Anne menunjukkan coffe maker miliknya pada pria asing yang baru saja ia tarik paksa masuk kedalam coffe shop tanpa berkenalan terlebih dulu, Anne melupakan part paling penting itu karena sudah tak bisa berfikir pasalnya waktu buka coffe shop tinggal sepuluh menit lagi. Dan didepan toko sudah ada lima orang yang siap masuk ke dalam namun masih Anne tahan, ia belum mengganti tulisan yang terpasang di kaca coffe shop miliknya.
"Bagaimana kau bisa kan mengoprasikan coffe maker ini?" tanya Anne panik.
"Coffe maker 100 SS sangat mudah di operasikan, kau tenang saja. Aku ahli dalam meracik kopi menggunakan mesin ini," jawab sang pria asing sambil tersenyum.
"Akhhh lega sekali mendengarnya, ya sudah aku ke depan dulu. Kasian para pelanggan sudah menunggu lama, kau siap-siap ya. Biasanya sepagi ini pelanggan kopi pahit garis keras yang berdatangan," ucap Anne pelan sambil menepuk pundak barista dadakannya.
Anne kemudian berjalan menuju ke pintu depan dan memutar tulisan closed menjadi open ,lalu memuka pintu utama mempersilahkan para pelanggannya masuk dengan tersenyum lebar. Baginya pelanggan adalah raja, oleh karena itu Anne selalu berusaha ramah pada para pelanggannya walau suasana hatinya sedang buruk sekalipun.
Para pecandu kopi itu langsung berbaris didepan sang barista baru yang namanya belum Anne tau, ia masih terlalu senang saat ada yang menggantikan Jack. Anne kemudian datang ke meja kasir saat ada yang memesan cookies, ia dengan senang hati melayani para pelanggannya sambil sesekali melirik ke arah sang barista yang nampak sudah sangat ahli meracik kopi. Bahkan para pelanggan yang sudah menikmati kopi buatan barista barunya itu tak ada yang complain, mereka terlihat menikmati kopi seperti hari-hari biasanya sambil menikmati cookies buatannya.
"Nona Anne, tolong bungkus tiga cookies almond, dua cookies coklat dan satu smoked chiken sandwichnya ya," ucap salah satu pelanggan setia coffe shop Anne pelan.
"Baik tuan, saya siapkan sebentar," jawab Anne ramah, ia lalu membuka kaca etalase bagian dalam dan memasukkan pesanan pelanggannya dengan cepat ke dalam kantung khusus.
"Ini pesanan anda dan kembaliannya tuan," ucap Anne pelan sambil memberikan satu kantung kertas berukuran sedang pada sang pelanggan.
"Ambil saja kembaliannya nona Anne, semua cookies anda rasanya luar biasa," sahut sang pelanggan dengan cepat sambil meraih kantung yang diberikan oleh Anne, saat ia meraih kantung pesanannya dengan sengaja pria itu menyentuh tangan Anne sehingga membuat Anne kaget dan langsung menarik tangannya dengan cepat.
Sang pelanggan itu tanpa rasa bersalah hanya tersenyum melihat sikap Anne, ia kemudian pergi meninggalkan coffe shop dengan cepat menuju mobilnya yang sudah terparkir didepan toko. Pria itu selalu menjadi pembeli rutin yang selalu datang tiap hari, dia juga selalu membungkus cookies untk dibawa pulang.
"Apa banyak pembeli seperti dia?" tanya sang barista baru itu dengan perlahan ditelinga Anne sehingga membuat Anne kaget.
"Aku hanya bertanya, kenapa kau sekaget itu?" tanya barista itu kembali tanpa rasa bersalah.
"K-kalau kau ingin bertanya tak harus sedekat itu," jawab Anne tergagap, wajahnya memerah seketika sambil memegangi tengkuknya.
"Aaron Sean, namaku Aaron. Tadi kita belum berkenalan didepan," ucap Aaron pelan sambil mengulurkan tangannya ke arah Anne.
Glek
Anne menelan salivanya perlahan mendengar perkataan barista barunya yang memperkenalkan dirinya dengan nama Aaron, ia baru menyadari kesalahan fatalnya yang sudah ia lakukan.
"Anne..."jawab Anne pelan sambil mengulurkan tangannya ke arah Aaron.
Aaron menjabat tangan Anne sambil tersenyum, ia senang akhirnya bisa berkenalan langsung dengan gadis yang sudah ia cari selama dua hari ini. Seorang pelanggan yang memesan kopi membuat Aaron terpaksa harus melepaskan tangannya dari Anne, ia lalu melayani permintaan pelanggan itu dengan cepat. Sebagai salah satu penikmat kopi tak sulit bagi Aaron untuk menggunakan coffe maker milik Anne, apalagi di coffe shop tersedia banyak toping dan bahan yang bisa ia mix and match.
Karena merasa bersalah Anne akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur, walau ia tak membuat cookies karena etalase sudah penuh dengan cookies buatannya semalam di apartemen. Ia ke dapur karena ingin menenangkan diri dan menghilangkan rasa malu atas apa yang ia lakukan tadi pagi, bahkan jika Aaron sendiri tak berinisiatif menyebutkan namanya mungkin Anne tak akan menanyakan nama pria itu. Di dapur Anne merutuki kecerobohannya, ia merasa sangat bersalah pada Aaron yang sedang sibuk di depan coffe maker.
Ketika waktu makan siang tiba Anne akhirnya memberanikan dirinya keluar dari dapur, ia membawa dua potong sandwich ukuran besar yang sudah ia hangatkan sebelumnya menggunakan microwife di dapur.
"Makan dulu Aaron, kau pasti lelah," ucap Anne pelan sambil memberikan piring berisi sandwich pada Aaron.
"Milikmu yang mana?" tanya Aaron dengan cepat.
"Kau ambil saja dulu, nanti sisanya milikku," jawab Anne singkat, biasanya saat ia menyiapkan makan siang untuk Jack ia selalu mendapatkan pilihan kedua setelah Jack mengambl pertama kali.
"No no no...ladies first," sahut Aaron singkat sambil mengulurkan piring ke arah Anne.
Anne terdiam melihat apa yang dilakukan Aaron, ia terpaku cukup lama sampai akhirnya Aaron menjentikkan jarinya di depan wajahnya.
"Ayo ambil aku sudah lapar nona Anne," ucap Aaron pelan dengan wajah memelas.
"Akh iya, aku yang kecil saja," jawab Anne tergagap sambil meraih sandwich yang ukurannya lebih kecil di piring.
Aaron tersenyum melihat Anne, tak lama kemudian ia pun menikmati sandwich yang tak dipilih Anne. Aaron terlihat sangat lahap sekali makan sandwich buatan Anne dalam sekejap sandwich ukuran besar itu sudah habis, sementara milik Anne baru terkena dua kali gigitan kecil sehingga sandwich yang ada ditangannya terlihat masih utuh.
"Kau tak makan?" tanya Aaron pelan sambil menjilat tangannya yang terkena saus dari sandwich.
"A-aku masih kenyang sebenarnya," jawab Anne berbohong, melihat Aaron makan dengan lahap membuat selera makannya hilang.
"Kalau begitu bolehkan aku..."
"Boleh apa?" tanya Anne dengan cepat memotong perkataan Aaron dengan gugup.
Sebuah senyum tersungging diwajah Aaron, ia kemudian berjalan pelan mendekati Anne yang sedang duduk di kursi yang lebih rendah dari meja bar. Tanpa Anne duga Aaron menundukkan wajahnya dan langsung menyantap sandwich yang masih dipegang Anne sehingga membuat Anne kaget.
"Itu milikku," ucap Anne pelan.
"Tadi bukankah kau bilang masih kenyang jadi untukku saja, kebetulan aku masih lapar. Satu sandwich tak akan cukup untukku," jawab Aaron tanpa rasa bersalah sambil mengunyah sandwich milik Anne yang sudah ia ambil.
"Kau tak jijik?" tanya Anne tanpa sadar.
"No, lagipula sandwich ini makin enak setelah terkena bibirmu," jawab Aaron singkat.
Blush
Wajah Anne langsung panas mendengar perkataan Aaron yang baru ia kenal itu, perlahan Anne meraih pinggiran meja untuk ia gunakan sebagai pegangan karena ingin bangun. Namun tanpa sengaja ia menyenggol gelas berisi air yang cukup penuh.
"Aaaawwww...."
Bersambung