Kaito
"Hmm ... eh, apa?", tanyaku terkejut.
"Kau tak lihat poster nya?", tanya kak Ruui sembari memberiku sebuah poster.
Oh, ternyata ayah dari kak Ruui adalah, Kaguya Ushio sang penulis terkenal yang ingin menggali potensi anak anak sekolah itu. Aku tak terlalu terkejut sebab tiga tahun lalu aku juga melihat kak Ruui walau aku belum mengenal nya.
"Wah ... hebat, ternyata pacar kakak orang kaya", ucap Hanabi sembari melihat poster yang diberikan kak Ruui.
"Siapa juga yang mau pacaran sama lolicon kayak kakak mu ...", kata kak Ruui seraya pergi melangkah menjauh dari kami.
"Oi ... siapa juga yang mau pacaran sama Ruui senpai, gak ada imut imut nya", ejek ku membalas nya.
"Oii ... tolol!!, kau ikut lomba juga ya?", Sapa Mina sembari melambaikan tangan nya padaku dari pintu masuk gedung.
Eh, entah kenapa aku terpaku pada senyum manis nya, ditambah rambut pendek berwarna merah yang tertiup angin dari luar pintu. Aku pun sadar dia tak sendiri karena seorang gadis yang nampak setahun lebih tua dari nya berjalan di samping nya.
Rambut merah muda dan model rambut yang sama dengan Mina dan di lengkapi kacamata di wajah nya. Mungkin dia adalah Mina dari dunia lain.
"Oi ... malah ngelamun", kata Mina sembari menepuk pundak ku.
"Hmm ... kenapa kau membawa kembaran mu?", tanya ku dengan wajah cuek.
"Apa kau lupa? Dia Sakura senpai loh ...", jelas Mina.
"Wah kau sudah tumbuh tinggi ... masa lupa sama aku?", kata kak Sakura.
"Hmm ... habis nya rambut senpai dulu panjang kan?", ucap ku sembari menggaruk kepalaku.
Kak Ogata Sakura, aku memang mengenal nya. Karena kami dulu satu SMP. Aku sering melihat kak Sakura bermain dengan Mina saat SMP dulu. Gadis memang selalu berubah seiring berjalan nya waktu.
"Apa kau kembali menulis lagi?", tanya kak Sakura.
"Mana mungkin dia menulis lagi ... dia pasti mengantar adik nya", kata Mina seraya melangkah mendekati Hanabi yang sedang sibuk melihat-lihat novel.
"Cih, dari mana dia tau coba?", gumam ku kesal.
"Kaito ... mau ke lantai dua?", tanya kak Sakura.
"Loh, bukan nya lantai dua itu khusus staf ya?", tanyaku bingung.
"Halah ... kalo sama aku bebas, ayo ... Mina, kami pergi dulu ya?", kata kak Sakura sembari menarik tangan ku.
Kejutan apa lagi yang akan mereka tunjukan padaku?, aku hanya pasrah dan mengikuti langkah kak Sakura menaiki tangga menuju lantai dua gedung ini. Kami seenak nya menerobos pintu yang bertuliskan staff only.
Berbeda dengan lantai satu. Lantai ke dua kedung ini lebih seperti kantor. Banyak ruangan dan staff yang lalu lalang. Aku pun merasa gugup, tapi kak Sakura terus menarik ku menuju suatu ruangan. Sampai kami berdua memasuki sebuah ruangan seperti ruang keluarga yang besar dan mewah. Meja dilengkapi sofa dan televisi besar didepan nya.
"Eh, loh kenapa kau bawa anak itu?", Tanya kak Ruui yang duduk di sofa besar itu dengan tatapan dingin nya.
"Tu-tunggu dulu senpai ... aku butuh pencerahan", ucap ku meminta penjelasan.
"Oh, maaf ... maaf, tiba-tiba menarik mu kesini. Gedung ini adalah milik keluarga ku ... ", jelas kak Sakura.
"Jangan bilang ... keluarga mu adalah pemilik perusahaan penerbit Ogata", ucap ku menebak.
"Tepat sekali ...", kata kak Sakura seraya duduk di samping kak Ruui.
"Tunggu ... kenapa kau membawaku ke sini?", tanya ku bingung.
"Guru sialan itu bilang ... kami berdua harus membuat mu kembali menulis ...", kata kak Ruui tanpa mengalihkan perhatian nya dari televisi.
"Benar sekali ... guru sialan itu memang menyebalkan", kata kak Sakura sembari merangkul kak Ruui.
Mereka berdua tampak sangat akrab. Aku tak menyangka aku mengenal orang orang penting di kota ini. Kaguya Ushio adalah penulis terkenal dan buku buku nya selalu diterbitkan oleh perusahaan penerbit Ogata. Yang tak salah lagi adalah keluarga kak Sakura.
"Eh, tunggu dulu ... apa hubungan kalian dengan pak Kakegawa?", tanyaku sembari menggaruk kepala.
"Hmm ... dia adalah murid ayah Ruui ... dan sekarang guru sialan itu dipilih oleh ayah kami agar kami menjadi penulis terkenal", jelas kak Sakura.
"Loh, pak Kakegawa itu penulis? Aku tak pernah mendengar nama nya ... harus nya jika dia adalah murid pak Ushio, dia pasti terkenal", tanya ku penasaran.
"Apa kau tak pernah membaca novel judul nya 'Red Sun'?", tanya kak Ruui dengan tatapan dingin nya.
"Nama penulis nya kalo gak salah ... Kei Gawa ... sudah ku duga ... Kakegawa Kei jadi Kei Gawa ... harus nya aku sadar dari awal", jawab ku dengan wajah datar.
Saat itu juga seseorang membuka pintu lalu berdiri di samping ku.
"Nah, Kaito akhir nya kau disini", kata pak Kakegawa sembari mengusap kepalaku dengan kasar.
"Oi ... kalau ada urusan cepetan pak ... aku pengen pulang nih", ucap ku dengan wajah datar.
"Gak sopan oi ... baik lah ... mulai besok Kaito, kau harus ke rumah Ruui setiap hari", pinta pak Kakegawa.
"Oii, seenak nya saja ... aku mau bilang apa sama orang tua Ruui senpai?", tanya ku gugup.
"Dia tinggal sendiri loh ... ini kesempatan mu ...", kata pak Kakegawa sembari tersenyum jahat.
"Kesempatan? ... ah yang lebih penting sekarang aku mau pulang dulu lah ... kasian adik ku nunggu di bawah", kata ku seraya keluar dari ruangan itu.