Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 34 - Aturan Gila (1)

Chapter 34 - Aturan Gila (1)

Mo Liancheng dengan suram bertanya, "Kamu sangat ingin aku mati ya?"

"Pangeran, jangan bercanda terus. Bukankah kamu sedang duduk tenang di sini? Kenapa bisa mati?" ujar Qu Tan'er sambil bercanda. Walau dia ingin Mo Liancheng cepat mati, tapi dia tidak ingin menjadi janda sebelum berhasil melarikan diri. Lebih baik pria itu tetap hidup saat ini.

"Bercanda?" tanya Mo Liancheng dengan menyipitkan matanya dan menatap tajam Qu Tan'er.

Qu Tan'er menelan ludah dan berkata, "Pangeran, bukannya kamu ingin menerangkan beberapa aturan yang harus aku patuhi?" 

Qu Tan'er tidak ingin mencari masalah dengan Mo Liancheng. Angin dingin berhembus dari bawah kakinya, entah dari mana angin itu berasal. Pria di hadapannya ini memang kelihatan tidak bisa emosi, hanya penampilan luarnya saja yang tampak tidak berbahaya, namun Mo Liancheng sulit untuk ditebak.

"Pertama, setelah masuk ke kediaman Pangeran Kedelapan, jangan terlalu banyak tahu, jangan terlalu banyak berbicara dan jangan terlalu banyak ikut campur. Jangan melangkahkan kakimu masuk ke tempat yang dilarang karena aku tidak suka mengusir perempuan pulang ke rumahnya. Kedua, karena sekarang kamu adalah milikku, maka kamu harus bertingkah laku dengan benar. Jangan mendekati pria lain dan jangan selingkuh karena aku tidak suka menulis surat cerai. Ketiga, saat berbicara, kamu harus menatap mataku. Aku tidak suka berbicara sambil melihat kepala orang. Keempat, saat menjawab pertanyaanku, jangan hanya mengangguk atau menjawab singkat 'iya'. Selain itu, jangan berekspresi seperti mayat hidup karena aku tidak suka."

"Eh?" Qu Tan'er tertegun, dia tidak tahu bagaimana harus merespon. Pertama, kedua, ketiga dan keempat… Dia merasa pusing dan ingin muntah darah. Situasi yang serius tiba-tiba berubah menjadi aneh.

Mo Liancheng mengangkat alisnya dan bertanya, "Ada komentar?" Wajahnya tampak kalem dan tenang.

"Ada." jawab Qu Tan'er. Mo Liancheng memang sengaja membuat aturan panjang itu agar dia berkomentar. Aturan dari mana itu? Aturan itu pasti baru dipikirkannya barusan, lanjutnya dalam hati.

"Apa?" tanya Mo Liancheng yang menatapnya sambil menunggu respon Qu Tan'er.

"Pertama, seperti yang Pangeran katakan aku tidak boleh masuk ke sembarang tempat, namun apa aku boleh keluar dari kediaman?" tanya Qu Tan'er. Dia tidak berniat memasuki ruangan-ruangan rahasia di kediaman Pangeran. Tapi dia tidak mungkin tidak bertanya perihal tentang keluar dari kediaman.

"Tidak boleh." jawab Mo Liancheng. Jawaban itu sukses membuat bibir Qu Tan'er mulai mengerucut. Dia akui bahwa dia sungguh sial. Sungguh sia-sia dia mengajukan pertanyaan itu, tapi…

"Kedua, Pangeran mengatakan bahwa aku tidak boleh mendekati pria lain. Bagaimana kalau pria lain yang mendekatiku? Apa itu termasuk pelanggaran?"

"Termasuk."

"Eh, kalau begitu Pangeran akan menulis surat cerai untukku?" Wah, ternyata begitu gampang. Kalau tahu lebih awal… batin Qu Tan'er menunggu jawaban Mo Liancheng dengan mata yang berbinar-binar.

Mo Liancheng terdiam, dia meletakkan buku yang dipegangnya dan dengan santai berkata, "Aku tadi sudah bilang kalau aku tidak suka menulis surat cerai."

"Kalau begitu, aturan kedua ini tidak ada hukumannya ya." kata Qu Tan'er yang kecewa lalu kembali menundukkan kepalanya.

"Kalau memang kamu suka melakukan pelanggaran, aku akan menempatkan kamu ke ruangan yang dinamakan ruangan pengasingan."

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan." Qu Tan'er kemudian menatap Mo Liancheng. Mengenai aturan ketiga dan keempat, dia juga ingin berpendapat. "Aku kini sedang menatap Pangeran, tapi aku takut jika perkataanku akan membuatmu tidak senang."

"Kalau kamu merasa ucapan itu akan membuatku tidak senang, maka tutup saja mulutmu."

"..." Qu Tan'er terdiam. Ternyata benar, pria ini sungguh tidak waras.