Binar mengantar Belva terlebih dahulu baru setelah itu dia kembali ke rumahnya. Dalam benaknya dia masih tidak percaya dengan apa yang baru dilihatnya.
Ponselnya berdering, dia langsung mengangkatnya dan memasang earphone. Yang menghubunginya adalah Adnan, dia meminta binar untuk bertemu siang ini di rumahnya.
Namun, Binar tidak ingin bertemu dengannya karena baginya sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Adnan mengatakan jika dia sudah menemukan siapa yang sudah menyebarkan fotonya.
Binar menghentikan mobilnya sebentar dia berpikir sejenak dengan apa yang dikatakan oleh Adnan. Dia ingin tahu juga siapa orang yang telah menyebarluaskan fotonya. Sehingga menyebabkan ayah kecelakaan.
Dia pun memutuskan untuk ke rumah Adnan, meski dalam hatinya masih merasa tidak suka. Ingatannya masih jelas saat dia tersadar berada di rumah Adnan dan tertidur di sampingnya. Dan sekarang Adnan menginginkan dirinya untuk menikah dengannya.
Mobil Binar terhenti di depan pagar besi yang menjulang tinggi. Pagar tersebut terbuka sendirinya dan terdengar suara seseorang untuk menyuruhnya masuk. Karena Adnan sudah menunggunya.
Dia menghentikan mobilnya lalu mematikan mesin mobil, terdiam sesaat sembari kembali berpikir apakah dia akan masuk atau tidak. Namun, dia ingin tahu siapa orang yang sudah membuat kekacauan ini.
Tok! Tok! Binar terkejut saat kaca jendela mobilnya diketuk oleh seorang pria. Dia masih ingat dengan pria itu yang selalu bersama dengan Adnan.
Binar membuka pintu mobil, dia keluar lalu berjalan mengikuti Candra yang mempersilakan dirinya. Perasaannya semakin tidak karuan, dia merasakan akan terjadi sesuatu dan itu membuatnya semakin tidak tenang.
Dia melihat Adnan yang sedang duduk sembari membaca dokumen yang ada di tangannya. Binar dipersilakan duduk di sofa, mereka saling berhadapan. Dia menatap dengan lekat pria yang ada di hadapannya itu.
Terlihat jelas perbedaan diantara mereka, dia sangat tidak menginginkan jika menikah dengannya. Karena dia masih ingin mengejar impiannya. Yaitu membuka sebuah cafe di Korea, itulah cita-cita sedari dulu. Dan akan dia wujudkan dalam beberapa bulan ini setelah kelulusannya.
"Sudah puas memandangiku?" Adnan bertanya pada Binar dan itu membuatnya terkejut, wajahnya memerah karena merasa malu.
"Huh ... Siapa yang melihatmu Om!" jawab Binar lalu bertanya kembali siapa yang sudah menyebarkan fotonya di kampus.
Candra tersenyum saat melihat wanita yang ada di hadapannya itu tersipu malu karena Andan menggodanya. Andan menyuruhnya untuk menyerahkan semua informasi mengenai orang yang telah membuat kekacauan dan menyebabkan ayah Binar kecelakaan.
Binar menggunakan amplop coklat yang disodorkan Candra. Dia melihat semuanya dengan teliti, sebuah foto yang membuatnya sangat terkejut. Dia melihat wajah pria yang ada di dalam kamar Bianca hari ini dan mereka berdua sedang bermesraan.
"Sepertinya kau mengenali pria tersebut?" tanya Adnan setelah melihat ekspresi Binar.
Dia hanya terdiam saat Adnan bertanya, Binar tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan baginya. Setelah dari persidangan, dia melihat Bianca yang melakukan hal memuakkan.
Sekarang dia melihat foto orang yang sudah menyebarkan fotonya di kampus. Dan pria itu adalah pria yang sedang bersenang-senang bersama Bianca tadi. Dia berpikir keras karena tidak memiliki masalah sedikit pun dengan pria ini.
"Mengapa pria ini melakukan semuanya? Aku tidak memiliki masalah dengannya?!" gumamnya.
Adnan masih bisa mendengar dengan jelas apa yang digumamkan Binar. Dia berdiri lalu mendekatinya, duduk di sampingnya. Dan Binar tidak menyadari itu, dia menatap wanita yang ada di sampingnya itu.
Dia berbisik pada Binar, "Kau pasti akan terkejut saat mendengarkan ini!"
Binar terkejut saat menyadari Adnan sudah ada di sampingnya lalu dia menempelkan sebuah earphone di telinga. Saat dia hendak melepaskan earphone tersebut, Binar mendengar suara seorang wanita yang sangat dikenalnya.
Wanita itu berkata pada seorang pria untuk menempelkan fotonya bersama Adnan. Dan menyebarkan di berbagai sosial media. Dia ingin melihat Binar menderita sehingga malu untuk keluar bahkan lebih baik jika hilang dari Jakarta.
Tidak terasa air matanya menetes menelusuri pipinya yang putih halus. Dengan lembut Adnan menghapus bulir air mata yang membasahi pipi Binar. Entah mengapa dia merasa tidak ingin melihat air mata wanita yang ada di sampingnya.
Binar menepis tangan Adnan, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. Menghapus air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi, dia memutuskan untuk pergi dari rumah Adnan. Saat ini yang dia inginkan adalah sendirian.
Adnan yang merasa khawatir jika Binar pergi begitu saja dalam keadaan sedih. Dia memutuskan untuk mengantar Binar hingga sampai di rumah dan menyuruh Candra untuk membawa mobil Binar ke rumahnya.
"Aku antar kau pulang!" Adnan berkata sembari menarik tangan Binar.
Binar tidak bisa berbuat apa-apa karena saat ini dia sedang tidak ingin berdebat. Hatinya sangat sakit setelah mendengar apa yang dibicarakan seorang wanita yang ada di rekaman ponsel Adnan.
Saat dalam perjalanan Binar hanya diam, dia masih memikirkan semuanya. Dia tidak menyangka dengan apa yang sudah terjadi. Setelah sekian lama dia baru menyadari semua ini.
"Bagaimana kau mendapatkan rekaman itu?!" Binar bertanya pada Adnan yang fokus memegang kendali setir.
"Kau tidak perlu tahu—intinya dia adalah yang merencanakan semua ini!" jawab Adnan.
Binar kembali terdiam, dia sungguh tidak bisa berpikir kembali. Mengapa sahabat yang sudah sejak lama dengannya menginginkan kehancurannya.
Adnan menghentikan mobilnya di sebuah cafe, dia mengajak Binar untuk turun dan mengikutinya. Binar pun terpaksa mengikutinya, Adnan membukakan kursi seraya menyuruh Binar untuk duduk.
Binar duduk, Adnan memanggil seorang pelayan lalu memesan secangkir kopi. Dia bertanya pada Binar apa yang diinginkannya. "Terserah!" jawabnya singkat.
Adnan pun memesan minuman yang bisa membuatnya merasa tenang. Pelayan pun pergi untuk menyiapkan pesanan yang di pesan oleh Adnan.
Dia memperhatikan terus Binar, dia melihat dengan jelas meski masih muda. Namun, dia bisa bersikap tenang dan tidak seperti gadis lainnya jika sedang emosi.
Akan tetapi, dia juga bisa bersikap kejam jika sudah ada yang menyakiti dirinya. Atau melindungi dirinya dari bahaya, entah sejak kapan Andan menjadi semakin tertarik pada wanita seperti dia.
Pelayan pun tiba dengan membawa pesanan mereka lalu pergi menata minuman di atas meja. Setelah itu dia pergi, Adnan menyuruh Binar untuk meminum minuman yang sudah di pesannya.
"Minumlah—kesampingkan dulu masalahmu!" ucap Adnan dengan lembut.
Binar pun meminum minumannya, tetap saja dia tidak bisa menghempaskan masalah yang menerpanya bertubi-tubi. Dia begitu menyayangi sahabatnya tetapi mengapa dia bisa begitu saja mengkhianatinya.
Setelah selesai menikmati minuman mereka, Binar meminta pada Adnan untuk mengantarnya pulang. Karena dia sudah merasa lelah dengan semuanya.
Saat mereka berjalan keluar cafe terdengar orang-orang yang berbisik. Binar dapat mendengar semuanya dengan jelas, mereka membisikkan jika dia adalah seorang gadis murahan yang mau diajak jalan oleh pria yang cocok sebagai pamannya.