Kaito
"Nama mu Chika kan? ... terima kasih banyak ya kau dan kakak mu sangat membantu", ucap ku seraya sedikit membungkuk kan badan ku.
"Iya ... ini kan tugas ku sebagai staf OSIS kesehatan, dan dia bukan kakak kandung ku hanya sepupu ingat itu", kata Chika sembari menatap kak Shou dengan tatapan sinis.
Masalah antar saudara?, sudah lah, aku juga sering mengalami nya dengan Hanabi.
"Ya sudah kalian hati hati di jalan ya ...", kata kak Shou dengan melambaikan tangan nya dari luar pintu lalu melangkah pergi.
"Akhirnya ... kami pulang dulu ya, sekali lagi terima kasih", ucap ku dengan wajah malas.
Dengan suasana sore hari di musim panas ini aku berjalan berdampingan dengan gadis misterius, lebih tepat nya aneh karena dia rela menahan semua ejekan demi menyembunyikan suara nya sendiri.
=°=°=°=°=°=°=°=°=°
Ai
Lagi lagi, Kaito lagi yang membantu ku. Kami berjalan di tengah keramaian kota di sore hari ini. Entah kenapa hanya wajah cuek nya yang selalu muncul di kepalaku. Dingin tapi sangat nyaman ketika berada didekat nya.
Mungkin aku harus berterima kasih pada nya, aduh aku kok jadi gugup.
Aku pun mengambil smartphone ku dari tas merah muda ku dan mengirim kan pesan pada nya. Saat dia mendengar deringan smartphone di saku seragam nya, dia segera membuka dan membaca pesan ku.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
"Terima kasih", tulis Ai dalam pesan nya.
Huh, ayolah ... kita hanya berjarak lima sentimeter ... sempet sempet nya juga nulis pas jalan kaki.
"Hmm ... terserah lah ..." jawab ku dengan cuek.
Saat kami sampai di persimpangan jalan, aku pun menghentikan langkah ku.
"Rumah mu sudah dekat kan? arah rumah ku lewat sana ... aku tinggal gak masalah kan?", ucap ku sembari menunjuk ke jalan menuju rumah ku.
Lagi lagi dia hanya mengangguk dengan senyum manis yang selalu ia berikan pada ku. Rambut pirang ke emasan nya yang tertiup angin sore itu terasa familiar bagi ku. Kami pun berpisah di persimpangan itu dan berjalan menuju rumah masing masing.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Ai
Yah, padahal aku berharap dia bisa mengantar ku sampai rumah, ah gapapa gini aja cukup.
Entah mengapa aku selalu tersenyum dalam langkah ku menuju rumah. Saat aku sampai di rumah aku segera berlari masuk ke kamar dan menjatuhkan diri ke ranjang. Wajah nya selalu muncul di kepala ku. Hati ku berdetak sangat kencang saat berada di dekat nya. Aku tak ingin menjauh dari nya.
Aku pun segera bangkit dari ranjang dan mencurah kan semua perasaan di dalam hati ku di naskah novel yang sedang aku tulis ini. Semoga perasaan ku sampai pada nya, kumohon sampai lah, tulisan ku. Tolong gantikan lah suara ku dan sampai lah pada hati nya yang dipenuhi salju yang dingin itu.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Hari itu Ai mencurahkan semua isi hati nya ke dalam novel yang ia tulis. Kaito pun hanya menjalani sisa hari nya seperti biasa. Sedangkan Mina berusaha keras belajar untuk ujian besok pagi.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
*Tok tok tok *...
Suara ketukan pintu yang membangunkan ku.
"Kak bangun! Hari ini mendung loh", teriak Hanabi dari luar pintu kamar ku yang tertutup.
"Jangan bercanda kamu ... Ini musim panas loh", ucap ku seraya mengusap mata ku.
Karena aku tak percaya ucapan Hanabi aku pun membuka tirai kamar ku dan membuka jendela. Ternyata memang benar, awan hitam sudah menunggu untuk melepaskan air hujan.
Cih, kejutan apa lagi yang ingin datang pada ku hari ini.
Aku pun segera mandi dan sarapan satu jam lebih awal dari biasa nya.
"Kakak berangkat dulu ya ...", ucap ku seraya melangkah keluar dari rumah.
Saat berada di teras aku menoleh ke arah rumah Mina. Tirai kamar nya masih tertutup rapat, dia pasti kelelahan belajar. Aku pun hanya melanjutkan langkah di pagi yang aneh ini.
Aku pun sampai di sekolah satu jam lebih awal. Sekolah masih sepi. Karena pagi ini mendung aku tak ingin kehujanan jika berangkat seperti biasa.
Dengan santai aku melangkah memasuki gerbang sekolah. Udaranya cukup dingin untuk musim panas. Cuaca seperti ini mungkin tak akan terluang lagi.
Ketika aku berjalan menyusuri lorong menuju kelas ku. Aku teringat perkataan kak Shou.
"Dia sedang di incar oleh gadis gadis kelas 3"
Apa peduli ku, aku tak akan ikut campur urusan nya.
Aku pun membuka pintu kelas yang masih tertutup rapat. Aku terkejut ketika melihat sampah berserakan di atas meja Ai. Karena meja Ai adalah meja ku juga aku pun ikut merasa kesal.
Jangan bercanda lah ... pagi pagi masa udah di suruh bersihin sampah.
Di saat yang sama Ai yang masih memakai tas merah muda nya berlari ke arah meja kami yang kotor dan membersihkan sampah kertas yang berserakan di atas meja.
Aku hanya bisa berdiri di depan kelas dan terpaku melihat nya. Setelah Ai membersih kan semua sampah yang berserakan di meja ia menyemprotkan minyak wangi nya agar tak tercium aroma sampah di meja kami.
"Ai, apa kau sudah biasa seperti ini?", tanya ku sembari melangkah mendekati nya.
Lagi lagi dia hanya mengangguk dan melempar senyum manis nya padaku.
Dia ini, bagaimana ya mengatakan nya ..., dia luar biasa. Aku hanya bisa terdiam ketika melihat senyum nya. Bagai melihat pelangi yang sangat cantik.