Satu minggu setelah kecelakaan itu terjadi, ayah sudah membaik. Sehingga Binar dan yang lainnya merasa lega, sekarang adalah persidangan Doni. Dan itu membutuhkan kekuatan yang cukup besar untuk menghadapi semuanya.
Karena semua orang pasti sudah mengetahui masalah pencemaran terhadap Belva. Dalam persidangan semua orang yang wajib menghadirinya sudah datang. Belva dan ibunya duduk di samping Binar serta Arganta.
Doni sudah duduk di kursi terdakwa, dia terlihat sangat berbeda. Ya. Benar-benar terlihat tertekan dan sudah tidak ada gairah untuk melanjutkan hidupnya. Binar menatapnya dengan sorot mata yang menunjukkan rasa jijik dan benci.
Dia merasa jika Doni pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat karena sudah mencemarkan Belva. Dan itu membuat Belva sangat trauma. Ibunya Belva berkata jika setiap malam putrinya selalu saja berteriak histeris. Karena selalu bermimpi akan peristiwa malam itu. Sekuat apa pun seorang wanita, jika mengalami hal tersebut pasti akan mengalami trauma juga.
Persidangan dimulai, semua bukti sudah ditunjukkan saksi pun sudah dimintai keterangannya. Persidangan kali ini berjalan dengan lancar. Hakim memutuskan langsung hukuman bagi Doni, tanpa memberikan waktu tambahan untuk Doni. Karena semua bukti dan saksi sudah lengkap dan memberatkannya.
"Mengapa kau tidak memaafkan Belva—aku bisa menebusnya dengan bertanggungjawab padamu!" teriak Doni yang sudah terlihat putus asa.
Belva hanya diam, dia tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh Doni. Baginya tidak ada kata maaf karena dia sudah mencemari tubuhnya. Dan itu akan selalu membekas seumur hidupnya.
Doni terus saja berteriak, dia meminta maaf dan akan bertanggungjawab atas semua perbuatannya. Namun, dia meminta agar Belva menarik semua tuntutannya dan membebaskan dirinya.
Binar menggenggam tangan Belva seraya membuatnya kuat dan memberitahukannya bahwa dia tidak sendiri. Masih ada dirinya yang akan selalu berada di sampingnya. Belva tersenyum lalu dia mengatakan pada Binar bahwa dia baik-baik saja.
"Bi, aku tidak melihat Bianca—kau tahu ke mana dia?" tanya Belva karena sedari awal persidangan tidak terlihat.
"Aku tidak tahu—dari semalam dia sulit dihubungi!" jawabnya.
Sebenarnya Binar merasa khawatir dengan Bianca, dia telur jika terjadi sesuatu padanya. Dia pun memutuskan untuk ke rumah Bianca dan Belva pun ikut dengannya.
Binar mengatakan jika Belva tidak perlu ikut, dia tahu hatinya masih belum tenang setelah persidangan tadi. Namun, Belva bersikeras untuk ikut karena dia juga sangat khawatir dengan keadaan Bianca.
Mereka pun pergi dari pengadilan menuju rumah Bianca, perasaan Binar tidak tenang. Dia berpikir tentang Bianca dan dia berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya.
Bianca yang saat ini sedang tidak ingin pergi ke mana-mana karena ada seseorang yang membuatnya bahagia. Sentuhannya yang lembut membuat hasratnya menggelora, kecupan lembutnya membuat dia tidak ingin kehilangan itu.
"Sayang, mengapa kau tidak menemani sahabatmu?" tanya seorang pria yang sedang memangku tubuh Bianca dengan memainkan jari-jemarinya pada bagian tubuhnya.
"Itu semua karena kau—karena kau selalu membuatku ingin bersama!" jawabnya dengan lirih.
Permainan jari-jemari pria itu membuat Bianca menggeliat, dia begitu menikmati setiap sentuhannya. Dia mendongak, mengecup pria yang sudah membuat hasratnya meningkat.
Kecupan yang hangat dan permainan yang begitu menggelorakan. Tidak satu dari mereka ingin menghentikan permainannya, kecupan terlepas. Terdengar suara yang berusaha untuk mengambil napas.
Bianca tersenyum, dia membalikkan tubuhnya sehingga mereka saling berhadapan. Tangannya dengan lembut membuka satu per satu kancing kemeja yang masih tertutup rapat. Dengan senyumnya yang menggoda membuat pria itu tidak bisa menahan hasratnya untuk menikmati bibirnya yang merah merona.
Kecupan hangat itu berubah menjadi kecupan liar, pria itu membuka pakaian Bianca sehingga terpampang jelas tubuhnya. Senyum tipis muncul di bibir pria itu, dia melayangkan kecupannya di daerah dada Bianca. Sehingga membuat dia tidak bisa menahan suara lembut yang bisa memprovokasi.
"Aldi ...," ucapnya dengan suara yang begitu menggoda.
Mendengar Bianca memanggil namanya, dia begitu senang lalu tangannya menyentuh bagian sensitif Bianca. Sedangkan kecupan terhadap dadanya masih berlanjut.
Bianca begitu menikmatinya, dia tidak bisa menahan suara lembutnya yang semakin membuat Aldi bersemangat. Dia menghentikan sejenak permainannya, melihat wajah Bianca yang sudah begitu menikmati setiap permainannya.
Aldi dengan perlahan merubah posisi Bianca, sehingga tubuhnya tepat berada di atasnya. Menatap kembali wajahnya yang sudah menginginkan hal yang lebih. Dia tersenyum tipis lalu menyerangnya dengan kecupan yang begitu penuh hasrat.
Permainan mereka sedikit demi sedikit menghasilkan buliran keringat yang keluar dari setiap pori-pori kulit. Yang menandakan jika mereka sangat menikmatinya. Suara yang keluar dari mulut sepasang kekasih yang sedang menikmati setiap hasrat yang terpenuhi.
Binar yang berdiri di balik pintu kamar Bianca melirik Belva yang tepat di sampingnya. Dia memberikan kode seraya bertanya apa yang terjadi di dalam kamar Bianca.
Karena yang mereka tahu Bianca tidak suka berhubungan intim dengan pria yang belum menjadi suaminya, itu sebabnya mereka membuat grup triple B. Tangan Binar menyentuh gagang pintu kamar Bianca.
Dia berusaha untuk membuka pintunya tetapi ada keraguan di hatinya. Apakah dia harus membuka pintu kamar atau tidak. Ada rasa takut yang muncul di hatinya, dia takut jika melihat apa yang seharusnya tidak terjadi.
"Bi...," Belva memanggil Binar dengan nada lirih, dia tidak ingin suaranya terdengar hingga ke telinga Bianca.
Namun, tidak mungkin juga Bianca bisa mendengar suara di luar kamarnya. Karena suara di dalam kamar begitu berisik dengan suara yang keluar dari mulut Bianca dan Aldi. Mereka masih berlian dengan kuatnya sehingga tidak menyadari jika ada dua orang wanita dibalik pintu.
Rasa ingin tahu binar semakin tinggi, dia membuka pintu kamar Bianca secara perlahan. Betapa terkejutnya Binar dan Belva. Mereka tidak menyangka apa yang dilihatnya.
"Ca...," Binar memanggil Bianca.
Bianca sedikit terkejut dengan kedatangan Binar dan Belva tetapi itu hanya sesaat. Setelah itu dia menyuruh Aldi untuk melanjutkan permainannya.
Tanpa malu mereka terus bermain di hadapan Binar dan Belva. Semakin lama permainan mereka begitu memuakkan, akhirnya Binar pergi meninggalkan Belva yang masih terpaku melihat Bianca sedang bermain dengan Aldi.
"Apa temanmu ingin bergabung, Sayang?" tanya Aldi dengan nada yang menjijikkan bagi Belva.
Bianca tersenyum lalu mengajak Belva untuk bergabung, Belva semakin jijik dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh kedua orang yang ada di hadapannya.
Belva pergi dengan rasa sedih, dia tidak menyangka jika sahabatnya bisa berbuat seperti ini. Apakah selama ini dia hanya berpura-pura saja, batinnya.
Dia berlari, tidak terasa air matanya mengalir. Rasa sedih karena melihat sikap sahabatnya seperti itu. Dia melihat Binar yang sudah terduduk di dalam mobilnya. Hatinya berkata untuk langsung mendekat padanya.
"Bi, kita pergi dari sini!" ucap Belva yang menyadarkan dari lamunannya.
Binar pun langsung menyalakan mesin mobilnya, dia ingin cepat-cepat pergi meninggalkan rumah ini. Rasa sedih dan kecewa memenuhi hatinya saat ini. Dalam perjalanan pulang mereka berdua sama sekali tidak bicara. Karena masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.