Chereads / Your Father is My Husband / Chapter 48 - Siasat part 1

Chapter 48 - Siasat part 1

Adnan menatap punggung Binar yang sedang terlelap, dia kembali teringat akan nomor yang menghubungi Binar tadi. Dia mulai berpikir apakah yang menghubungi istrinya itu adalah salah satu musuhnya atau ulah Marcello.

Namun, itu tidak mungkin karena bukan sifat Marcello. Binar membalikkan tubuhnya sehingga Adnan bisa melihat dengan jelas wajah Binar yang sedang terlelap.

Tangan Adnan menyentuh kepala Binar lalu mengelus-elusnya dengan lembut.

"Aku sangat menyayangimu, tidak akan aku biarkan kau terluka. Aku akan selalu melindungimu meski harus mengorbankan nyawaku," ungkap Adnan.

Adnan pun mulai mencoba memejamkan kedua matanya untuk. Binar membuka kedua matanya, rupanya dia tidak tertidur lelap. Dia mendengarkan setiap perkataan Adnan tadi.

Dalam hatinya berkata, bahwa dia akan selalu ada untuknya. Mencoba untuk memaafkan semua yang sudah terjadi dan akan membuatnya menghilangkan sisi iblis ya yang sudah muncul sejak dulu, meski itu akan sulit serta membutuhkan waktu yang panjang.

Keesokan harinya.

Binar sudah menunggu Adnan untuk sarapan di gazebo. Dia memilih di sana karena sedang ingin menikmati bunga-bunga dan udara yang segar di pagi hari.

"Bi, kamu semakin cantik saja," ucap Marcello sembari duduk tepat di hadapan Binar.

"Kau...," Binar memekik "untuk apa kau kemari? Pergi sana dan jangan tunjukkan wajahmu lagi di hadapanku!"

"Bi, aku mohon ... Kembalilah padaku dan jauhi ayahku. Dia akan membuatmu sangat menderita. Bahkan kau bisa mati," imbuh Marcello.

"Ohh begitu lalu aku harus ikut denganmu? Apakah aku akan bahagia denganmu? Apa aku tidak akan merasa menderita jika bersamamu? Apa kau tidak akan membuatku mati secara perlahan?" pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan pada Marcello sembari memegang tangannya serta senyum.

Binar tidak menyadari jika yang dilakukannya terlihat oleh Adnan. Mata Adnan memerah, dia menjabat api kemarahan dalam dirinya. Rasa cemburu mulai memenuhi hatinya.

Namun, dia masih bisa menahan diri agar sisi gelapnya tidak keluar dan menyakiti kembali Binar. Dia berjalan dengan keadaan kesal menuju ruang baca, tidak ada niat untuk sarapan bersama Binar yang sedang bersama Marcello.

Candra melihat Adnan yang diam tetapi terlihat jelas di matanya jika sudah terjadi sesuatu. Dia hendak bertanya tetapi diurungkan karena itu bisa membuatnya semakin kesal.

Dia tidak sengaja melihat Binar dan Marcello yang sedang bicara. Jika dari kejauhan akan terlihat mereka berdua sangat dekat dan tidak ada masalah.

Namun, jika dilihat secara dekat maka akan terlihat usaha Binar untuk terus memojokkan Marcello agar berhenti mengusiknya. Sebab dia ingin menjalani hidupnya bersama Adnan yang sudah menjadi suaminya.

Candra pun pergi menuju ruang baca karena dia tahu dengan pasti Adnan jika sedang kesal akan duduk dan menyibukkan dirinya dengan semua pekerjaan.

"Sampai kapan dia akan di sini?!" tanya Adnan yang melihat Candra sudah masuk ke dalam ruang baca.

"Maaf Tuan saya belum tahu," jawab Candra.

"Aku ingin kau terus mengawasinya jangan sampai dia melakukan hal bodoh dan membuatku harus bertindak kejam!" tukas Adnan.

"Baik, Tuan saya akan mengawasi tuan Marcello," Candra menjawab sembari menyerahkan beberapa dokumen yang harus di periksa oleh Adnan.

Di tempat lain Binar yang sudah berhasil mengusir Marcello menunggu Adnan untuk sarapan bersama. Namun, dia tidak melihat kedatangan Adnan meski rasa laparnya sudah hilang akibat Marcello.

"Tunggu! Apa kau tahu di mana Adnan?" tanya Binar pada seorang pelayan yang sedang berjalan melewati gazebo.

"Maaf Nona, saya tidak melihat tuan. Mungkin Nona bisa menemukan tuan di ruang bacanya," jawab pelayan tersebut.

"Baiklah kau bisa pergi," timpal Binar. Pelayan itu pun mengangguk dan membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan Binar.

Binar beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ruang baca. Dia berpapasan dengan seorang pelayan yang membawa nampan yang di atasnya ada menu sarapan yang biasa Adnan santap.

"Untuk siapa itu?"

"Tuan, Nona."

"Berikan padaku,"

Pelayan itu pun memberikan nampannya pada Binar, dia pun mengatakan jika Adnan berada di ruang baca. Binar mengangguk lalu menyuruh pelayan itu pergi.

Binar kembali berjalan menuju ruang baca dengan membawa nampan yang berada di meja dorong kecil. Dia berhenti tepat di depan pintu ruang baca, mengetuk pintunya lalu terdengar suara Adnan yang menyuruh masuk.

Dia memegang gagang pintu lalu membukanya perlahan dan membukanya. Binar melangkah masuk ke ruang baca sembari mendorong menu sarapan untuk Adnan.

"Makanlah sarapanmu sebelum semuanya dingin," ucap Binar.

"Simpan saja di sana," Adnan menjawab dengan nada dingin.

Binar merasa ada yang aneh, dia menatap Candra dengan maksud bertanya apa yang sudah terjadi. Namun, Candra tidak memberikan respons, Binar sedikit kesal mengapa kedua orang ini dalam suasana hati yang tidak baik.

"Ya sudah lanjutkan saja, aku akan pergi dan tidak akan mengganggu kalian lagi!" Binar berkata sembari berjalan meninggalkan ruang baca.

Dia yakin jika sudah terjadi sesuatu dengan Adnan. Namun, entah apa itu? Dia kembali berjalan menuju kamar. Rasa mual yang dirasakan semakin meningkat dan dia pun berlari menuju kamar mandi.

Marcello melihat Binar masuk ke dalam kamar, dengan santainya dia duduk di atas tempat tidur. Membuka satu per satu kancing kemejanya, dalam benaknya muncul ide busuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" pekik Binar.

"Aku ingin bersamamu, Sayang."

"Kau sudah gila Marcello! Cepat pergi atau aku akan menghajarmu!!"ancam Binar yang sudah mulai kesal.

Di ruang baca, Adnan melihat makanan yang di bawakan oleh Binar tadi. Dia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekat pada meja makan dorong yang dibawa Binar tadi.

Terdengar suara ketukan pintu, Candra membuka pintu lalu terlihat seorang pelayan wanita yang datang dengan meja kecil dorong yang di atasnya berisikan makanan dan minuman.

"Untuk siapa makanan ini?" tanya Candra.

"Nona," jawabnya "karena nona belum menyantap makanan yang ada di gazebo jadi saya membuatkan yang baru untuknya."

"Berikan padaku," ucap Adnan. Pelayan pun memberikan pada Adnan lalu pergi,

Candra tahu apa yang akan dilakukan oleh Adnan jadi dia tidak banyak berpikir. Adnan membawa sarapan ke kamar karena dia yakin jika Binar ada di dalam kamar.

Langkahnya terhenti tepat di pintu kamarnya, saat dia hendak membuka pintu kamar. Matanya terbelalak melihat Marcello membuka pintu dan keluarga dari kamarnya dengan santai.

Dilihatnya dengan saksama kancing kemejanya sudah terlepas. Adnan berpikir buruk bahwa Binar sudah melakukan hal yang kotor di belakangnya bersama anak angkatnya.

Adnan langsung masuk dengan prasangka buruk, dia mencari keberadaan Binar. Namun, tidak menemukannya. Terdengar suara dari seseorang di dalam kamar mandi, Adnan pun mendekati kamar mandi.

Dia membuka pintu kamar, melihat Binar yang sedang memuntahkan apa yang ada di dalam perutnya. Bukanya merasa khawatir, Adnan melangkah dengan geram

"Apa kau hamil? Bayi siapa ini?" Adnan bertanya sembari mencengkeram tangan Binar dengan sangat kuat.

"Apa?" tanya Binar yang tidak paham dengan perkataan Adnan.

"Cepat katakan padaku?!" tukas Adnan.

Binar melihat kemarahan di mata Adnan, dia tidak akan banyak bicara dulu. Sembari mencerna apa yang ditanyakan Adnan padanya.

Dalam benaknya berpikir apakah Adnan menyangka jika dirinya sedang hamil. Dan mengapa pula dia bertanya anak siapa? Jika dia hamil tentu saja itu adalah anaknya.