Chereads / Sweet Night With My Bos / Chapter 27 - Bagian 24

Chapter 27 - Bagian 24

Dengan masih terkejut ia berlari melerai perkelahian yang sama sekali tidak Pita ketahui awal mulanya.

"Kak virza... Lepas kak!!" Teriak Pita memohon dengan memegang tangan Virza yang mencengkram kerah kemeja Pandu. Namun sama sekali tidak digubris oleh sipemilik tangan.

Sedangkan Pandu sama sekali tidak melawan. Lebih tapatnya ia diam saja.

"Kak---" Lirih Pita memohon pada Virza.

"PERGI!!!" Titah Virza membentak keras Pita. Pita menggeleng dengan mundur perlahan. Bahkan airmata telah mengalir dipipinya tanpa bisa dicegah.

Seketika itu pula rahang Pandu mengeras. Ia tidak terima siapapun membentak miliknya.

'Bugh'.

Pandu memberi bogem mentah tepat dipelipis Virza membuatnya terhuyung kebelakang. Ia menarik kerah kemeja Virza hendak melayangkan pukulan keduanya namun sebuah lengan mulus memeluknya dari belakang. Ia bahkan bisa merasakan pelukan itu bercampur dengan getaran. Getaran ketakutan sangat jelas ia rasakan.

Pandu melepas cekalannya kasar sehingga Virza jatuh terduduk kemudian memegang pelipisnya yang terasa sakit meski hanya sekali pukulan.

Ia membalikan badannya menghadap sipemilik lengan.

Pita. Wanitanya menangis dengan tubuh yang bergetar. Seketika itu pula Pandu menyesali perbuatannya.

Pandu menangkup wajah gadisnya lalu menghapus airmatanya. Ia kembali mengeraskan rahangnya karena melihat Pita menangis. Namun..

Sebuah tarikan tiba-tiba menarik kasar kerah Pandu dari belakang membuat ia kembali terhuyung.

'Bugh, bugh, bugh.'

Tiga pukulan itu sukses membuat Pita menutup mulutnya tidak percaya. Virza memukul Pandu tanpa memberi jeda sedikit pun.

"INI PUKULAN SEORANG KAKAK UNTUK MELINDUNGI ADIKNYA. KAU SANGAT PECUNDANG BUNG." Teriak Virza penuh amarah dengan menunjuk Pandu yang masih menyeka darah disudut bibirnya.

"Kak---" Lirih Pita. Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Pita. Ia amat shock.

"APA?? KAMU TETAP INGIN BERSAMA DIA SETELAH DIA YANG MENY----"

"AKU TETAP AKAN BERSAMA PANDU. TIDAK PEDULI MASALAH YANG MENYEBABKAN KALIAN BERKELAHI...Hikss---" Teriak Pita diikuti tangisnya membuat Virza menghentikan kalimatnya lalu menatap Pita meski ia masih diliputi amarah yang memuncak . "Aku...Hiks... Butuh dia kak!!" Lirih Pita kembali dengan menyeka airmatanya kasar.

Virza menatap lirih Pita. Gadis yang sudah ia anggap sebagai 'adiknya'. Melihat betapa rapuhnya seorang Pita yang tidak memiliki orangtua. Pita membutuhkan Pandu. Dia mencintai Pandu. Harusnya dia menjaga perasaan Pita. Namun sampai kapan dia akan bertahan dengan Pandu jika ia mengetahui yang sebenarnya. Bahwa--

"Aku mohon kak hentikan." Kaliini Pita memegang lengan Virza. Virza merasakan tubuh adiknya bergetar hebat. Ia mempertontonkan perkelahian ini didepan adiknya.

Virza melepas perlahan tangan Pita. Ia menatap sendu adiknya yang masih terisak. Lalu tangannya mengusap airmata Pita.

"Ingat... Jangan menangis lagi 'Tuan Putri'. Kamu cinta Pandu??" Tanya Virza lembut diakhir kalimatnya.

Pita mengangguk. Membuat Virza tersenyum.

Ia masih mengingat panggilan Tuan Putrinya. Virza yang selalu ada untuk Pita sejak ia pindah ke komplek perumahan. Dia bertetangga dengan Virza. Virza yang menjadi pelindungnya saat dirumah maupun disekolah. Virza yang menemani keterpurukan Pita saat ayahnya meninggal. Dan sampai detik ini ia berusaha tetap melindunginya menggantikan posisi almarhum ayahnya.

Namun ia bisa melihat sendiri bagaimana adiknya mencintai Pria brengsek itu. Virza menghembuskan napas perlahan.

Lalu ia mengalihkan pandangan pada Pandu.

"Pandu. Jika sampai kau menyakiti Tuan Putriku lagi... Sungguh tidak akan ada kata maaf untukmu!! Aku akan mengambil dia. Menjauhkanmu darinya." Virza memberi tatapan permusuhan.

Pandu membuang ludahnya kasar yang terasa asin bercampur darah. Menjawab peringatan yang Virza lontarkan.

"Kau bisa percayakan itu padaku. Untuk apa aku kembali kalau bukan untuk membahagiakannya... dan juga aku mencintainya sejak hari itu." Jawab Pandu menjeda kalimat akhirnya dengan menatap Pita.

Pandangan Pita tidak lepas dari Pandu. Menatap lirih wajah Pandu yang lebam.

Virza tersenyum yang dibalas senyum ringisan oleh Pandu.

"Obati dia. Kakak senang bisa membuat wajah dia penuh lebam." Titah Virza pada Pita.

Pita membantu Pandu berdiri. Ia hendak membawanya kedalam mansion untuk diobati. Mengingat jika saat ini mereka didekat kolam.

"ADA APA INI??" Tanya suara berat seorang pria paruh baya membuat Pandu, Pita dan Virza menoleh kesumber suara.

Rudie Dirgantara dengan tatapan datar namun menusuk tengah melihat dua pria muda dihadapannya babak belur dan juga Pita yang menangis tengah membantu putranya berdiri.

Erie dan Vivi yang baru sampai ditempat langsung membulatkan mata terkejut. Dan menghampiri mereka dengan tergesa.

"Astaga nak. Ada apa ini??" Tanya Erie pada Pandu. Ingin rasanya Erie menyentuh lebam itu. Namun diurungkannya karena melihatnya saja ia ngeri

"Tidak, mom. Bukan apa-apa!!" Jawab Pandu tenang.

Tidak apa-apa bagaimana?? Lukanya lebih parah dari Virza. Ini yang dikatakan tidak apa-apa.

Sedangkan Vivi sudah hampir menangis saat melihat pelipis putranya sangat biru akibat sebuah pukulan.

"Hanya sambutan selamat seorang kakak pada adik iparnya." Jawab Virza membuat Erie menatap Virza bingung.

Pandu tersenyum. Sama halnya dengan Virza saat mata mereka bertemu.

"Vi... Bawa Virza kedalam kita obati saja!!" Titah Erie pada ibunya Virza.

"Tidak apa. Luka Pandu lebih parah!! Virza pulang saja tan." Tahan Virza saat ibunya hendak membawanya kedalam.

"Nak. Lukamu sama saja harus segera diobati." Ucap Erie memelas melihat lebam dipelipisnya.

Virza memberi syarat lewat mata pada ibunya.

"Tidak usah Erie... Aku dan anakku pamit pulang saja. Biar aku obati dia dirumah!!"

Erie tidak bisa mencegah. Ia hanya mengangguk. Dan memperhatikan punggung Vivi menghilang memasuki mansionnya menuju pintu depan.

"PAPI... BAWA ANAK KITA KEDALAM!! Kenapa papi hanya menonton si??." Protes Erie geram melihat suaminya hanya menatap datar putranya tanpa ada niatan mendekat bahkan membantu Pandu.

Mendengar kekesalan sang istri Rudie berjalan kearah putranya memapah Pandu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Pandu melihat raut wajah ayahnya. Meski sudah jelas raut wajah ayahnya yang memasuki masa tua sudah terlihat tidak memungkiri jika Rudie masih sangat tampan dengan sedikit kerutan dibeberapa bagian wajahnya.

"Pi... Sorry!!" Lirih Pandu dengan merangkul pinggang ayahnya.

"For what??" Tanya Rudie dengan sama sekali tidak menatap putranya.

Pandu menghela napas pelan. Ia lebih memilih mengakhiri perkataannya.

Sedangkan Erie dan Pita berjalan dibelakang dua pria beda generasi itu hingga sampai diruang tengah. Erie mengusap sayang punggung Pita karena ia masih sedikit terisak dan mungkin shock.

Seorang maid membawakan kotak obat.

"Pi... Kita bawa saja Pandu ke rumah sakit!!" Pinta Erie.

Sedangkan Pita langsung meraih kapas, alkohol, dan obat merah.

"Tidak perlu. Dia akan baik saja!!" Tolak Rudie tegas.

Suaminya ini memang jarang sekali bicara. Ia tegas, membuat Erie menuruti semua perkataan Rudie.

"Pandu baik saja mom... Ahh---" Ucap Pandu dengan ringisan saat Pita memberikan obat merah disudut bibirnya. Membuat Pita ngeri sendiri melihatnya, bahkan tangannya saja masih sedikit bergetar ketakutan dan kini malah ia harus mengobati luka diwajah calon suaminya.

"Nak... Obati dulu lukanya. Momi ingin bicara dengan Papi... Sebentar.!!" Pamit Erie menarik lengan Rudie. Pita mengangguk saja

Ia menatap kepergian 2 sejoli paruh baya itu menghilang masuk ke kamarnya. Kamar yang menjadi saksi bisu perjalanan kisah mereka.

Ia kembali mengobati memar-memar diwajah Pandu. Dengan fokus hingga sebuah tangan menghentikan kegiatannya.

Pandu.

Pita menatap pegangan ditangannya lalu berganti melihat kedua bolamata lelakinya. Tatapannya datar namun berbeda dengan kilat sendu matanya.

"Kamu takut??" Tanya Pandu pelan seperti berbisik.

"Hah?? Pertanyaan apa itu?? Kamu bodoh atau bagaimana??" Jawab Pita kesal mendengar pertanyaan pria bonyok sialan didepannya.

Entah mengapa pertanyaan itu malah membuat ia kembali mengeluarkan airmata. Mau ditahan pun percuma, ia jelas-jelas khawatir dan juga takut. Hatinya sakit melihat perkelahian Pandu dan Virza. Dan kini ia harus melihat pelipis, pipi, dan yang paling parah dibagian sudut bibirnya yang robek. Sakitnya malah semakin bertambah mendengar pertanyaan bodoh Pandu.

Ia melepas tangan Pandu pelan.

Hatinya kembali sakit. Bahkan kini ia sudah kembali terisak. Ia tidak berani untuk memperlihatkan airmatanya dihadapan Pandu dan lebih memilih menunduk.

"Ak...ak--u...takut kam--u....!!" Ucap Pita ditengah isakannya. Ia tidak melanjutkan ucapannya saat Pandu menggiringnya kedalam pelukannya.

"Jangan takut... Ini tidak seberapa dengan kesakitanmu!! Aku rela meski harus terluka lebih parah dari inipun asalkan tidak merubah perasaanmu padaku setelah kamu mengetahui semuanya. Aku mohon apapun yang terjadi jangan tinggalkan aku. Tetaplah di sisiku!!" Lirih Pandu membuat Pita membalas pelukan Pandu dan malah terisak hebat mendengar permintaan Pandu.

Pandu menginginkannya. Tidak peduli apapun Pita akan terus bersamanya.

Lama mereka berpelukan. Hingga Pandu melepas perlahan pelukan itu lalu mengusap sayang pipi mulus Pita dengan menebarkan senyumannya.

"Gara-gara 'kakak ipar kawe' yang sialan itu. Aku harus libur mencium calon istriku. Huh." Aku Pandu dengan terlihat memelas. Yang malah membuat Pita tertawa geli.

Pandu tersihir. Melihat tawa wanitanya. Meski dengan kantung mata yang bengkak akibat menangis  tidak bisa memungkiri jika Pitanya tetap cantik dilihat dari segala ekspresi.

'Aku tidak akan melepasmu... Aku akan menahanmu jika kamu berani melarikan diri.' batin Pandu menatap Pita yang masih tertawa kecil.

Pandu menatap wajah Pita dalam kekagumannya. Ia melihat bulir airmata ditengah tawa kecil wanitanya. Ia tidak suka. Wanitanya terlalu lama menangis.

Sudah cukup.

Pandu mendekatkan wajahnya kearah wajah Pita. Membuat Pita menatap bingung Pandu.

'Cup'

Pandu mencium pipinya lama. Lebih tepatnya mencium airmata Pita yang menuruni pipi mulusnya secara perlahan. Ia diam membisu menerima tempelan bibir Pandu di pipinya.

***

(🌹) Hadeuh ini yang bonyok masih aja nyari kesempatan😂

-TBC AHH-