"Are you oke?" tanya Zalina saat melihat Rose yang masih ketakutan. Sesekali ia melihat Rose menengok kebelakang seperti ada seseorang yang mengikutinya. "Rose...Are you oke?" tanya Zalina sekali lagi membuat Rose kaget karena tepukan di pundaknya.
"Ouh...Zalina kau mengagetkanku saja." Rose mengusap dadanya. Menetralkan detak jantungnya yang berdebar semakin kencang. "I'm Sorry Rose. Ada apa sebenarnya? Kau terlihat ketakutan."
"Entahlah Zalina. Aku tak mengerti mengapa aku begitu khawatir dan ketakutan semenjak aku selalu bermimpi yang sama setiap malam." Ucap Rose saat keduanya berjalan menuju rumah mereka.
"Kau masih memimpikan serigala buas itu lagi?!" Rose mengangguk. "Awalnya aku tak ingin memikirkannya. Tapi makin hari mimpi itu terlihat seolah nyata. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya."
"Mungkin kau harus bertanya kepada bibi Eveline tentang mimpi anehmu itu." Eveline dan Adam adalah orang tua Rose. Mereka tak suka jika putrinya menyinggung tentang serigala atau makhluk mitos lainnya. Mereka menganggap tingkat halusinasi putri mereka terlalu tinggi sehingga menciptakan fantasi sendiri tentang makhluk yang hanya muncul dalam cerita anak-anak.
"Oh tentu saja aku tak mungkin bertanya kepada Mom dan Dad tentang hal ini. Mereka pasti menyuruhku pergi ke Psikiater lagi. Aku tak mau dan aku tidak gila." Sungut Rose kesal membayangkan tiap kali ia bercerita tentang mimpinya, kedua orang tuanya membawanya menemui Psikiater.
"Baiklah. Kurasa kau terlalu lelah dengan pekerjaan mu di Nyonya Moore. Bukankah kau mengeluh akan keluar dari pekerjaan mu?! Tapi hingga sekarang kau masih saja betah di jajah oleh si wanita tua menyebalkan itu."
Rose tertawa. "Kau benar. Aku hanya bisamenggertak saja. Kau tahu sendiri aku butuh biaya untuk menghidupi hidupkusendiri."
"Tapi kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sana. Aku tak suka melihatmu selalu di tindas oleh wanita tua itu. Pekerjaan mu sangatlah banyak tapi dia menggajimu sangat sedikit. Itu namanya tidak adil."
"Ya mau bagaimana lagi. Kau tahu sendiri kan aku berulang kali mengirimkan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan tapi hingga sekarang tak ada panggilan satu pun untuk ku. Mau tak mau, suka tak suka aku harus bertahan disana."
Zalina memeluk teman serumahnya dengan erat. "Aku tahu kau wanita yang kuat dan juga tegar Rose. Apapun yang terjadi kamu masih memiliki aku dan Zach yang selalu mendukung mu. Aku yakin penderitaan mu ini akan diganti dengan kebahagiaan yang luar biasa besarnya."
Rose membalas pelukan sahabatnya itu. Ia sangat berharap jika suatu hari penderitaannya berubah menjadi suatu kebahagiaan. "Hmm...Ku rasa seorang pria kaya akan meminang mu Rose." celetuk Zalina ngasal. Rose tertawa mendengar celetukan temannya itu.
"Hh...Aku tak ingin muluk-muluk Zalina. Tak perlu kaya raya, yang pasti bisa membuatku nyaman bersamanya dan melindungiku. Itu sudah cukup untukku." Ungkap Rose.
"haha...kau benar. Kau butuh seorang pelindung untuk melindungimu dari mimpi buruk bertemu serigala itu." Keduanya tertawa.Tak terasa Rose dan Zalina tiba di depan rumah mereka. Keduanya pun segera masuk karena hari sudah sangat larut.
***
Sementara itu, Jacob sedang memantau kawasan yang beberapa hari lalu diserang oleh kawanan Rogue bersama beberapa anak buahnya. Tak lupa Jaden setia mendampingi disampingnya. Jacob melihat kerusakan yang cukup besar pada tembok benteng kastil miliknya. "Berapa banyak prajurit kita yang terluka parah?" tanya Jacob menatap kekacauan yang terjadi.
"Sekitar lima puluh prajurit yang terluka, Alpha." Jawab salah satu Warrior. "Apa mereka sudah ditangani oleh dokter?"
"Sudah Alpha. Tapi hampir tiga perempat prajurit kita terluka parah. Menurut dokter yang memeriksa, prajurit yang terluka parah sulit untuk kembali turun dalam pertarungan. Kita kehilangan banyak prajurit karena pertempuran beberapa hari lalu. Kalau begini terus benteng pertahanan kita akan mudah ditembus dan diserang." Ucap Warrior khawatir.
"Dia benar Alpha. Kita harus segera mengambil langkah untuk membekuk kawanan Rogue sialan itu. Jika tidak kita akan kehilangan banyak prajurit." Usul Jaden. Jacob terdiam memikrikan solusi untuk Packnya.
"Aku khawatir benteng pertahanan kita yang lainnya menjadi incaran para Rogue. Apalagi kini kita sudah kehilangan nona Serena yang selama ini membantu mempertahankan benteng dengan sihirnya."
"Kumpulkan semua penghuni Packs yang ada. Kita akan mengadakan rapat besar. Serena sudah banyak membantu kita selama ini. Aku ingin Serena dan prajurit yang terluka karena mempertahankan benteng kita mendapat pengobatan yang terbaik. Kalau perlu kita pergi ke dunia manusia secepatnya." Ucap sang Alpha.
Jaden dan yang lainnya langsung membungkukkan tubuh mereka mengikuti perintah agung sang Alpha. Malam itu juga, Jacob memimpin rapat dadakan di aula Kastil miliknya. Ia meminta seluruh penghuni Pack bersiap sedia membantu para prajurit untuk menumpas para Rogue yang semakin gencar menyerang kastil mereka.
Jacob menghimbau agar setiap benteng pertahanan dijaga sangat ketat. Pemeriksaan keluar masuk kawasan Packs semakin diperketat. Jangan sampai mereka kecolongan lagi untuk kesekian kalinya. Bagi warga yang tak memiliki kekuatan dari dalam dirinya diharapkan bisa melakukan sedikitnya pertahanan diri. Tak lupa Jacob juga meminta memasang berbagai macam jebakan di seluruh penjuru wilayah mereka.
***
Jacob menatap Jaden yang setia menggenggam tangan Serena kekasihnya terlelap dengan berbagai macam alat menempel di tubuhnya. Jaden menoleh ke belakang saat pintu kamar rawat Serena terbuka. Jacob tersenyum. "Bagaimana perkembangan Serena? Ku dengar ia sudah siuman." Tanya Jacob sambil duduk di kursi sebrang ranjang.
"Ya tadi Serena sempat membuka matanya tapi karena belum terlalu kuat, makanya ia kembali tertidur. Dokter sudah memeriksa kondisi tubuhnya dan hasilnya sangat memuaskan. Jika dalam dua hari kedepan kondisi tubuhnya terus membaik, Serena ku akan kembali lagi ke dalam pelukanku." Ucap Jaden bahagia.
"Syukurlah aku senang mendengarnya. Aku berharap Serena segera pulih dan segera memakai pakaian pengantinnya. Ia sangat antusias saat akan kau ajak ke toko baju pengantin."
"Ya kau benar. Ia sangat bahagia. Seperti anak kecil yang kesenangan diberi lolipop." Jaden mengelus rambut pirang tunangannya. Jari jari tangannya turun untuk mengelus pipi yang memucat itu dengan sangat hati hati.
"Cepatlah sembuh sayang. Aku akan mempersembahkan pernikahan yang selalu kau impi-impikan." Bisik Jaden. Ia mengecup bibir pucat tunangannya itu dengan lembut. Hanya menempel tak ada hisapan atau lumatan seperti biasanya mereka lakukan.
"Kalian pasti akan hidup bahagia. Sudah terlalu lama kalian terpisah dan kini saatnya kalian bersatu dan memiliki banyak keturunan. Aku sudah menemukan pengganti Serena untuk membantu mempertahankan kastil. Yah mungkin tidak sehebat dan setangguh Serena, tapi ku pastikan dia mampu melindungi kastil dengan segenap jiwa raganya."
Jaden membelalak tak percaya. "Mengapa kau mengganti Serena? Aku yakin Serena masih ingin membantu mempertahankan kastil kita ini setelah ia sembuh nanti. Aku yakin Serena pasti akan bersedih dan kecewa karena tugasnya sebagai dewi penjaga sudah digantikan oleh orang lain."
***
TBC