15 menit kemudian, akhirnya, Star Department Store terlihat. Jasper membelokkan mobil kami ke department store itu dan melaju terus sampai kami menemukan tempat parkir.
Begitu dia telah memarkir mobil, aku melompat keluar dari mobil dengan cepat. Pangeran Maximilian dan Jasper keluar dari mobil setelahku.
Ketika kami memasuki mall, semua orang menatap kami. Mereka melihat ke arahku lebih tepatnya. Mungkin mereka mengira aku aneh karena mengenakan gaun pesta ke mall. Ya, aku setuju dengan mereka kali ini, jadi aku memilih untuk mengabaikan pandangan mereka. Tapi Pangeran Maximilian tampaknya tersinggung. Dia memelototi setiap orang yang berani menatapku sampai mereka semua memalingkan muka.
Sebelum berbelanja, kami berjalan-jalan mengelilingi department store ini sebentar. Ukurannya tidak sebesar department store yang biasa aku kunjungi di London. Tapi di sini cukup lengkap. Ada banyak toko pakaian dan sepatu, beberapa toko perhiasan, bahkan ada juga supermarket bernama 'Billa' di ruang bawah tanah.
Akhirnya, kami pergi ke sebuah toko pakaian. Sementara aku melihat-lihat rak pakaian, Pangeran Maximilian dan Jasper menunggu di dekat meja kasir.
Karena aku tidak perlu membayar apapun, aku pikir aku bisa memanfaatkannya. Jadi aku mengambil semua barang yang kusukai di toko ini, seperti: kemeja lengan pendek dan panjang, blus, T-shirt, overall, sweater, jaket, mantel, blazer, rok mini dan panjang, celana pendek, celana panjang, celana jeans, piyama, gaun, kaus kaki, stocking, pantyhose, dan aku tidak lupa mengambil celana dalam dan bra juga.
"Hei, hei, apa kau mencoba merampokku?" Pangeran Maximilian mengeluh ketika dia melihat tumpukan pakaian yang kuletakkan di atas meja kasir.
Aku menyilangkan lenganku di dada dan mengejeknya, "Aku pikir karena kamu seorang pangeran, kamu pasti kaya. Tetapi rupanya kamu sangat miskin sehingga kamu tidak sanggup membelikan semua ini untukku."
"Ini bukan tentang uang, Putri. Aku bisa membeli seluruh department store ini jika kamu mau. Tapi masalahnya adalah, apakah kamu benar-benar membutuhkan semua ini?" Dia menunjuk ke tumpukan pakaian di meja kasir. "Mengapa membuang-buang uang untuk pakaian yang tidak kamu butuhkan?"
"Siapa bilang aku tidak butuh semua pakaian ini? Kau tahu, karena kakekku ingin aku tinggal bersamanya, jadi aku perlu semua pakaian ini. Karena aku tidak punya apa-apa untuk dipakai di istananya," aku beralasan.
Mulut Pangeran Maximilian ternganga. "Kamu mempunyai lemari besar yang penuh dengan pakaian di kamarmu dan kamu masih mengatakan bahwa kamu tidak punya apa-apa untuk dipakai?"
Jasper tertawa kecil dan menepuk bahu Pangeran Maximilian. "Itulah yang selalu dikatakan seorang gadis, Tuan."
"Kamu benar, Jasper." Aku nyengir.
Pangeran Maximilian menghela nafas. "Baiklah. Aku akan membayar semua pakaian ini sekarang. Apakah ada hal lain yang kamu butuhkan?"
"Iya. Aku perlu membeli beberapa pasang sepatu, make up, perlengkapan mandi, dan juga makanan ringan," jawabku.
Dia mengerutkan kening. "Makanan ringan?"
"Iya, aku tidak ingin kelaparan lagi hanya karena mereka tidak memiliki makanan manusia di istana," aku berbisik.
Maximilian memutar bola matanya. "Oke, ayo kita pergi! Kita harus cepat sebelum mall ini tutup."
Pangeran Maximilian akhirnya membayar semua pakaian yang aku pilih menggunakan kartu kreditnya. Sebelum meninggalkan toko, aku ganti bajuku dulu dengan sweater pink dan celana jins hitam di kamar pas.
Setelah itu, kami pergi ke toko sepatu. Sama seperti ketika kami berada di toko pakaian, Pangeran Maximilian dan Jasper duduk di bangku dekat meja kasir sementara aku melihat-lihat rak sepatu.
Aku mengambil beberapa pasang sepatu flat, sepatu kets, sandal, dan sepatu hak tinggi. Pangeran Maximilian mengeluh lagi. Tetapi dia tetap membelikan semua yang aku inginkan. Dan kemudian aku dengan cepat melepaskan sepatu hak tinggiku dan memakai sepasang sepatu hitam baru.
Meninggalkan toko sepatu, kami membeli make up dan perlengkapan mandi. Dan setelah itu, kami pergi ke supermarket di ruang bawah tanah untuk membeli beberapa makanan ringan dan minuman ringan.
Sesudah selesai berbelanja, kami mendapatkan 25 tas belanjaan penuh dengan pakaian, sepatu, make up, perlengkapan mandi, makanan ringan, dan minuman ringan. Pangeran Maximilian dan Jasper menjinjing semua tas belanjaan itu untukku.
Sebenarnya, aku merasa tidak enak karena membuat Pangeran Maximilian menghabiskan begitu banyak uang untukku. Aku berencana untuk melarikan diri malam ini yang berarti aku tidak akan membutuhkan semua yang telah dia belikan untukku.
Tapi aku menyingkirkan rasa bersalah itu. Aku tidak ingin menjadi tahanan selamanya. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku harus melarikan diri dan entah bagaimana menemukan cara untuk pulang.
"Tunggu! Mungkin jika aku bisa pergi ke Kedutaan Besar Inggris, mereka pasti akan membantuku kembali ke London sesegera mungkin."Tiba-tiba sebuah ide muncul di benakku.
"Ya, itu ide yang bagus! Jadi rencananya aku akan melarikan diri dari Maximilian dan Jasper dan kemudian aku harus menemukan cara untuk sampai ke Kedutaan Besar Inggris," pikirku.
"Jadi kemana kamu ingin pergi setelah ini?" Pangeran Maximilian membawaku keluar dari lamunanku.
"Aku lapar. Jadi mari kita cari sesuatu untuk dimakan!" aku menjawab.
"Oke. Aku dengar ada kafe yang bagus di atap mall ini. Ayo kita ke sana saja yuk?" usul Maximilian.
Aku menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak mau pergi ke sana. Aku ingin makan di restoran."
"Baiklah. Restoran mana yang ingin kamu tuju?" dia bertanya.
"Aku tidak tahu. Aku belum pernah ke Brasov, ingat? Kenapa kamu tidak bertanya lagi kepada orang-orang saja?" aku menyarankan.
"Baiklah. Kita akan bertanya pada orang-orang di jalan," katanya. "Ayo kita pergi!"
Kami bertiga keluar dari department store dan kembali ke mobil kami di tempat parkir. Setelah itu, kami akan mencari restoran untuk makan malam. Dan aku siap untuk melaksanakan rencana pelarianku di sana.