Chereads / Emross Empire : War And Order / Chapter 43 - 43. Persahabatan Seorang Gamer

Chapter 43 - 43. Persahabatan Seorang Gamer

"Lalu.. Destroyer.. Kelas macam apa itu? Seingatku tidak ada kelas semacam itu." imbuh TukangSantet, mencoba untuk mengontrol diri dari tawa.

"Hmm? Ini adalah kelas baru. Setidaknya begitulah yang tertulis saat aku mendaftarkan karakterku." jawab Shiro sambil memilih apel yang matang.

"Kelas baru? Tidak ada pembaruan sistem sejak 6 bulan yang lalu." kata TukangSantet.

"Benar. Dan waktu itu sistem hanya menambahkan monster tipe Undead dan fitur awakening level saja." sahut PenggaliKubur, mulai berhenti makan.

"Heh? Apa?!" Shiro pun terkejut mendengar pernyataan dari PenggaliKubur.

"Heh?" TukangSantet dan PenggaliKubur menoleh ke arah Shiro dengan raut wajah heran.

"Jangan balik terkejut!" sentak Shiro kesal, melihat mereka berdua juga terkejut melihat dia yang sedang terkejut.

"Hadeh.. Lalu kenapa kau terkejut?! Aku juga terkejut melihatmu terkejut!" seru TukangSantet dan PenggaliKubur secara bersamaan.

Shiro yang merasa kebingungan pun mencoba untuk mengingat-ingat kembali saat dimana dia sedang mendaftarkan karakternya kemarin. "Lalu.. Kenapa kemarin ada 2 kelas baru yang tersedia?"

"Jangan balik tanya! Jika kau sendiri yang memilih saja tidak tahu apalagi kita!" sentak PenggaliKubur jengkel.

"Tunggu dulu. Kapan kau mendaftarkan karaktermu?" sahut TukangSantet.

"Huh? Kemarin, sekitar jam 10 pagi. Kenapa?" jawab Shiro tidak yakin.

"Kamu baru saja mendaftarkan karaktermu saat event besar???" tanya PenggaliKubur keheranan.

"Benar." jawab Shiro singkat.

PenggaliKubur dan TukanSantet menoleh dan saling menatap satu sama lain. Kemudian mereka terkekeh keras karena kesialan yang telah dialami oleh Shiro. Baru saja dia mendaftarkan karakternya di game EEWAO dan harus terjebak di dalam dunia game untuk selamanya.

"Cih! Memangnya kenapa?!!" Melihat mereka berdua yang sedang menertawakannya, Shiro pun mulai terlihat kesal.

"Maaf.. Hahaha.. T-Tapi, aku rasa kau memang lagi sial. Saat kita dan para pemain lain ingin keluar dari dunia ini, kau malah baru masuk ke dunia ini dengan suka rela." kata TukangSantet sambil menahan tawa.

"Sial?? Aku malah merasa beruntung bisa terjebak di dunia ini!" jawab Shiro kesal.

"Huh?! Aku rasa ada yang tidak beres dengan otakmu." sahut PenggaliKubur berhenti tertawa.

"Lalu.. Apa sebenarnya event besar itu? Entah kenapa aku memiliki firasat jika event itulah yang membuat kita terjebak di dunia ini." kata Shiro mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Seketika suasana pun menjadi sangat tenang.

"Kau mungkin benar. Aku sudah bermain game ini sejak tahun lalu dan bertemu dengan banyak sekali pemain dari seluruh penjuru dunia. Dulunya EEWAO memiliki jumlah pemain aktif lebih dari 50 juta orang. Akan tetapi seiring waktu berlalu, karena persaingan yang sangat ketat di dalam game, jumlah mereka pun berkurang dengan sangat drastis. Seingatku... 3 bulan yang lalu, saat raid besar-besaran di makam besar, hanya ada sekitar 500 ribu pemain yang masih aktif mengikuti event tersebut."

"Ahh.. Aku ingat waktu itu. Event yang sangat menyenangkan." sahut PenggaliKubur.

"Lalu apa hubungannya dengan pertanyaanku tadi?" kata Shiro dengan raut wajah malas.

"Sabarlah.. Akan tetapi setelah adanya pengumuman tentang event besar yang memberikan hadiah besar hanya dengan cara login ke game, banyak sekali pemain lama yang tergiur dan mencoba untuk bermain kembali. Akan tetapi nasib buruk menimpa mereka, bukannya mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan, mereka malah terjebak di dalam dunia game dan tidak dapat kembali. Saat ini, ada hampir 3 juta pemain yang sedang terjebak di dunia ini. Dan hanya dalam kurun waktu satu hari sejak event besar berakhir, puluhan ribu pemain mati karena kekacauan yang disebabkan oleh event tersebut."

TukangSantet terus melanjutkan ceritanya secara panjang lebar. Sambil mendengarkan dongeng TukangSantet, Shiro membuka tampilan status untuk mempelajari kembali kegunaan Crystal Essence.

"Dan tidak seperti saat masih di dalam game, karakter mereka yang sudah mati tidak bisa kembali hidup lagi. Oleh karena kejadian tersebut, para player pun beranggapan jika mati di dunia ini berarti benar-benar mati, baik di dunia ini ataupun di dunia nyata." sahut PenggaliKubur.

"Benar. Itulah sebabnya para pemain lain lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam wilayah ibukota yang menurut mereka adalah tempat yang sangat aman." kata TukangSantet lagi.

"Hoi!! Apa kau mendengarkan?!" seru PenggaliKubur dengan nada kesal, melihat Shiro yang terlalu cuek dengan penjelasan mereka.

Tanpa menoleh ke arah mereka dan sambil terus mempelajari Crystal Essence yang ia pegang, Shiro berkata, "Bodoh sekali... Kita adalah seorang gamer! Seorang gamer sejati seharusnya merasa senang jika harus terjebak di dalam dunia game yang mereka sukai."

Mendengar perkataan Shiro tersebut, PenggaliKubur pun menghela nafas dan kemudian berkata, "Bersikaplah sedikit dewasa. Tidak semua gamer adalah seorang yang anti sosial seperti kita. Ada juga dari mereka yang mempunyai keluarga, pacar dan kehidupan yang normal. Jadi wajar saja jika mereka depresi."

"Ah.. Tetap saja, terdengar bodoh bagiku. Mau atau tidak, sudah menjadi kenyataan jika kita memang terjebak di dunia ini, dan satu-satunya cara agar kita bisa bertahan di dunia ini hanyalah menjadi lebih kuat. Jika mereka takut melawan Monster, suruh mereka untuk bermain sebagai aktor yang memainkan peran pahlawan di dalam benteng ibukota. Biar aku sendiri yang akan menghabisi semua Monster yang ada di dunia ini."

Shiro yang memang seorang yang keras kepala tidak mau mengalah dengan pendapatnya, dia kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Mau kemana kau?" kata TukangSantet.

"Kembali ke hutan. Aku adalah orang yang sibuk! Sampaikan rasa terimakasihku kepada kepala desa dan cucunya yang telah merawatku selama aku disini."

"Aku sudah menambahkanmu di friend list. Aku akan menghubungimu jika ada apa-apa!" teriak TukangSantet dengan suara yang cukup keras.

Tanpa menjawab ucapan dari TukangSantet, Shiro pun terus melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan mereka berdua. Tanpa terlebih dahulu berpamitan dengan para warga, Shiro kembali pergi memasuki hutan untuk melanjutkan perburuannya.

"Dia mengingatkanku dengan diriku sendiri saat masih seumuran dengannya. Egois dan penuh dengan ambisi." sahut PenggaliKubur memandangi Shiro pergi menjauh.

Hanya selang beberapa menit setelah kepergian Shiro, Ana dan Turi kembali pulang dan membawakan beberapa jenis buah-buahan. Karena melihat sosok Shiro yang sudah tidak ada lagi di teras depan rumahnya, Ana pun menanyakan keberadaan Shiro kepada TukangSantet dan PenggaliKubur.

"Eh.. Tuan, dimana tuan Shiro?" kata Ana sedikit malu.

"Hmm..? Shiro sudah pergi ke hutan barusan. Dia menitipkan salam kepada kalian. Dia bilang terimakasih karena telah merawatnya." kata TukangSantet.

"Apa?? Kenapa? Padahal kami telah membawakan buah-buahan untuknya.." sahut Turi yang terlihat sangat kecewa.

Mendengar akan hal tersebut, Ana pun bergegas berlari untuk mengejar Shiro.

Setelah sampai di depan gerbang desa, Ana yang terlihat kelelahan pun berhenti berlari dan melihat ke sekitar untuk memastikan keberadaan dari Shiro yang mungkin masih berada disekitar situ. Akan tetapi di sejauh mata memandang, dia sama sekali tidak melihat sosok Shiro.

Raut wajahnya mendadak lesu karena rasa kecewa. Dia merasa menyesal karena belum sempat untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Shiro.

Ana yang berharap bisa kembali bertemu dengan Shiro pun berteriak dengan suara yang sangat lantang, "Tuan Shiro!!! Suatu saat nanti.. Kembalilah lagi kesini!!"

Next Chapter : 44. SweetSugar