Rose berjalan di sebuah hutan dengan hamparan rumput hijau yang basah karena baru selesai diguyur hujan. Rose merasa tak asing dengan hutan itu. Sekelebat ia melihat bayangan seorang anak perempuan tengah bermain di hutan itu.
Rose mengerjap. Ia ingat wajah anak perempuan itu yang sangat mirip dengannya saat masih kecil. "Hei bukankah itu aku?" gumam Rose memandangi wajah gadis cantik itu. Gadis cantik itu tersenyum kearahnya, "Akhirnya kau pulang juga. Semua orang sudah menunggu kedatanganmu." Ucap Rose kecil.
Rose terlihat bingung. Ia menghampiri Rose kecil dan berjongkok untuk menyamai tinggo tubuh gadis kecil itu. "Nama mu siapa? Apa maksudmu aku sudah kembali? Dan siapa yang menunggu kedatanganku?"
"Aku adalah dirimu. Kami sudah lama menunggu mu kembali." Rose kecil tersenyum. Membuat Rose semakin kebingungan. "Apaa?!?! Apa maksud mu aku…Heii kembali. Jangan pergi. Heeiii…." Sosok gadis kecil itu semakin lama semakin memudar dan hilang begitu saja di depan matanya.
Rose belum selesai bertanya ia sudah pergi. Rose terus meneriakkan gadis kecil itu sambil mencarinya dipenjuru hutan namun ia tak menemukannya. Rose pun terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal dan keringat yang membasahi wajahnya.
"Ya Tuhan ada apa dengan ku sebenarnya? Mengapa aku selalu bermimpi yang aneh. Apakah ini pertanda akan terjadi sesuatu?" ucapnya. Rose bergegas turun dari ranjang dan mandi karena hari ini ia akan menemani Nyonya Moore untuk ikut acara Fashion Show.
Semalam ia packing dibantu oleh Zalina. Rose menghembuskan nafas saat melihat dua koper besar yang harus ia bawa ke sana. Rose akan tinggal sepuluh hari di Forks tapi Zalina membuatnya seperti akan tinggal sangat lama. Menurut Zalina, tak masalah membawa banyak baju hangat karena Forks memiliki banyak hutan hutan indah dan cuaca yang sejuk tak menutup kemungkinan suhu disana saat musim dingin akan ekstrem.
***
"Morning guys." Sapa Rose setelah keluar dari kamarnya dengan mendorong dua koper besar. Zach dan Zalina membalas sapaan Rose. Rose duduk di meja makan dimana kedua temannya itu sudah lebih dulu sarapan.
"Hei…Mengapa wajahmu tertekuk seperti itu? Bukankah kau akan ke Forks sembari berlibur?" tanya Zach. "Hm… Aku tak bisa membayangkan mengerikannya jika turun langsung membantu Nyonya Moore. Aku pasti dibuat sibuk seharian." Keluh Rose. Ia menundukkan kepalanya diatas meja makan.
Ia tak berselera untuk sarapan meski masakan Zach sangat menggiurkan. Tangannya terasa berat untuk sekedar mengangkat sendok. "Kau pasti kuat Rosy. Kau wanita tangguh." Hibur Zalina.
"I Know. Aku tak berharap banyak wanita mengerikan itu bisa bersikap manis terhadapku nanti, setidaknya ia memberiku hari libur tiga hari untuk menikmati suasana di Forks setelah pegelaran selesai. Sudah cukup bagiku."
"Pokoknya kau harus menceritakan apa yang ada disana ya. Aku ingin kesana untuk berlibur. Pasti akan sangat mengasikkan." Seru Zalina.
"Yeah... I"ll call you and tell everything about Forks."
"Oke I'm waiting." Mereka pun melanjutkan sarapannya.
***
Setelah hampir 10 jam perjalanan udara akhirnya Rose dan tim Nyonya Moore tiba juga di bandara Forks. Mereka di jemput untuk diantarkan ke hotel tempat mereka menginap selama disana. Rose mendapatkan kamar di lantai 10 bersama satu orang perempuan rekan kerjanya yang bernama Miley. Jika Miley langsung tertidur sesampainya di Hotel, Rose justru tak bisa tidur.
Ia memilih melihat lihat isi kamar hotelnya. Cukup mewah untuknya. Sebuah tempat tidur berukuran King Size dengan TV yang cukup besar. Rose berlanjut melihat isi kamar mandinya. Mulutnya menganga cukup lebar saat pintu kamar mandi dibuka.
Di dalamnya ada sebuah bathtub besar dengan berbagai jenis sabun mandi berbagai macam keharuman. Sebuah kloset cantik dan terkesan mewah pun tersedia disana. Rose bertanya-tanya apakah benar dia menempati kamar itu.
Rose benar-benar dibuat terpukau dengan isi kamar hotelnya. Setelah kekagumannya usai, ia pun segera mengeluarkan pakaiannya dari dalam koper dan menyusunnya ke dalam lemari. Ia pun mandi untuk menyegarkan tubuhnya setelah perjalanan panjang.
Dengan menggunakan kimono hotelnya, Rose yang baru saja selesai mandi keluar menuju balkon kamar Hotelnya dengan segelas teh melati hangat kesukaannya. View balkon belakang mereka sangat indah. Hamparan hutan pinus yang lebat yang mulai tertutup kabut menjadi latar belakang kamar hotelnya.
Saat pintu menuju balkon dibuka, angin tertiup sangat kencang membawa aroma pepohonan pinus langsung menyeruak di penciumannya. Rose memejamkan matanya sembari menghirup udara segar alami dalam dalam. "Oh God. Its so beautiful." Ucap Rose mengagumi indahnya cipta karya Tuhan di depan matanya.
Sesekali ia menyeruput teh hangat dalam genggamannya sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Wajah cantiknya semakin terpancar ditambah senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya. Mungkin dia gadis yang cukup gila dimana sudah memasuki musim dingin tapi ia keluar balkon dengan menggenakan kimono mandinya saja yang tentu saja tidak membuat tubuhnya hangat, tapi entah mengapa ia justru tak merasa kedinginan.
Hampir setengah jam Rose menikmati teh hangatnya di balkon. Ia mulai merasa resah. Seperti ada yang memperhatikannya sedari tadi. Perasaannya tak menentu. Kepalanya celingak celinguk seperti mencari seseorang dan benar saja ia melihat seorang pria berjas hitam tengah menatapnya dari sebrang kamar hotel.
Deg….
Kedua netranya seolah terpaku kepada sosok pria misterius yang tengah berdiri memandanginya. Tubuhnya mendadak kaku tak bisa digerakkan. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia merasakan ada hal aneh pada dirinya saat menatap pria tersebut. Entah karena apa air matanya tiba-tiba mengalir begitu saja di pipinya.
Barulah ia bisa menggerakkan tangannya untuk menyeka air matanya. "Ada apa ini? Mengapa aku menangis? Ini terasa…aneh." Ucap Rose. Ia kembali menatap kamar hotel dimana pria tadi menatapnya tapi pria itu sudah tidak ada disana. Rose mengendikkan bahunya dan segera masuk ke dalam kamar.
***
Keesokan harinya barulah kesibukan dimulai. Pagi pagi sekali Rose sudah bangun dan sudah bersiap mulai dari melihat kesiapan para model yang akan memperagakan berbagai macam kostum rancangan toko mereka, gaun gaun hingga makanan pun ditangani oleh Rose.
Benar dugaan Rose kalau ia tak hanya akan sebagai salah satu perancang saja tapi juga pembantu Nyonya Moore. Tubuh mungilnya berlarian kesana kemari mencari yang diperlukan dan dibutuhkan oleh bosnya tsb. Seperti saat ini ia tengah berlarian membawa beberapa kantung berisi sandwich tuna dan Cola. Saking buru burunya Rose tak melihat ada seorang pria yang muncul tiba tiba.
Keduanya bertabrakan.
Rose terjatuh ke lantai cukup keras. Ia mengaduh karena nyeri di area bokongnya. Tapi untungnya kantung sandwich yang ia pegang tidak ikut terlempar. Ia segera memeriksa isi bawaannya dan ia bernafas lega karena si sandwich itu tidak hancur.
"Are you oke Miss?" tanya si pria yang bertabrakan dengannya. "I'm oke. Thanks…" ucap Rose sambil menatap wajah pria yang ditabraknya. Ia terdiam sesaat. Terpaku pada kedua netra indah milik pria tsb.
Si pria itu melambaikan tangannya di depan wajah Rose. Ia pun mengerjapkan matanya. "Anda tidak apa apa Nona ?" tanya si pria itu lagi.
"Iya…Iya saya tidak apa apa. Permisi." Rose buru buru kabur dari sana. Sejenak ia merasa pernah bertemu dengan pria tsb tapi entah dimana ia lupa." Sementara itu si pria tersenyum penuh arti.
***
TBC