Chereads / LOL perceptions / Chapter 9 - Tes Psikologi

Chapter 9 - Tes Psikologi

In one hari, sekolah dari 4 homo sapiens kesukaan kita semua kedatangan sebuah psikiater yang ingin melakukan sebuah penelitian psikologi, yang kemudian dirinya juga memerlukan bantuan kepada pihak sekolah untuk meminta izin mengambil beberapa murid sebagai narasumber.

Psikiater :

"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai tesnya, Coba bayangkan jika anda berada didalam gedung yang sedang terbakar, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?" *sambil menyiapkan buku catatan dan pulpen.

Abdullah :

"Tentu saja saya akan mengumpulkan orang-orang yang ada didalam gedung dan sambil membantu orang-orang yang kesulitan untuk evakuasi seperti orang tua ataupun orang-orang yang kesakitan, karena dengan banyak orang, peluang kita bisa menyelamatkan satu sama lain begitu besar, ahahaha. Setelah itu kami akan segera bersama-sama menuju keluar gedung atau pergi ke tempat aman sesuai dengan keadaan sekitar" *sambil tersenyum lebar.

Psikiater :

"(Oh tipikal orang yang berpikir positif rupanya, kita butuh banyak orang seperti ini di dunia nyata)" *sambil mencatat hal-hal yang diperlukan.

[POSITIVE]

------------------

Psikiater :

"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai tesnya, Coba bayangkan jika anda berada didalam gedung yang sedang terbakar, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?" *sambil menyiapkan buku catatan dan pulpen.

Lucien :

"Ha?, pertanyaan goblok, ya tentu saja cari jalan keluar secepatnyalah".

Psikiater :

"Eh, cuma itu saja?"

Lucien :

"Ya iyalah, memangnya apalagi selain kabur?, tiarap?".

Psikiater :

"Anu..lalu bagaimana dengan hal lainnya?, misalnya orang yang ada disekitarmu atau lain-lainnya begitu, apa kau tak mau memikirkan...".

Lucien :

"Hei pak, bapak ini mau bertanya atau menawar?, kok halu banget sih jadi orang, mentang-mentang lulusan S2, jangan buat orang lain jadi bingung dengan omongan bapak dong!" *sambil melotot.

Psikiater :

"(Anjing!, aura anak ini negatif banget, gue takut kalau anak ini keterima di instansi negara deh, dan gue sendiri masih kuliah semester 6 woi, dasar bocah bangsat sok tahu)" *sambil tersenyum penuh kejengkelan.

[NEGATIVE]

--------------------

Psikiater :

"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai tesnya, Coba bayangkan jika anda berada didalam gedung yang sedang terbakar, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?" *sambil menyiapkan buku catatan dan pulpen.

Budi :

"Tunggu, pertanyaan bapak tidak jelas, bagaimana saya bisa menyelamatkan diri dari kebakaran itu jika bapak tidak memberitahu bagaimana kondisi tempat kebakaran itu?, apa bapak bisa memberikan penjelasan lebih rinci?" *sambil menatap serius.

Psikiater :

"Ah, i...itu tidak terlalu penting, kamu hanya perlu..."

Budi :

"Maaf pak, kalau begitu saya tidak bisa menjawab, karena saya tipikal orang yang berpikir sebelum bertindak, karena kerugian bisa diminimalisir dengan memikirkan keadaan sekitar. Semisal seperti kasus kebakaran bapak, apa saya harus langsung pergi keluar karena tidak ada orang lain atau tidak, apa saya harus loncat keluar jendela karena ini lantai 2 atau tidak, dan lain-lainya".

Psikiater :

"(Sial, ini siapa yang menyuruh siapa ha?, kok aku jadi ragu sendiri begini, walaupun ucapannya benar sih, dasar kampret)" *sambil mengigit kuku karena menahan rasa kesal akan kesalahannya sendiri.

[REALISTIS]

-------------------

Psikiater :

"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai tesnya, Coba bayangkan jika anda berada didalam gedung yang sedang terbakar, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?" *sambil menyiapkan buku catatan dan pulpen.

Izami :

"Apa saya bebas menjawabnya?" *sambil mulai tersenyum jahat karena memiliki rencana jahat.

Psikiater :

"Oh tentu saja, semua jawaban bisa diterima asalkan logis"

Izami :

"Well kalau begitu itu cukup simple sih, karena saya hanya akan berhenti membayangkannya saja, bwahahaha" *sambil tertawa psikopat.

Mendengar jawaban yang absurb tapi logis itu, sang psikiater mulai berfilsafat dengan pikirannya sendiri.

Psikiater :

"(Bukan seperti itu jawabannya, tapi jawabannya logis sih, tapikan itu rasanya juga bukan jawaban yang benar deh. Duuuh, jadi gue harus gimana sekarang ya lord??!!)" *sambil menggaruk-garuk kepala dengan pulpennya karena terlalu stress.

[NGAWUR/GAK JELAS]