami membayar makanan kami dan pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang kami butuhkan.

Ponselku berdering, aku tersenyum senang, ketika aku mendapatkan pesan dari Mas Ahwan. Pria itu menanyakanku sudah makan siang atau belum. Aku langsung membalas pesannya cepat.

"Sheila sudah makan siang. Mas Ahwan jangan lupa makan juga ya!!! 😘😘"

Sambil menunggu balasannya aku juga mengecek beberapa pesan yang masuk di WhatsAppku sambil membalasnya satu persatu.

"Tentu sayangku, tapi mas lebih suka makan bersama kamu."

"Yaudah mas kesini makan sama aku."

"Andai mas sedang tidak ada pekerjaan mas akan langsung kesana."

"Mas Rindu kamu mau makan kamu..."

Pipiku bersemu membaca itu pasti mas Ahwan sedang mengingatkanku akan kejadian tadi malam. Mas Ahwan bisa saja berpikir seperti itu disaat-saat seperti ini.

Aku tertawa membayangkan Mas Ahwan sedang makan sambil mempikirkanku. Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengannya. Pasti pria itu sangat merindukannya. Sama seperti aku yang merindukannya.

Follow Instagram @wgulla_