Binar terus berpikir apa yang harus dilakukan olehnya, selama beberapa hari ini dia tidak keluar dari rumah. Aktivitasnya hanya duduk di dalam kamarnya. Sang bunda merasa khawatir lalu bertanya padanya.
"Sayang, ada apa denganmu?!" tanya bunda dengan lembut.
"Aku tidak apa-apa," jawabnya.
Bunda tahu benar jika putrinya sedang dalam masalah tetapi dia tidak mau jika memaksa Binar untuk menceritakannya. Karena dia tahu benar dengan sifat Binar, bunda pun memutuskan untuk meninggalkan putrinya sendiri. Dia yakin jika Binar bisa mengatasi semuanya.
Ponsel Binar berbunyi, ada sebuah pesan yang masuk dan itu dari Bianca yang ingin bertemu dengannya dan Belva. Dalam benaknya entah apa yang akan dikatakan oleh kedua sahabatnya itu. Sekarang dia sudah tidak bisa percaya dengan sahabatnya itu.
Namun, dia kembali berpikir mungkin lebih baik untuk pergi menemui mereka berdua. Dan membicarakan semuanya dan hari ini harus clear. Agar dia bisa melanjutkan impiannya untuk pergi ke Korea.
Binar bersiap untuk menemui Belva dan Bianca, mereka memutuskan untuk bertemu di tempat biasa bertemu. Di sebuah cafe yang memang dipakai untuk berkumpul.
"Bun, Binar pergi dulu ya," ucap Binar pada bunda yang sedang menyiapkan makan siang.
"Mau ke mana, Sayang?" tanya bunda.
Binar menjawab, dia akan bertemu dengan Bianca dan Belva. Bunda pun mengizinkannya untuk pergi, setelah mendapatkan izin. Binar pun pergi menggunakan sepeda motornya.
Dia menghentikan motornya tepat di samping dua motor yang sudah terparkir di depan cafe. Melihat dengan saksama kedua motor tersebut, rupanya Belva dan Bianca sudah tiba lebih dulu dari padanya.
Tanpa ada keraguan dalam dirinya, dia berjalan memasuki cafe tersebut. Melihat sekeliling guna mencari kedua wanita yang sudah dianggapnya sebagai sahabat.
Terlihat di sebuah meja paling pojok, Bianca dan Belva. Dia melangkahkan kakinya dengan mantap, melihat kedua temannya yang sedang menatapnya tanpa mengedipkan mata.
Binar duduk di kursi, dia hanya diam sebab ingin tahu apa yang hendak dikatakan oleh mereka berdua. Dia melihat di atas meja sudah tersedia minuman yang biasa diminumnya.
Dia tahu pasti salah satu dari mereka yang memesan minuman kesukaannya. Menatap kembali kedua sahabatnya, terlihat sesuatu yang sangat berbeda. Dalam hatinya berkata, 'Apakah ini sifat mereka?'
"Apa aku kesini hanya untuk melihat kalian saja? Jika tidak ada yang ingin kalian jelaskan lebih baik aku pergi!" Binar berkata sembari beranjak.
"Tunggu Bi—ada yang ingin aku katakan," ucap Bianca.
Sebelum Bianca mengatakan apa yang ingin dikatakannya, Belva terlebih dahulu mengatakan hal-hal yang membuat Bianca marah. Terjadilah perdebatan antara mereka berdua.
"Aku tidak menyangka kau wanita murahan Ca—sudah berapa pria yang kau tiduri?!" Belva berkata dengan nada merendahkan.
"Aku tahu, jika kau bekerja sama dengan Aldi untuk menghancurkanku, 'kan?!" Bianca balik bertanya.
Binar sudah kesal dengan perdebatan diantara mereka berdua. Dia tidak habis pikir kedua sahabatnya bisa menjadi seperti ini. Padahal selama ini tidak pernah terlihat sedikit pun ada masalah diantara mereka.
"Sudah cukup! Aku datang kemari bukan untuk melihat perdebatan kalian. Apa ada yang ingin kalian jelaskan padaku?" Binar berkata dengan penekanan sehingga mereka berdua menghentikan perdebatannya.
Dia menunggu, ingin mengetahui apakah mereka salah satu dari mereka berdua akan mengakui penyebaran fotonya di kampus. Sehingga membuat ayah mengalami kecelakaan.
"Kenapa diam? Atau aku saja yang membuka semuanya sekarang juga?!" Binar berkata kembali.
Karena sudah tidak ingin berada di tepat yang membuatnya kesal ini, Binar pun mengeluarkan amplop coklat. Bianca terlebih dahulu membuka amplop coklat itu, dia tidak menyangka dengan apa yang di bacanya.
"Va—bagaimana kau bisa melakukan semua ini?!" bentak Bianca pada Belva.
Belva yang melihat sorot mata Bianca dengan cepat mengambil dokumen yang berada di tangan Bianca. Dia membaca semuanya, matanya terbelalak saat membaca semua isi dari dokumen tersebut.
"Semua ini bohong! Apa kalian percaya dengan semua ini?" pekik Belva.
Dia tidak mengakui semua yang ada di dalam dokumen tersebut. Dan mengatakan jika semua itu adalah kebohongan yang hendak memecah persahabatan antara dirinya dan Binar.
Binar tersenyum miring, lalu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan rekaman yang sudah ada di ponselnya. Rekaman itu didapatnya dari Adnan.
Dalam hati Belva merasakan ada hal yang akan merugikan dirinya. Dia pun diam sejenak dan mendengarkan apa yang berada dalam rekaman itu. Betapa terkejutnya dia saat mendengar suaranya yang sedang berbicara dengan Aldi.
Pembicaraan itu mengenai rencananya untuk menghancurkan Binar dan Bianca. 'Dari mana dia mendapatkan rekaman itu?' batinnya.
"Bagaimana dengan bukti rekaman ini? Apakah itu juga bukan suaramu—Belva?!" tanya Binar dengan nada dingin.
Belva terdiam, dia memikirkan mengapa semuanya bisa jadi seperti ini. Bukankah dia sudah merencanakan semuanya dengan baik. Padahal semua sudah berjalan sesuai yang direncanakan.
"Jadi kau juga menyuruh Aldi untuk membuatku hilang akal? Dengan memberikan obat-obatan itu?!" timpal Bianca.
Belva terkekeh-kekeh, akhirnya dia mengeluarkan sifat aslinya. Dia mengatakan jika selama ini sangat membenci Binar dan Bianca. Karena mereka berdua membuatnya sangat muak dengan pemikiran yang begitu naif.
"Apa kau tahu Bianca—jika akulah yang menyuruh Aldi untuk membuatmu menjadi seperti wanita murahan, yang haus akan hubungan intim meski tidak dalam ikatan pernikahan." Belva berkata dengan rasa bangganya.
Dia juga mengatakan Bianca adalah munafik karena menolak berhubungan intim dengan Doni. Namun, selalu berhubungan dengan Aldi.
"Apa yang membuatmu benci terhadapku?!" tanya Binar yang sudah kesal dengan setiap kata-kata yang keluar dari bibir Belva.
Belva tersenyum tipis tetapi menyiratkan ada kebencian di matanya. Dia pun mulai mengatakan semua rasa bencinya pada Binar.
"Aku tidak suka denganmu Bi karena kau selalu menjadi pusat perhatian semua orang dan kau juga membuat orang yang aku inginkan menjauh dariku!" jawabnya.
Dia juga mengatakan jika pria yang dia inginkan lebih menyukai Binar dibandingkan dirinya. Setiap pria yang diinginkannya selalu menyukai Binar atau Bianca. Itulah yang menyebabkan dia membenci kedua sahabatnya itu.
"Apa kasus Doni juga adalah rencanamu?!" tanya Bianca dengan nada menyelidiki.
"Iya—semua itu adalah rencanaku tetapi sialnya aku malah terperangkap rencanaku sendiri! Semua sudah terjadi dan aku tidak menyesalinya!" jawab Belva.
"Jadi persahabatan kita selama ini tidak ada artinya—kalau begitu kita akhiri saja semuanya!" Binar berkata lalu dia pergi meninggalkan Belva dan Bianca.
Dalam benaknya sudah tidak bisa menahan rasa sedih karena sahabatnya sendiri yang menginginkan kehancurannya. Sekarang semuanya sudah terbongkar dan dia tidak akan pernah bisa percaya dengan arti persahabatan.
"Bi, tunggu! Aku masih ingin bicara padamu!" ucap Bianca yang berjalan mengejarnya.
Binar mengatakan jika saat ini dia membutuhkan waktu untuk berpikir. Karena semua yang terjadi membuatnya merasa sudah gagal menjadi sahabat yang baik. Rupanya mereka tidak berkata jujur selama ini, sedangkan dirinya selalu berusaha jujur pada kedua sahabatnya.