Chereads / Your Father is My Husband / Chapter 51 - Kepergian Marcello

Chapter 51 - Kepergian Marcello

Marcello yang pergi begitu saja meninggalkan rumah Belva. Langsung menuju rumah karena dia khawatir dengan Binar. Dalam hatinya pun merasa senang karena dia mendapatkan telepon dari Binar.

Di lain sisi Binar yang terus memikirkan apa yang sudah terjadi dengan Adnan. Dia merasakan ada sesuatu yang terjadi tetapi dia tidak mengetahuinya.

Terdengar suara keributan di luar kamar, siapa lagi jika bukan Marcello yang memaksa masuk ke dalam kamar Binar. Namun, dia tidak bisa masuk karena ada dua pengawal wanita yang berjaga.

Binar menghela napasnya, dalam benaknya berkata untung saja Candra dengan cepat memenuhi permintaannya menyediakan dua orang pengawal dan berjaga di depan pintu kamarnya.

"Biarkan aku masuk!" perintah Marcello pada kedua pengawal wanita itu.

"Maafkan saya Tuan, saya tidak bisa membiarkan Anda masuk! Karena Nona Binar tidak mengizinkan Anda masuk!" jawab salah seorang pengawal wanita itu.

"Bi ... Apa yang terjadi? Izinkan aku masuk!" teriak Marcello dan itu sangat mengganggu.

"Hentikan keributan ini! Apa kau tidak menghargai ayahmu!" imbuh Candra dengan nada dingin.

"Kau tidak perlu ikut campur, Candra! Kau hanya seorang kacung dari ayahku! Pergi kau sana!" timpal Marcello dengan nada menghina.

Candra hanya diam mendengar apa yang dikatakan. Oleh Marcello. Dalam benaknya berkata jangan sampai terbakar emosi. Jika itu sampai terjadi maka Marcello hanya menjadi nama saja.

"Yang seharusnya pergi itu kau, Marcello Raymond!" Binar berkata dengan nada memerintah.

"Jangan katakan itu Bi, bukankah kau tadi menghubungi aku!" timpal Marcello.

"Apa? Aku menghubungimu? Jangan bermimpi!" balas Binar dengan nada dingin.

"Kalau kau tidak percaya lihat ini!" Marcello berkata sembari memperlihatkan layar ponselnya.

Binar melihat nomor ponselnya yang menghubungi dia. Namun, semua itu tidak dilakukan olehnya, dia teringat beberapa menit yang lalu ponselnya terjatuh ke bawah meja. Mungkin saat itu terpikir secara tidak sengaja.

"Aku tidak melakukannya! Lebih baik kau pergi saja dari kamarku dan satu lagi menikahlah dengan wanita yang telah kau gauli!" kata Binar sembari berjalan memasuki kamarnya.

"Sebaiknya Anda pergi dari sini, Tuan Marcello Raymond!" tambah Candra dengan nada penekanan.

"Menyebalkan!" gumam Marcello sembari berjalan meninggalkan kamar Binar.

Candra pun pergi meninggalkan kamar Binar, sebelum dia pergi memerintahkan pada dua pengawalan wanita itu untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.

***

Setiap pagi Binar selalu duduk di gazebo taman sembari menikmati menu sarapan yang sudah disiapkan. Dua orang pengawal wanita yang ditugaskan oleh Candra selalu ada di dekatnya.

"Apa lain tahu di mana, Adnan?" selidik Binar pada kedua pengawal wanita itu.

"Tidak, Nona."

Seorang pengawal menjawab dengan yakin karena tidak ada yang tahu keberadaan Adnan selain Candra dan Alan. Hanya mereka berdua yang sudah mengenal Adnan.

Dalam benaknya berkata, jika dirinya harus mencari tahu di mana keberadaan Adnan. Entah mengapa hatinya merasa tidak tenang sebelum bertemu dengan Adnan.

"Bi...," panggil Marcello dengan lembut.

Binar tidak peduli dengan kehadirannya, baginya sudah cukup untuk dirinya memberi kesempatan padanya untuk bicara.

"Bi. Dengarkan aku! Kita pergi saja dari sini, lagi pula Adnan sedang tidak ada di sini. Ayolah Bi," bujuk Marcello.

"Sudah cukup hentikan! Apa kau tidak malu dengan apa yang kau katakan tadi. Setidaknya lihat sekitarmu!" timpal Binar dengan nada dingin.

"Aku tidak peduli dengan mereka, biar saja mereka mendengarkan semua itu. Biarkan mereka tahu jika aku sangat mencintaimu dan juga sebaliknya kau sangat mencintai aku!" ungkap Marcello dengan penuh percaya diri.

"Apa kau tidak bosan berkat sepeti itu terus? Terima semuanya bahwa aku adalah istri dari ayahmu!" balas Binar.

Candra yang melihat Marcello bicara dengan Binar langsung berjalan mendekat. Dia ingin tahu apa yang hendak dilakukan oleh Marcello.

"Sebaiknya Anda pergi dari sini! Saya sudah menyiapkan tiket pesawat menuju Singapura. Tuan Adnan memerintah Anda untuk mengurus perusahaan di sana!" ucap Candra sembari menyodorkan beberapa dokumen dan paspor.

"Aku tidak mau pergi!" timpalnya.

"Pergi dari sini secepatnya jika tidak aku yang akan pergi dan kau tidak akan memiliki kesempatan lagi melihatku!" perintah Binar dengan nada mengancam.

"Sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu, Binar Chavali!" Marcello berkata dengan nada kesal sembari mengambil dokumen yang ada di tangan Candra.

Marcello berjalan meninggalkan Binar dan Candra. Dalam hatinya bersumpah tidak akan melepaskan Binar begitu saja. Binar hanya akan menjadi miliknya seorang.

Dia akan membuktikan pada ayah angkatnya jika dia bisa berada jauh di atasnya. Setelah itu dia akan merebut Binar dari tangannya.

Dengan hati yang masih kesal, Marcello membereskan semua pakaiannya. Dia terus menggerutu dan akan membuat semua yang diinginkannya menjadi miliknya.

Meski semua itu akan membutuhkan waktu yang lama, dia tidak akan menyerah begitu saja. Baginya Binar adalah miliknya dan tidak seorang pun berhak memilikinya.

Di sisi lain Binar masih duduk di gazebo, sekarang ada Candra yang berdiri tepat di hadapannya. Binar ingin bertanya tentang Adnan dan dia harus memaksa Candra untuk mengatakannya.

"Katakan di mana suamiku!" tanya Binar dengan serius dan ada penekanan.

"Saya tidak tahu," jawabnya singkat.

"Bohong. Kau selalu berbohong mengenai keberadaan Adnan! Apa aku tidak berhak bertemu dengannya?!" imbuh Binar dengan tersenyum kecut.

"Meski saya tahu tetap saja tidak bisa memberitahukan pada Anda. Karena Tuan Adnan sendiri yang melarangnya," ungkap Candra.

"Baik. Katakan pada tuanmu itu, jika dia tidak mau bertemu denganku lebih baik tidak perlu bertemu untuk selamanya hingga mati!" Binar berkata dengan sangat kesal lalu berjalan meninggalkan Candra.

Binar berjalan menuju kamarnya, diikuti oleh kedua pengawal yang sedari semalam menjaganya. Hatinya semakin kesal, mengapa Adnan menjadi seperti ini.

Dia tidak tahu apa salahnya, sehingga Adnan pergi menyendiri. Apakah dia sudah ingin mengakhiri pernikahannya. Itulah yang ada dalam benak Binar kali ini.

Tanpa sengaja Binar melewati Marcello yang sedang bicara dengan seseorang. Entah mengapa hatinya berkata untuk mendengarkan apa yang sedang dibicarakan Marcello dan siapa yang bicara dengannya dari sambungan teleponnya.

"Aku akan pergi dari Jeju dan akan pergi ke Singapura. Dan aku sudah berhasil membuat jarak antara Binar dan Adnan. Sebentar lagi mereka akan berpisah, aku yakin itu!" ucap Marcello dengan seseorang di seberang telepon.

Binar terkejut dengan apa yang di dengarnya, mungkin inilah sebabnya Adnan pergi tanpa berkata apa-apa padanya. Dia penasaran apa yang sudah dilakukan Marcello sehingga Adnan percaya dengan trik busuknya.

"Apa yang aku lakukan? Kau tahu betapa bodohnya ayahku itu. Dia menyangka jika aku sudah bercinta dengan Binar." Ungkapnya lagi pada temannya dari seberang telepon.

Jadi ini adalah alasan mengapa Adnan bertanya padanya tentang siapa bayi yang dikandung. Padahal Binar tidak mengandung sama sekali.

Binar langsung berjalan meninggalkan Marcello yang masih berbicara melalui teleponnya. Dia sudah muak mendengar semua trik kotornya untuk memisahkan dirinya dengan Adnan.