"Kami adalah werewolf." Tiga kata itu datang bagaikan bom bagiku.
"Mak—maksudmu— werewolf seperti di dalam ma—manusia yang bisa berubah menjadi serigala?" aku tergagap-gagap.
"Bukan, kami tidak berubah menjadi serigala, tetapi menjadi kucing," kata Randolph dengan sarkasme.
"Randolph!" Ayahnya menegurnya.
"Maaf," gumam Randolph.
"Tidak mungkin! Manusia serigala itu tidak ada," ucapku dengan tak percaya.
"Sebelumnya, kamu juga tidak tahu bahwa vampir ada sampai mereka menculikmu dan membawamu ke kerajaan mereka, kan?" ujar Ivan.
Aku menjambak rambutku dengan frustrasi. "Aku tidak bisa mempercayainya! Aku baru saja bertemu vampir dan manusia serigala. Lalu apa lagi selanjutnya? Putri duyung? Peri? Setan? Malaikat? Naga? Monster?"
"Monster? Yang benar saja?" ledek Randolph.
Aku memelototinya, dan dia hanya menyeringai padaku.
"Jangan pedulikan dia, Rosanne! Sekarang makan omeletmu saja!" saran Tuan Adolph.
"Tidak, terima kasih. Tiba-tiba nafsu makanku hilang." Aku mendorong piringku menjauh.
"Kamu harus mendengarkan Alpha Wolfgang! Makan makananmu sekarang, Rosanne!" Ivan berbicara padaku seolah dia adalah ayahku.
Berbicara tentang ayah, tiba-tiba aku teringat tentang Marlon Sinclair. Dia adalah hal terdekat dengan seorang ayah yang pernah kumiliki. Aku bertanya-tanya bagaimana keadaannya sekarang. Apakah dia merindukanku seperti aku merindukannya? Apakah dia masih mencari aku?
"Rosanne, kamu baik-baik saja?" Randolph melambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku akhirnya ditarik keluar dari lamunanku. "Ya, aku baik-baik saja," jawabku.
"Makan, Rosanne!" Ivan menyuruhku.
"Tidak!" Aku menggelengkan kepala.
"Aku bilang, makan!" desaknya.
"Memangnya kamu pikir kamu itu siapa sampai kamu bisa menyuruh-nyuruhku seperti itu? Ayahku?" aku bertanya dengan sinis.
Randolph berkata, "Dia—"
"Aku hanya mengkhawatirkanmu," Ivan menyerobot omongan Randolph, "Aku tahu kau belum makan apapun sejak semalam. Jadi tolong makan sekarang atau kamu akan sakit!"
"Aku tidak akan sakit hanya karena aku tidak makan sekali," ucapku.
"Tapi Rosanne—"
"Sudah cukup, Ivan! Kamu tidak perlu memaksanya jika dia tidak mau makan," seru Tuan Adolph.
"Tidak, Alpha, dia perlu makan," desak Ivan.
"Ini adalah kedua kalinya Ivan memanggil Tuan Adolph 'Alpha'. Jadi siapa nama aslinya: Adolph atau Alpha?" aku terheran-heran.
"Kupikir namamu adalah Adolph, tetapi mengapa Ivan memanggilmu Alpha?" tanyaku pada Tuan Adolph.
"Alpha adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pemimpin kelompok manusia serigala. Aku adalah Alpha dari Pack Bloodrose. Ivan adalah beta atau orang kedua dalam pemerintahan. Dan Randolph, putraku, adalah calon Alpha di masa depan," Tuan Adolph menjelaskan.
"Kamu sudah mendengar segalanya tentang manusia serigala. Sekarang makanlah, Rosanne!" kata Ivan dengan tegas.
Aku lelah berdebat dengan Ivan. Jadi aku pikir aku akan menyerah untuk saat ini. Apalagi aku lapar. Aku perlu makan untuk mendapatkan energi sehingga aku bisa melarikan diri, bukan?
"Baiklah. Aku akan makan. Tapi itu karena kamu yang memaksaku, bukan karena aku mau," dalihku.
"Tentu." Ivan menyeringai.
Aku mengambil piring dan garpu dan mulai makan lagi. Ivan, Randolph, dan Adolph melakukan hal yang sama.
"Boleh aku bertanya sesuatu, Alpha?" aku mengajukan pertanyaan.
"Oke, tanyakan saja!" jawabnya.
"Mengapa kamu menculikku?" tanyaku.
"Kami tidak bermaksud menculikmu, Rosanne. Kami sengaja membawamu ke sini sehingga kami dapat berbicara denganmu tanpa diganggu oleh para vampir," Alpha Adolph beralasan.
"Tapi kenyataannya kalian membawaku ke sini tanpa persetujuanku," aku mencibir.
Beliau menghela nafas. "Lupakanlah!"
Kami makan dalam diam lagi.
"Jika kamu tidak keberatan aku bertanya," kata Alpha Adolph, memecah kesunyian, "mengapa kamu setuju untuk menikahi Pangeran Maximilian di usia yang sangat muda ini?"
Aku mengangkat bahu. "Aku tidak punya banyak pilihan. Kakek memaksaku untuk menikah dengannya."
"Ups!" Aku menutup mulut dengan tangan ketika menyadari kesalahan yang baru saja kulakukan.
"Aku seharusnya tidak mengatakan itu di depan para penculikku," batinku.
"Vampir tua itu tidak pernah berubah. Yang dia pikirkan hanyalah dirinya sendiri." Ivan mengepalkan tangannya dengan amarah yang meluap-luap.
Aku tidak tahu mengapa Ivan marah dengan fakta bahwa kakekku memaksa aku untuk menikahi Pangeran Maximilian. Dari cara dia berbicara tentang kakekku, Ivan sepertinya sudah mengenal kakekku sejak lama. Tapi apa hubungan antara Ivan dengan Raja Bellamy? Aku yakin jika aku bertanya kepada Ivan, dia tidak akan menjawabnya. Jadi aku harus mencari tahu jawabannya sendiri entah bagaimanapun caranya.
"Aku hanya bercanda." Aku tertawa untuk membantu meredakan ketegangan di antara kami. "Aku menyukai Pangeran Maximilian. Itu sebabnya aku setuju untuk menikah dengannya. Selain itu, Maximilian adalah mateku. Jadi aku tidak punya pilihan selain menikahinya pada akhirnya."
"Matemu?" Randolph tertawa. "Kamu tahu Rosanne, dia—"
"Dia tidak sebaik yang kau pikirkan," potong Ivan.
Randolph hanya memutar bola matanya ketika Ivan menyela perkataannya lagi.
"Kamu salah, Ivan," aku tidak setuju, "Meskipun aku baru saja bertemu dengan Pangeran Maximilian, tapi aku tahu dia adalah pria yang baik. Itu sebabnya aku ingin menikah dengannya."
"Tapi Rosanne, apakah kamu tahu apa yang akan terjadi setelah kamu dan Maximilian menikah?" tanya Alpha Adolph.
"Kami akan pergi berbulan madu?" tebakku.
"Bukan itu maksudku."
"Lalu apa maksudmu?"
"Setelah pernikahan kalian, mereka akan melakukan ritual untukmu," katanya kepadaku.
Aku mengerutkan kening. "Ritual?"
"Ya." Dia mengangguk.
"Ritual seperti apa?" aku bertanya karena penasaran.
"Mereka mengatakan ritual itu untuk mengubahmu menjadi vampir," jawab Alpha Adolph.