Sore itu sepulang dari Sligo, Raya dan Daniel datang ke rumah Kevan dan Freya.
" kau yakin ini rumahnya ? kok banyak bodyguard nya diluar ? kaya rumah seorang mafia di film-film itu."
tanya Raya sedikit ragu ketika mobil yang dikendarai Daniel baru bisa masuk setelah dihadang orang-orang berkaca mata hitam dan berpakaian serba hitam itu.
memang sejak Freya kembali pulang, Kevan sengaja menyewa beberapa bodyguard dirumahnya. ia tidak mau kejadian yang lalu terulang. saat Freya pergi dari rumahnya dan hampir membuat Kevan menjadi gila.
mendengar ucapan Raya, Daniel pun hanya menyeringai.
" selamat datang di kastilnya Kevan dan Freya. ayo turun. jangan bengong begitu !!"
ucap Daniel ketika mobilnya sudah berhenti.
Raya tampak tercengang melihat kediaman Freya yang luas dan bisa dibilang mansion, bukan rumah.
" gila nih si Freya. rumahnya gede bener."
gumamnya terkagum-kagum.
" kebanyakan bengong, Ray. kau mau mansion seperti ini ? akan ku berikan jika kau menjadi pendampingku sekarang juga."
kata Daniel sambil tersenyum miring.
bola mata Raya membulat.
" cehh, memangnya menikah beda negara itu semudah membalikkan telapak tangan ? ngaco alias ngelantur."
balasnya cuek.
" ini yang aku suka dari gadis Asia seperti Raya. Eksotis dan Menggairahkan."
gumamnya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
" ngapain senyum sendiri ? kesamber dedemit dirumah ini baru tau rasa kau, Niel."
" bicara mu sembarangan."
" tuh dedemitnya lagi asik bermain."
tunjuk Raya kepada Aaron yang tengah bermain dikolam bola, ditaman depan rumah bersama Linda.
" hush !! itu Aaron."
" iya aku juga tau itu Aaron. gak mungkin itu bayi yang dikandung Freya kan ? "
celoteh nya Raya bikin Daniel geleng-geleng kepala.
mereka pun berjalan mendekati Aaron yang tengah tertawa riang saat bola-bola warna-warni itu dilempar Linda ke arahnya dengan lembut.
" hi, Aaron. "
sapa Daniel seraya mencubit gemas pipi gembulnya.
" lihatlah, dia lucu kan ?"
tanya Daniel memandang ke arah Raya yang saat itu tengah memperhatikannya juga.
" hhmm-- iya. Aaron sangat lucu dan menggemaskan."
jawab Raya akhirnya mengakui.
" apa kau mau membuatnya bersama ku ?"
Raya langsung mengerucutkan bibirnya.
" dasar mesum."
ucapnya sambil mengacak-acak rambut Daniel.
Linda yang juga mendengarnya itu jadi ikutan tersenyum melihat tingkah kedua orang itu.
" Linda, apa Kevan dan Freya ada dirumah ?"
tanya Daniel kemudian.
" tuan sepertinya belum pulang. tapi kalau nyonya Freya ada dikamar nya. saya akan panggilkan."
ucap Linda seraya menggendong Aaron yang masih asik bermain itu.
" hey, biarkan Aaron disini bersama kami. kau tau aku siapa kan ? pergilah panggilkan Freya !"
Linda pun mengangguk lalu menurunkan Aaron dari gendongan nya, dan segera beranjak masuk kedalam.
" apa sebelumnya kau sudah punya anak ?"
tanya Raya.
" hah ? anak yang mana?"
Daniel malah balik bertanya.
" serius Daniel. aku takut kejadian yang dialami sahabatku itu terjadi padaku. "
ucap Raya menurunkan pandangannya.
" hey, lihat aku !!"
Daniel mengangkat wajah Raya hingga kini mereka saling beradu pandang.
" aku lebih baik dari Kevan. percayalah. "
ucap Daniel seraya mengecup sekilas bibir Raya.
" yuhuu, kalian bermesraan begitu didepan anak kecil ? ya Tuhan. menjijikan sekali."
tiba-tiba Freya sudah berdiri diantara keduanya seraya melipatkan tangan didadanya.
" No no, Fre. ini tidak semenjijikan seperti yang kau kira. kami hanya sedang bergurau."
sahut Daniel membela diri.
" iya santai saja, Daniel. aku percaya kok. kalian udah sama-sama dewasa. i'm just kidding."
Daniel pun tampak bernafas lega.
" Fre, besok aku akan kembali ke Bandung. urusanku disini sudah selesai."
" yaaah...kok cepet banget sih, Ray. tinggalah disini untuk beberapa hari lagi. "
ucap Freya terlihat sedih.
" waduuh, Ray. kelamaan tinggal satu apartemen sama si Daniel, bisa-bisa pas balik nanti udah bunting kaya kamu. duh.. amit-amit. bisa digantung bokap nyokap dah gue."
ucapnya pake bahasa Ina.
'ha ha ha.'
Freya tertawa dengan lepasnya. seakan beban ini ikut terlepas bersama tawanya.
" Hey, sayang. kamu terlihat bahagia sekali. apa yang kalian bicarakan ?"
tanpa disadari Kevan datang dan langsung melingkarkan tangannya di perut freya seraya menaruh dagu di bahu istrinya.
Tawanya langsung terhenti. wajahnya kembali sendu bila melihat wajah suaminya.
Raya bisa melihat kondisi kejiwaan Sabahatnya yang terlihat tidak beres dan penuh tekanan itu.
" aku akan membersihkan badan sebentar. setelah itu kita akan dinner bersama. jadi kalian betah-betah dulu disini sambil menjaga Aaron ya."
ucap Kevan tertawa sambil berlalu masuk kedalam rumahnya. tak lama kemudian Freya pun hendak menyusul Kevan.
" kalian masuklah. tolong bawa anak itu masuk juga, Ray. udaranya sudah mulai dingin, gak baik untuk kesehatannya. aku akan menyiapkan keperluan suamiku dulu."
Raya hanya mengangguk pelan lalu menatap punggung Freya yang berlalu menyusul Kevan.
" aku tau perasaan mu, Fre. bersabarlah, hari itu akan datang, hari dimana kamu akan merasakan bahagia dengan semua keputusan terbaikmu."
lirih Raya dalam doanya untuk sahabatnya itu.
" ayo masuk ! bengong saja dari tadi."
terlihat Daniel sudah menggendong Aaron dan membuyarkan semuanya.
" oh, ya. ayo."
***
makan malam yang sangat menyenangkan bagi Freya. bagaimana tidak, setiap celotehan Raya selalu sukses membuat Freya tertawa lepas.
" jadi kapan nih kau akan menikahi Raya ?"
tanya Kevan seraya menelungkupkan sendok ke atas piringnya yang telah kosong itu.
" maybe, I need about six months to be able to marry her."
ucap Daniel menggenggam tangan kiri Raya diatas meja makan.
" Wow. terlalu lama itu, Niel."
jawab Kevan.
" kami ini menikah beda negara. semuanya butuh proses panjang dimata hukum. memangnya situ yang cuma butuh waktu dua minggu saja."
Balas Raya nyinyir.
Daniel reflek menyikut tangan Raya, dan memberikan isyarat mata.
" kau-- ah, sudah lah aku tak mau berdebat denganmu, Ray. "
ujar Kevan tumben-tumbenan mengalah. karena tidak enak dengan Daniel.
" baiklah Kev. kalau begitu kami akan pulang dulu. karena besok pagi Raya akan kembali."
ucap Daniel pamit.
" oke. kalian puas-puasin dulu deh, sana. Freya juga kelihatannya butuh istirahat tuh."
mata Kevan langsung tertuju pada Freya yang banyak diam dan terlihat lelah.
" Fre, aku balik dulu. kamu baik-baik sama Kevan.
dan kau Kevan, tolong jaga dia jangan bikin dia menangis terus."
ucap Raya.
Freya dan Raya saling berpelukan.
" kau juga harus baik-baik disana. jangan sampai gak jadi nikah dengan Harry Potter mu ini. karena kalau tidak jadi, maka kita akan sangat jarang sekali bertemu."
bisik Freya.
" siap, nona. semoga berjodoh ya. aamin."
akhirnya Daniel dan Raya pun pamit pulang.
Freya lalu membereskan bekas acara makan malam barusan.
" kamu tidur duluan saja, Kev. aku akan membereskan ini sebentar."
" tidak. kau harus tidur bersama ku sekarang."
Kevan pun merengkuh tubuh Freya ala bridal ke arah kamarnya. dan Freya hanya pasrah berada direngkuhan Kevan.
inilah cara Kevan mencintai Freya. terlalu rumit bila dituangkan lewat kata-kata. tapi satu yang pasti, Kevan sangat takut kehilangan Freya.