Chereads / PARTNER IN CRIME : FRIENDZONE / Chapter 11 - 10. Kemungkinan [PDKT]

Chapter 11 - 10. Kemungkinan [PDKT]

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.

Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

***********

Lova menaruh tasnya di atas meja belajar, kemudian mengambil ponsel di saku seragam sekolah lalu tidur rebahan di atas kasur. Perempuan itu memeriksa beberapa akun sosmednya. Mulai dari aplikasi berwarna biru milik Marc, memberikan tanda suka pada beberapa postingan teman mayanya. Lalu beralih pada aplikasi dengan logo burung berwana biru, meretweet beberapa postingan lucu. Mengecek beberapa gosip k-pop di akun korea serta trending topk di Indonesia saat ini. Juga mengunjungi laman instagram dan memberikan cinta untuk beberapa postingan.

Lova bukan tipikal yang aktif di dunia maya, ia hanya sesekali bermain sosial media. Entah hanya sekedar memberikan tanda cinta atau mencari gosip gosip di dunia maya. Bukan tipe instagramable yang setiap hari posting foto atau uploag story.

Bosan membaca threat lucu dan juga tentang oppa-oppa korea, Lova memutuskan untuk mengecek akun webnonya. Melihat beberapa story dari penulis penulis yang ia sukai. Ada beberapa penulis favoritenya yang telah mengupload cerita baru.

Lova segera membuka bab baru tersebut, lalu mulai terhanyut ke dalam ceritanya. Novel tentang perjodohan keluarga konglomerat, kisah Briena dan juga Vian yang terjebak perjodohan klasik. [Not a Classic Wedding]. Lova sibuk membaca saat ada notif pesan dari pria yang tadi pagi mengusik moodnya. Perempuan itu mengabaikan notif tersebut dan kembali fokus membaca novel yang mengaduk aduk hati. Namun notif tersebut terus bermunculan hingga membuat Lova jengah.

Chakra

│P

│P

│Lo udah sampai rumah?

│Lov, balas chat gue dong.

│Udah sampai rumah apa belum?

│Kalau belum, gue ke sekolah lo nih.    

│Lov, jangan bikin gue panik dong.

│Kalau sampai Lo kenapa kenapa, gue bisa digantung bokap kita berdua.

Lova menggelengkan kepalanya saat membaca pesan dari Chakra. Perempuan itu lalu mengetik pesan balasan untuk Chakra supaya pria itu berhenti mengiriminya pesan.

Lova

│ Gue udah di rumah.

Singkat, padat dan cukup jelas. Tanpa menunggu waktu lama, pesan balasan dari Chakra langsung muncul.

Chakra

│ Kalau gitu gue ke rumah lo sekarang.

"Ck," decak Lova tak suka dengan niat Chakra yang ingin bertamu ke rumah. Perempuan itu buru buru mengetik pesan balasan sebelum makhluk menyebalkan seperti Chakra berkunjung ke rumahnya.

Lova

│Nggak usah!

│Lo ngerti, 'kan tanda SERU itu artinya apa?

│Gue nggak lagi bikin lo peka dengan bilang ENGGAK padahal IYA.

│Gue bener-bener nggak berharap lo ke rumah gue!

Lova menulisnya dengan keseriusan yang mendalam.

Chakra

│Ck

│Nggak suka banget sih, kalau gue mampir.

│T-T

Lova

│Ya karena gue tahu kalau kedatangan Lo itu berpontensi bikin darah tinggi gu kumat.

│Padahal sebelumnya gue nggak punya riwayat darah tinggi.

│Tapi setelah ketemu sama Lo, penyakit gue langsung bermunculan.

│Hah!

Chakra

│Lhah, Lo fikir gue ini virus penyebab penyakit baru.

│Lucu banget sih Lo.

│Jadi pengen peluk, saking gemesnya.

│Ck, sedih dah gue nggak boleh mampir ke rumah lo.

│T_T

Lova mengabaikan pesan terakhir dari Chakra, juga emot sedih yang dikirim pria itu. Lalu tiba-tiba saja, ia teringat pertemuannya dengan Gavin saat pulang sekolah tadi. Tentang pembicaraan mereka terkait masalah tawuran tiga sekolah terkenal di Jakarta. Pertarungan yang menurut Lova sia-sia dan tidak berguna.

Lova terdiam sejenak, lalu meraih ponselnya di atas kasur. Menimbang-nimbang apakah ia akan menelfon Chakra atau tidak. Beberapa menit berfikir, akhirnya ia memutuskan untuk menelfon pria itu. Terdengar nada dering sekali sebelum kemudian panggilannya diangkat oleh Chakra.

"Halo, Bi. Kangen juga 'kan lo sama gue. Tadi bilangnya gue nggak boleh main ke rumah lo, eh, ternyata lo malah telfon gue. Kenapa? Kenapa? Lo kangen sama gue? Pengen ketemu sama gue? Lo mau gue datang ke rumah sekarang?" celoteh Chakra panjang lebar.

Lova memutar bola matanya bosan mendengar celotehan narsis yang dilontarkan mulut Chakra. "Berisik deh," omelnya kemudian.

"Hehehehe." Chakra tertawa kecil. "Jadi kenapa telfon?" tanyanya kemudian sebelum Lova berubah fikiran dan menutup panggilan telfon mereka.

"Nanti sore ketemuan yuk?" ucap Lova pelan.

"Apa? Lo bilang apa?" tanya Chakra terkejut.

"Ketemuan! Kita berdua! Nggak usah sok nggak ngerti eh Lo!Lova jadi  kesal sendiri.

CHakra terkekeh pelan. "Sumpah demi apa lo ngajak gue ketemuan? Ini tandanya lo udah bisa nerima gue dong, Bi?" celotenya dengan nada ceria.

"Jangan GR dulu! Gue ngajakin lo ketemuan, karena ada yang mau gue tanyain ke lo," ucap Lova ketus.

"Bodo amat dah, yang penting lo udah bisa nerima kehadiran gue," celoteh Chakra.

"Idih, bahasa lo," cibir Lova. "Ya udah. Gue tunggu lo di taman kompleks jam 4 sore. Kalau lo sampai telat, lupain aja keinginan lo untuk jadi sahabat gue," imbuhnya kemudian.

"Gue pasti datang dan nggak akan telat!" sahut Chakra cepat.

"Hehm." Lova hanya bergumam.

"See you, Lov."

Lova mengakhiri pembicaraannya dengan Chakra. Perempuan itu kemudian bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menuju lemari pakaian. Mengambil satu set baju rumahan setelah itu berjalan menuju kamar mandi untuk ganti baju. Perutnya sudah keroncongan minta di isi. Hari ini ibunya sedang tidak di rumah, jadi ia berniat untuk membeli martabak kornet keju kesukaannya tak jauh dari kompleks perumahannya.

*****

Chakra senyum-senyum sendiri sembari rebahan di sofa depan TV. Diliriknya ponsel yang masih memperlihatkan pesan singkat dengan Lova. Pria itu fokus pada acara kartun yang sebelumnya ia tonton. Notif lain muncul beberapa menit kemudian. Chakra kembali melirik ponselnya dan notif tersebut berasal dari grub most wanted.

Haru

│ Ntar sore main yuk!

Baja

│ Yuk!

│Rumah gue!

Naka

│ Oke aja sih.

│ Gue lagi free

Chakra segera mengetik pesan balasan di grub.

Chakra

│ Sorry guys

│Gue nggak bisa.

Haru

│ Lhah, kenapa?

Baja

│ Sok sibuk lo!

Naka

│ Ada acara, Chak?

Chakra

│ Gue ada janji sama Lova.

Baja

│ Lova tetangga baru lo?

│Kok bisa?

│Kalian udah baik-baik aja?

Chakra

│Nah, itu dia!

│Ini lagi diusahakan.

Naka

│Lo kenapa keukeh banget sih, mau sahabatan sama Lova?

│Bukan salah satu dari permainan lo, 'kan, Chak?

Haru

│Iya, Chak.

│Kenapa?

Chakra

│Enggak lah, Nak.

│Gue nggak mungkin mainin perasaan cewek.

│Gue bukan Haru yang ganti cewek tiap hari kayak ganti kolor.

Haru

│ Lhah, kolor gue dibawa-bawa.

│Sifat gue yang suka gonta-ganti pacar kagak ada hubungannya sama kolor gue.

│Lo fikir gue pelet cewek pakai kolor.

Baja

│Emang enggak ya, Ru? Wkwkwkwk

│Gue fikir iya lho.

│Soalnya gue heran karena pacar lo ganti-ganti.

│Cakep-cakep pula.

Haru

│Bacot lu!

│Keahlian gue lo bilang pelet.

│Pesona gue cuy! Yang memikat hati para cewek-cewek.

Baja

│ Heleh, pret!

Naka

│ Terus gimana, Chak?

Baja

│ Oh, iya.

│Sampai lupa gara-gara ngomongin kolornya Haru.

Chakra

│Ya gitu deh.

│Nggak ada salahnya, 'kan? Sahabatan sama cewek.

│Toh, rumah kita juga tetanggaan.

│Sejak kita ketemu di taman waktu itu, gue merasa nyaman aja deket sama dia.

Naka

│ Nyaman?

Chakra

│ Eh, nyaman dalam artian pertemanan lho. Bukan perasaan.

Haru

│ Ati-ati lo, Sob.

│Jatuh cinta sama sahabat itu semudah ganti kolor.

│Kejebak temen rasa pacar, baru tau rasa lho.

Baja

│Bener tuh, Chak.

│Temenan kok coba-coba.

Naka

│Tergantung sama lo sih, Chak.

│Komitmen lo dari awal gimana?

│Temen ya temen. Pacar ya pacar.

Chakra

│Astagah, guys.

│Beneran temen.

│Nggak mungkin demen.

Haru

│Kalau ada yang deketin dia, berarti lo kasih jalan dong.

Chakra

│Iyalah.

│Setelah gue filter dan masukin kriteria playboy cap kapak dan pengejar cinta ke dalam daftar hitam.

Haru

│Kampret!

Baja

│Lhah, gue 'kan masih available meskipun lagi berjuang.

Chakra

│BIG NO!

Naka

│Kalau gue berarti boleh dong? ;-)

Chakra

│ Emang lo ada niat buat ngedeketin, Lova?

Naka

│Enggak.

Chakra menatap layar ponselnya dalam diam. Pesan lain muncul dari orang yang sama.

Naka

│ Belum.

*****

Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..

Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.

1. Not a CLassic Wedding

2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]

3. Black Tears

4. Selingkuhan

5. Merakit Perasaan

6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!

Dukung terus anak anak saya yaa....

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk

PYE! PYE!

Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....