Kemudian, Selir Lan dengan lembut berkata, "Fengyang, ini adalah istri kakak kedelapanmu, apa kamu…"
"Berapa umurmu?" tanya Mo Fengyang memotong kalimat Selir Lan dengan cepat. Sifatnya sungguh agresif dan arogan.
"Fengyang?!" Selir Lan tampak agak marah dan matanya menatap tajam Mo Fengyang.
Sementara Mo Liancheng hanya menonton perdebatan itu dengan seru. Dia tak berniat ikut campur sama sekali. Terkadang tatapan matanya akan mengarah ke Qu Tan'er.
"Ibu, Anda juga tahu bagaimana sifat saya, kan?. Baiklah, Fengyang mengerti. Berapa umur Kakak Ipar tahun ini?" Mo Fengyang yang melihat tatapan tajam Selir Lan, langsung merubah panggilannya pada Qu Tan'er. Namun dia tetap melempar pertanyaan yang sama.
"Tan'er akan menjawab pertanyaan Putri Fengyang. Tahun ini Tan'er berusia 16 tahun." jawab Qu Tan'er. Dia tidak peduli pada tingkah Mo Fengyang sama sekali. Sikap gadis itu penuh dengan sopan santun yang terasa aneh. Kenyataannya, dia dan Mo Fengyang memang tidak bisa akrab. Sejak Mo Fengyang menyebut kata 'kakak ipar', dia tahu bahwa gadis itu tidak begitu menyambutnya dengan baik. Namun, dia kan menikah dengan Kakak Liancheng-nya, bukan merebut kekasih tercinta Fengyang. Dalam benaknya dia berpikir, kenapa Putri raja satu ini harus memusuhiku?
"Orang-orang memanggilku Putri Kesembilan belas."
"Oh, kalau begitu Tan'er akan memanggil Anda Putri Kesembilan belas." Qu Tan'er merespon ucapan Mo Fengyang dengan wajah ceria dan tanpa amarah sedikit pun. Dia sungguh tidak peduli, mau disebut sebagai si belang ataupun si manis, baginya itu semua hanyalah panggilan.
"Fengyang?" Selir Lan kembali menatap tajam Mo Fengyang.
"Ibunda, saya tidak masalah dengan panggilan itu." ucap Qu Tan'er yang membela Fengyang. Sejak awal, dia tidak peduli sama sekali. Dia melihat ke arah Mo Fengyang, lalu ke arah Mo Liancheng. Dia tetap tersenyum agar aktingnya tampak sempurna. Walaupun yang dilihatnya adalah wajah datar Mo Liancheng, dia tetap tersenyum.
"Kalau Kakak Ipar tidak keberatan dengan panggilan itu, berarti Kakak juga tidak keberatan mengembalikan Kak Liancheng kepada saya. Kami sudah lama sekali tidak bertemu."
"Baik." Qu Tan'er pun menjawab dengan cepat, tanpa keraguan. Boleh, terserah saja apa yang mau Mo Fengyang lakukan. Kalau mau pakai ya silakan dipakai, mau pinjam ya silakan dipinjam. Lagipula, Mo Liancheng tidak berarti apa-apa baginya.
"Kak Liancheng, ayo jalan-jalan bersama Fengyang di taman bunga yuk?" ujar Mo Fengyang. Dia pun langsung menyambar lengan Mo Liancheng. Dia mengguncang-guncang tangan pria itu dan bergelayut manja. Tanpa mendengar responnya, Fengyang lantas menarik paksa kakaknya. "Yuk, Kak Liancheng."
Mo Liancheng hanya tertawa dan membiarkan Mo Fengyang menariknya. Dia tak pernah sekalipun menolak, bahkan ekspresi marah pun tidak muncul di wajahnya. Sepertinya Mo Liancheng sangat memanjakan Mo Fengyang. Mata Mo Liancheng sempat melihat ke arah Qu Tan'er saat melangkah pergi. Qu Tan'er tersenyum melihat kedua orang itu berjalan semakin jauh, dia lalu memandang ke arah Selir Lan.
"Kalau begitu, kita jalan-jalan berdua saja ya." tutur Selir Lan yang kemudian melihat Qu Tan'er sejenak dan tak berniat memperpanjang masalah lagi.
"Baik." jawab Qu Tan'er.
"Bagaimana pendapatmu tentang Fengyang?" Selir Lan tiba-tiba bertanya.