"Mau apa kalian, huh?!" Florence berteriak nyaring. Peluh dingin membasahi kening. Ia meringkuk di sudut ranjang.
"Aku mau kau, Sayang," ujar lelaki itu semakin mendekat. Ia menarik tengkuk Florence lalu melumat bibirnya.
Tiba-tiba ... lelaki itu melepaskan pagutan bibirnya dengan kasar. Dijambaknya rambut Florence sekuat tenaga, sementara tangan kanannya menyapu bibirnya yang terasa sangat perih.
"Cuh!" Lelaki itu meludah dengan kasar penuh amarah, "Apa yang kau lakukan, Sialan?!" Ia membentak Florence. Matanya merah menahan kemarahan.
Florence meludahkan air liurnya yang berwarna merah darah tepat ke wajah lelaki itu. Ia mengigit bibir lelaki itu kuat-kuat.
"Kurang ajar!" Lelaki itu memaki sambil mengayunkan tangan.
Kepala Florence terbentur dinding akibat kerasnya ayunan tangan yang ditimpakan ke pipinya.
"Pegangi dia." Ia memerintah kepada kedua temannya.
"Kent, tinggalkan dia!" perintah lelaki yang mengantarkan makanan Florence tiga hari yang lalu.
"Jake?! Mari kita bersenang-senang sedikit, Brother!" Kent tertawa renyah dan menaiki bibir ranjang.
Florence menarik kedua kakinya semakin merapat ke dada. Tidak ada lagi baginya tempat berlari.
"Tinggalkan dia, Kent!" Jake berkata sambil menarik lengan Kent. Laki-laki itu melepaskan tangan Jake kasar.
"Apa-apan ini? Tidak tahu sampai kapan kita berada di tempat ini. Apa salahnya kita menikmatinya?!" Kent kesal dengan sikap Jake yang tidak sejalan sepemikiran dengannya.
"Kau juga mau, bukan?" tanya Kent kepada lelaki lainnya yang sejak tadi terdiam memandangi mereka dan ia pun tak merespon. Ia memandangi wajah Jake yang terlihat sangat tidak suka menyaksikan kejadian ini.
"Gary? Kau juga mau, bukan? Ayolah! Sangat membosankan berada di tempat tak berpenghuni ini," Kent membujuk Gary. Ia mencari teman untuk melakukan keinginannya.
Florence semakin ketakutan. Mereka berdebat dan saling bujuk untuk menikmati tubuhnya. Ia merasa ingin mati saja.
"Kalian pergilah bersenang-senang, biar aku yang mengurus dia." Jake kembali menarik lengan Kent. Ia mengambil sejumlah uang dari dompet yang berada di saku belakang celana.
Ia mengacungkan uang itu di wajah Kent lalu memberi kode kepada Gary untuk segera membawa Kent keluar.
"Ambillah." Jake membujuk.
"Katakan saja kau ingin menikmatinya sendiri." Kent merampas uang itu dari tangan Jake dengan wajah kesal dan Jake tertawa.
"Mungkin begitu. Kau tahu, aku sangat tidak suka berbagi." Ia menepuk punggung Kent sambil mendorong pelan. Bermaksud menyuruh Kent segera keluar. Ia menatap dalam wajah Gary. Lelaki itu pun paham.
"Ayo cepat, Kent. Jika terlalu malam, kita hanya punya waktu sedikit. Pestanya usai," Gary mengamit lengan Kent. Mereka melangkah pergi meninggalkan Jake dan Florence.
"Florence, apa aku akan dapat hadiah?" tanya Jake pada Florence yang masih termanggu di sudut ruangan, Ia masih meringkuk di atas ranjang dengan tubuh yang gemetar.