Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 9 - Tidak Bisa Lari, Hanya Bisa Menikah (2)

Chapter 9 - Tidak Bisa Lari, Hanya Bisa Menikah (2)

Qu Tan'er mengerti akan semua yang dikatakan Su Yuela tadi, dia bahkan mengerti banyak prinsip dan cara bertahan hidup. Membuatnya berpikir, Bukankah banyak sekali adegan seperti ini muncul di TV? Namun, untuk bersaing dengan wanita lain di istana? Dia pasti tidak bisa melakukannya.

"Tan'er, dengarkan aku."

"Duh, aku lelah dan ingin tidur. Tadi aku terjatuh dan masih kesakitan. Sudah ya, jika tidak tidur sekarang aku bisa mati kelelahan." kata Qu Tan'er melambaikan tangan dan mengeluarkan ekspresi kelelahan untuk mengusir dua gadis di hadapannya. 

"Jingxin, bujuklah dia," ujar Yuela. Namun, Jingxin menggelengkan kepala sambil memasang ekspresi wajah yang pasrah.

***

Satu bulan kemudian, upacara pernikahan pun berlangsung sesuai rencana. Kediaman Qu penuh dengan hiasan lampion merah, begitu pula di kediaman Pangeran Kedelapan. Mulai dari mahkota, jubah, hingga upacara pernikahan, semuanya sudah dipersiapkan dengan matang dan sempurna. Tidak ada satu orang pun yang dapat menemukan kekurangan pada acara itu.

Dari awal hingga akhir acara, sang pengantin pria yang tak lain adalah Pangeran Kedelapan, Mo Liancheng, hanya tersenyum tipis. Tidak bisa ditebak apakah pria itu merasa bahagia atau sebaliknya.

Masuk ke tandu pengantin, upacara pernikahan, lalu malam pertama. Huft! Qu Tan'er sudah menghela napas ratusan kali, karena ini bukanlah akhir yang diinginkannya.

Saat baru keluar dari kediaman Qu, Qu Tan'er sempat berharap ada perompak yang tiba-tiba menyergap atau terjadi bencana alam. Tapi akhirnya, semua berjalan dengan sangat lancar, bahkan angin pun tidak berhembus. Setelah masuk ke kediaman Pangeran Kedelapan, dia pun masih berharap acara tersebut gagal, mungkin akan ada beberapa wanita yang menangis dan mengacaukan pernikahan. Namun, upacara pernikahannya begitu berjalan sukses.

Aduh… batin Qu Tan'er, karena dia didorong masuk ke dalam kamar pengantin, lalu terlihat sosok seorang gadis yang juga masuk mengikutinya.

"Semoga Pangeran Kedelapan dan Nyonya dapat saling mencintai, hidup harmonis, segera mendapatkan momongan, dan panjang umur." Setelah berkata seperti itu, pintu kamar pun ditutup.

Pada saat itu, Qu Tan'er hanya duduk diam di tepi ranjang. Secarik kain merah menutupi kepalanya, dan itu menghalangi pandangannya. Hari ini tidak ada malam pertama, dia akan mencegah hal itu terjadi. Apapun caranya akan dia lakukan, lihat saja nanti! batinnya.

Strategi pertama adalah…

"Suamiku sayang!..." kata Qu Tan'er terdengar berseru manja, saking manjanya, bulu kuduknya sendiri dibuatnya berdiri. Seruannya itu berhasil membuat Mo Liancheng yang berjalan menuju ranjang menghentikan langkahnya. Namun tak lama setelah itu, dia melanjutkan langkahnya kembali. Dia melihat Qu Tan'er dengan tatapan aneh. Dia pikir ini tempat apa? Itu kan cara para wanita pelacur memanggil pelanggannya? batinnya.

"Suamiku sayang, apa itu kamu? Kenapa lama sekali? Aku sudah tidak sabar lagi." kata Qu Tan'er mencoba menggeliatkan tubuhnya. Ya Tuhan, ini adalah trik yang telah dia pelajari di rumah pelacur dalam beberapa hari terakhir. Hanya saja… dia sudah hampir muntah darah karena melakukannya. Qu Tan'er berani bersumpah, apa yang sudah dia lakukan sekarang bukanlah karena sedang bergairah atau menggoda.

Tentu saja ini adalah bagian dari rencananya. Kata orang, pria tidak suka wanita yang terlalu vulgar dan genit. Maka dari itu, Qu Tan'er pun berusaha bertingkah vulgar dan genit. Semuanya dia lakukan agar Mo Liancheng kabur terbirit-birit karena kelakuannya.

"Kamu panggil aku dengan sebutan apa?" tanya Mo Liancheng mulai mengerutkan keningnya.

"Setelah menikah, bukannya kamu adalah suamiku? Kalau tidak suka, aku akan memanggilmu dengan cintaku saja."

"..." Mo Liancheng terdiam mendengar ucapan Qu Tan'er, biasanya dia bersikap tenang, namun ini pertama kalinya dia terlihat menderita menyaksikan tingkah Qu Tan'er.