perjalanan yang sangat melelahkan. padahal sebelumnya Freya selalu enjoy saja berjam-jam dipesawat. tapi kali ini berada di jet pribadi yang konon katanya sangat nyaman itu pun malah membuatnya lelah dan mual.
sesampainya dikediaman mereka, Freya langsung memasuki kamarnya karena terlalu lelah dan ingin segera merebahkan badannya dengan leluasa diatas ranjang yang berukuran luas itu.
" ranjang ini lebih nyaman dari jet pribadinya milik kevan."
ungkapnya seraya memejamkan mata sejenak menikmati kenyamanannya.
tak lama kemudian Kevan menyusul untuk merebahkan tubuhnya disamping Freya.
" welcome home, sayang."
ucap Kevan sambil menindih sebagian tubuh istrinya dan mengecup bibir merah nan imut itu.
" tidak malam ini, Kev. aku lelah."
kata Freya mengerti dengan gelagat suaminya itu.
" oke. kalau begitu istirahatlah. aku akan ke kamar Aaron sebentar."
ucap Kevan dengan nada sedikit kecewa sambil beranjak turun dari ranjangnya.
" siapa ? Aaron katamu ?"
Freya begitu terkejut dan terperanjat bangun.
" iya. kamar Aaron ada disebelah kamar kita, sayang."
jawabnya polos tanpa memikirkan kondisi jiwa istrinya yang mungkin shok setelah mendengar itu.
kedua mata Freya mulai berkaca-kaca mendengar kalimat itu. nafasnya mulai memburu, wajahnya yang tadi terlihat lelah, menjadi begitu emosi.
" sejak kapan Claire dan anakmu itu tinggal disini ? apa sejak aku pergi ? lantas kenapa kau jemput aku untuk kembali kerumah ini, kalau nyatanya sudah ada mereka yang menggantikan posisiku disini. kamu tega, kevan."
ucapnya seraya memeluk kedua lututnya yang ditekuk dan menelungkup kan kepalanya disitu.
melihat sikap Freya, Kevan langsung memeluk tubuh istrinya erat-erat namun Freya tampak dingin dan tidak membalas pelukannya.
" kamu salah. Claire tidak ada disini. dan tidak akan ada wanita lain yang bisa menggantikan posisimu sebagai nyonya rumah ini, Fre."
ucap Kevan menyakinkan Freya.
" lantas maksudmu tadi apa ?"
lirih Freya seraya melepaskan rengkuhan tangan Kevan dari tubuhnya.
" Aaron akan tinggal disini bersama kita selamanya. ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain aku, ayah kandungnya."
Freya langsung mengangkat wajahnya menatap tajam pada Kevan dengan berlinangan air mata.
" Claire sudah tiada, Fre."
Freya terkejut.
" maksudmu--"
" maksud ku Claire memutuskan untuk pergi. dan mungkin tidak akan pernah kembali."
jelas Kevan memotong maksud kalimat yang akan dilontarkan Freya agar tidak berbuntut panjang.
Freya sudah sangat lelah membahas ini semua. ia memilih diam tak berkata lagi. lalu ia beranjak pergi ke kamar mandi yang masih berada di dalam kamarnya itu.
disanalah ia bisa meluapkan emosinya dibawah guyuran air shower yang hangat.
" Aaron. bisakah aku menerima anak itu ? dia bukan anakku. bahkan sejujurnya aku sangat membencinya. "
lirihnya seraya menjambak rambut panjangnya yang telah basah kuyup itu.
" dan kau, Kevan. kau sangat egois. hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa tau perasaan ku yang sakit karena mu. tapi sejujurnya aku sangat mencintaimu melebihi apapun kecuali Tuhan ku."
air matanya mengalir deras turun bersamaan dengan cucuran air shower. cukup lama ia berdiri dibawah shower berdiameter lima belas centi itu. sampai akhirnya, hatinya mulai merasa tenang dan ia keluar menuju kamarnya untuk berganti pakaian yang telah basah itu.
Kevan sudah tidak berada dikamarnya. mungkin ia sedang dikamar Aaron. dan Freya langsung merebahkan tubuhnya dengan keadaan rambut yang masih basah karena terlalu lelah untuk mengeringkannya.
***
keesokan paginya, Freya terbangun.
tubuhnya merasa menggigil dan tidak enak badan. ia baru tersadar ketika melihat posisi bantal Kevan yang masih rapi tak terjamah disebelah nya itu.
" dia tidak tidur disini semalam."
gumamnya kecewa.
Freya memaksakan diri beranjak dari ranjangnya, keluar menuju dapur dan hendak membuatkan kopi untuk Kevan seperti biasanya kala dipagi hari.
ia terlihat kaget saat melihat seseorang berada di dapurnya sedang menuangkan susu kedalam botol dot.
" kau siapa ?"
tanya Freya menatap wanita yang usianya kira-kira dibawah dirinya beberapa tahun itu.
" oh, saya Linda, nyonya. saya baby sitter nya Aaron."
jawabnya terdengar gugup.
" owh baby sitternya. trus Kevan mana ? apa kau melihatnya ?"
tanya Freya sinis.
" semalam tuan Kevan tidur dikamarnya Aaron, nyonya. "
Freya menghela nafasnya kasar.
" trus kamu sendiri tidur dimana ?"
" hhmm-- saya tidur dikamar belakang, nyonya. semalam tuan Kevan menyuruh ku tidur ditempat lain karena ia akan tidur bersama Aaron."
" oke. kalau sudah selesai membuat susu itu, kau pergilah ! aku akan membuat kan kopi untuk suamiku."
" baik nyonya. saya permisi dulu."
jawab Linda langsung pergi ke arah kamar Aaron untuk memberikan susunya.
Freya memasak air panas yang akan dituangkan kedalam gelas berisi kopi. setelah selesai ia kembali ke kamar nya dan menyimpan kopi untuk suaminya itu di atas nakas samping ranjangnya.
lalu Freya kembali merebahkan badannya karena merasa lemas dan tak bersemangat.
tak lama kemudian Kevan datang dan langsung menghampiri Freya yang tengah berbaring. tapi Freya malah langsung membalikkan tubuhnya menghindari Kevan.
" kopi mu sudah ada disana. minumlah sebelum dingin."
ucapnya tanpa menoleh.
" Hey, bila bicara dengan suami itu tatap wajahnya. bukan membelakangi seperti itu."
bentak Kevan seraya membalikkan tubuh Freya dengan kasar.
" terus sekarang maunya apa ?"
tantang Freya balas membentak.
Kevan mencengkram tangan Freya hingga Freya meringis kesakitan.
" sakiit, Kevan."
namun Kevan tidak menggubris rengekan nya.
" aku tidak suka kau membentak ku seperti itu, Freya !! dirumah ini aku yang pegang kendali. kau istriku hanya menuruti apa mau ku. aku ingin kau berusaha menyayangi Aaron sepenuh hati seperti anakmu sendiri. dan kelak jika anak kita ini sudah lahir, jangan pernah kau membeda-bedakan nya. mengerti ? "
ucap Kevan dengan lugasnya.
lalu melepas cengkeramannya yang sudah menandainya biru pada pergelangan tangan Freya.
ia lalu menyeruput kopinya dan beranjak untuk membersihkan dirinya ke kamar mandi.
" siapkan pakaian kerja ku ! "
perintahnya tanpa menoleh ke arah Freya yang masih shock dengan perubahan sikapnya.
Freya segera beranjak membuka lemari pakaian Kevan dan memilihkan setelan kerjanya.
setelah itu ia langsung keluar lagi menuju dapur untuk membantu bi Yusa menyiapkan sarapan.
" nyonya Freya, kapan anda kembali ?"
sapa bi Yusa.
" semalam."
jawab nya.
" nyonya, lihat lah ! tuan muda Aaron sangat lucu dan menggemaskan. "
ucap bi Yusa memperhatikan Aaron yang berjalan tertatih-tatih menuju ke arahnya.
Freya melirik sekilas anak itu. lalu kembali menyibukkan dirinya didapur.
tiba-tiba Kevan dengan pakaian sudah rapi datang dan langsung menggendong Aaron.
" hey, Aaron kenapa kau kesitu, nak. bahaya bermain didapur. apa kau mau kenalan dengan Momy Freya ?"
ucap Kevan sukses membuat hati Freya kembali terkoyak.
Freya pura-pura tidak mendengar, ia tetap serius mengiris bawang bombai sampai tiba-tiba jarinya ikut teriris.
" aaww."
ia reflek membuang pisaunya lalu meraih jari telunjuknya yang sudah keluar darah.
" kau kenapa, sayang ?"
Kevan langsung menyerahkan Aaron ke gendongan Linda dan meraih tangan Freya yang terluka.
" sini, biar ku obati !"
Kevan membawa Freya duduk disofa ruang tengah. ia langsung mengambil first aid kit.
" hati-hati dong. mulai besok kau tak perlu lagi masak-masak didapur. biar bi Yusa yang mengurus semuanya. ingat kau sedang hamil, sayang."
ucap Kevan setelah selesai mengobati lukanya. lalu tak sengaja ia melihat pergelangan tangan Freya yang membiru akibat cengkeraman dirinya tadi dikamar.
" maaf. "
lirihnya seraya mengecup pergelangan tangan istrinya yang memar itu.
Freya tak bergeming. ia memilih diam.
" luka dijari ini tidak seberapa sakit ketimbang luka dihati ini, Kev. "
lirihnya dalam hati.