Doni tidak tahu jika sikap arogannya bisa mengakibatkan penderitaan baginya. Dan benar saja apa yang dilakukan oleh pria itu tidak akan dia lupakan hingga seumur hidupnya. Pria itu melakukan hal-hal yang membuatnya kesakitan dan merasa terhina.
Semua perbuatan pria itu bisa berhenti saat beberapa petugas mendatangi sel Doni. Dan membawanya langsung ke rumah sakit. Kedua orangtuanya langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan putra kesayangannya.
"Bagaimana ini bisa terjadi padamu, Sayang?" tanya ibu pada Doni.
Doni hanya diam, dia merasa dirinya sudah terhina dengan semua yang terjadi saat di dalam jeruji besi. Dia memohon pada ayahnya untuk mengeluarkannya dari penjara.
"Aku ingin keluar dari sana—aku mohon ... Aku akan menuruti semua yang Ayah dan Ibu perintahkan." Doni memohon dengan penuh penyesalan.
Ibu yang melihat penyesalan dan penderitaan Doni, meminta sang suami untuk membantunya. Sang ayah menatap Doni untuk meyakinkan dirinya, jika putranya itu benar-benar sudah menyesali apa yang sudah diperbuatnya.
Ayah berkata akan berusaha untuk mengeluarkannya tetapi dia tidak bisa menjanjikan akan berhasil. Karena yang menuntut bukan saja Belva tetapi Binar pun ikut menuntunnya.
Itu artinya ayahnya Doni akan menemui Belva sekaligus Binar. Dia akan merendahkan dirinya demi sang putra, mungkin ini adalah hal yang bisa dilakukan untuk putranya. Meski dia tahu jika putranya bukanlah seorang pria yang baik.
Ayah dan ibunya Doni pergi dari ruang rawat karena sudah habis waktu menjenguknya. Dua orang petugas kepolisian menjaga dengan ketat agar Doni tidak bisa lari dari pengawasannya.
Di rumah sakit, Belva meminta ibunya untuk mengurus kepulangannya. Dia tidak ingin berada di rumah sakit karena itu bisa membuatnya merasa sedih dan selalu mengingat semua yang sudah terjadi.
Sang ibu pun menyetujui apa yang diinginkan oleh putrinya, lalu mengurus semua persyaratan untuk kepulangan Belva. Dalam benaknya masih ada rasa khawatir dengan keadaan putrinya. Dan akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan dokter yang menangani putrinya.
Setelah bertemu dengan dokter yang menangani Belva, ibu merasa lega karena dokter mengizinkan putrinya kembali ke rumah. Namun, ada satu hal yang membuatnya khawatir setelah dokter mengatakan masalah psikis Belva.
Untuk masalah psikis itu bisa diobati dengan berjalan seiringnya waktu. Jika dirasakan ada hal-hal yang membahayakan jiwanya, maka bisa berkonsultasi dengan dokter untuk lebih lanjut lagi.
Saat tiba di rumah, Belva dikejutkan dengan kedatangan kedua orangtua Doni. Sebenarnya dia tidak ingin menerima mereka tetapi semua kesalahan yang dilakukan oleh Doni, sepenuhnya bukanlah kesalahan orangtuanya.
Semuanya duduk, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, sehingga tidak menyadari jika Belva menatap wajah kedua orangtua Doni dengan tatapan kesal karena dia teringat dengan wajah pria yang sudah mencemarkannya.
"Ada perlu apa Om dan Tante ke rumahku?!" Belva bertanya untuk memecah keheningan.
Ayah Doni menghela napasnya seraya untuk menguatkan atau memberanikan diri membicarakan masalah Doni pada gadis yang telah disakiti oleh putranya itu. Akhirnya ayah pun mulai mengatakan niatnya datang menemui Belva.
Belva hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang yang ada di hadapannya itu. Dia semakin kesal dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya Doni, sampai kapan pun dia tidak akan pernah memaafkan pria itu.
"Om sepertinya usaha Om tidak akan berhasil—karena aku tidak akan memaafkan Doni! Jika dia menderita di balik jeruji besi, itu semua sudah pantas diterimanya!" Belva berkata dengan tegas lalu dia pamit untuk masuk kedalam kamarnya.
Ibunya Belva tidak bisa berkata apa-apa lagi karena semua yang sudah dikatakan oleh putrinya itu, adalah apa yang ada di dalam hatinya.
"Saya rasa sudah tidak ada yang perlu kita bahas lagi—sampai bertemu di dalam persidangan!" ucap ibunya Belva sembari mempersilakan kedua orangtua Doni untuk pergi.
Dua hari sudah berlalu semenjak kedatangan orangtua Doni ke rumah Belva. Hari ini pun Doni sudah kembali ke dalam jeruji besi. Dia sudah meminta dan memohon pada sang ayah untuk membantunya untuk keluar dari penjara tetapi tidak berhasil.
Rasa takut Doni semakin menjadi saat dia kembali dalam ruangan. Di mana ada seorang pria yang bertubuh besar yang sudah membuatnya merasakan terhina dan tersakiti.
Dengan senyum tipis pria bertubuh besar itu menatap mangsanya. Dalam benaknya malam ini dia akan bersenang-senang dan tidak akan ada yang mengganggunya. Karena dia sudah menutup semua mata, telinga semua orang yang ada di dalam penjara ini.
Malam sudah tiba, suasana dalam penjara begitu sepi, tidak ada suara yang bisa membuat orang terganggu. Dalam ruangan hanya ada Doni dan pria yang sangat dibencinya. Pria itu mendekati Doni, dia berjalan perlahan dan tatapannya tidak bisa lepas dari mata Doni.
"Jangan dekati aku!" ucapnya dengan lirih nada ketakutan muncul dari setiap kata yang terucap dari bibirnya.
Pria itu tersenyum tipis lalu mengatakan, "Panggil aku Jack!"
Jack mengatakan jika Doni melawan dan membuat keributan maka dia akan mendapatkan perlakuan yang lebih menyakitkan dari pada yang sebelumnya.
Doni terdiam, dia sungguh tidak menginginkan semua ini terjadi lagi padanya. Setiap permainan yang dilakukan oleh Jack membuatnya merasa terhina dan tersakiti.
Setiap detik, menit bahkan jam yang dilaluinya begitu menyedihkan dan memalukan. Jack selaku mengatakan jika ini semua adalah hukuman baginya atas segala perbuatan, yang sudah dilakukan Doni pada wanita yang tidak berdaya.
Keesokan harinya Doni berusaha menghubungi ayahnya dan memintanya untuk mengeluarkan dirinya dari dalam penjara. Dia sudah tidak tahan lagi berada di dalam jeruji besi yang membuatnya merasa terhina.
Dia mengatakan jika dirinya sangat menderita tetapi dia tidak bisa mengatakan apa yang sudah dilakukan oleh Jack padanya. Karena dia takut jika semua hal itu tersebar luas di luar sana.
Sang ayah hanya bisa mengatakan pada Doni untuk bersabar. Karena ayahnya sudah tidak bisa melakukan apa-apa kecuali nanti dalam persidangan Belva dan Binar memaafkan Doni dan mencabut tuntutan.
Mendengar semua itu Doni sudah tidak bisa memohon lagi, dia semakin terpuruk dengan apa yang sudah terjadi padanya. Namun, dalam hatinya tidak ada penyesalan atas yang dilakukannya pada Belva.
Dia semakin membenci dan ingin membalas dendam pada Belva, Binar dan Bianca. Karena mereka bertiga yang telah membuatnya menderita seperti ini.
Rasa benci itu semakin bertambah tatkala Jack selalu menyiksanya. Semakin Jack menyiksa perasaan dan harga diri Doni. Maka Doni semakin memberi triple B.
"Akan aku balas kalian triple B! Tidak akan aku biarkan kalian bisa hidup tenang! Sampai akhir akan aku buat kalian menderita!" gumamnya dengan menahan rasa sakit atas perlakuan Jack padanya.