Matahari pagi menyapa seorang gadis yang masih terlelap dari tidurnya. Membangunkannya dengan sedikit cahaya yang masuk dari celah gorden. Namun alih-alih bangun ia malah semakin menutup mata. Ia berbalik membelakangi cahaya itu dengan bergerak kesal dan masih memejamkan mata sembari memeluk apa saja yang bisa ia peluk agar kembali ke alam mimpi.
Hangat. Satu kata itu membuat ia mempererat pelukannya. Tapi.
'wait'. Pikirnya.
Ia membelalak kan mata saat bukan guling yang ia peluk namun seorang pria yang tidak memakai atasan. Menampilkan dada bidang yang menggiurkan. Rambut acak-acakannya yang malah menambah kadar tampan itu menjadi warbyasah.
Tapi tidak mungkinkan?? Seingatnya semalam ia tidur sendiri. Setelah mengobati luka Pandu-- sejak kapan pria itu masuk ke kamarnya??
Dan pria itu masih tenang dalam tidurnya. Buktinya ia sama sekali tidak terganggu dengan pergerakan Pita diatas tempat tidurnya. Seketika hatinya bahagia menatap wajah tenang calon suami dalam tidurnya. Tuhan tidak adil.. dalam tidur saja pria ini sangat tampan. Ingin rasanya ia memegang bulu-bulu halus digaris rahangnya. Menciumnya disana.
'But, kenapa ia malah memuji dan malah terang-terangan ingin mencium pria yang tidur dikasurnya?? Harusnya----'
-Bugh-
Ia mendorong kencang tubuh Pandu yang tengah terlelap diatas kasurnya menggunakan kedua tangannha. Membuat pria itu menggelinding ke lantai. Terjatuh dari ranjang king size nya.
'Dasar pria mesum.' Rutuk Pita membenarkan tidurnya kembali.
Namun setelah beberapa lama ia mendorong Pandu. sama sekali tidak ada suara tidak ada pergerakan Pandu naik lagi ketempat tidurnya, atau bahkan ringisan sakit pun tidak terdengar. Jangan-jangan pria yang selalu konyol dan tegas secara bersamaan pingsan. Atau lebih parah gegar otak karena dorongannya terlalu kencang hingga membentur lantai--- ia menggeleng lebih memilih mengabaikan dan melanjutkan tidurnya---namun pikirannya kembali kepada pria itu.
Sontak Pita bangun secara perlahan, merangkak kepinggiran ranjang. Belum sempat ia melihat matanya kembali membulat.
'Cup'.
Pria mesum didepannya mencium bibirnya secepat kilat. Lalu berdiri meninggalkan Pita dengan keterkejutannya. Lama ia diam pandangannya menatap tajam penuh penusukan pada Pandu yang berjalan kearah pintu kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Menyebalkan.
Ia bisa melihat jika Pandu hanya mengenakan celana bahannya dan tidak memakai atasan. Dasar.
'Pria itu, benar-benar---.' Umpat Pita dalam hati.
Namun ia kembali kedalam kegelisahan saat perlahan-lahan matanya turun menyusuri tubuhnya. Lalu menghela napas pelan saat Piyamanya masih utuh tidak terbuka sedikitpun.
Matanya sudah sedikit segar karena kekonyolan calon suami sialannya. Tidak mungkin ia melanjutkan tidurnya kan?! terlebih lagi ia harus bekerja. Ya meski calon suaminya adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja namun sebelum pernikahan itu tiba ia tetap akan bekerja.
Ia melangkah memasuki kamar mandi. Melucuti pakaiannya satu persatu hingga sebuah pemandangan aneh dilehernya membuat ia melotot---Tidak bukan hanya dileher sebelah kirinya, namun didada juga ada. Satu--dua, tujuh. Ia meraba kissmark yang sudah membiru itu dengan perlahan diikuti ringisan ngeri.
"Kurang ajar. Harusnya kak Virza membuat mulut si mesum itu benar-benar tidak bisa digunakan. Bukan hanya meninju sudut bibirnya saja. Ini gila!! Dia tidak kesakitan dan malah membuat tanda ini---" Pita terus mengeluarkan umpatan pada Pandu. Bahkan rasa kesalnya tetap meradang sampai ia menyelesaikan mandinya.
Dengan memakai kimono ia melangkah menuju lemari pakaian.
Semalam Pandu mengatakan jika kebutuhannya sudah ada disini.
"Kita lihat apa ada baju disini??--- Uh pria itu benar-benar." Gumamnya menjeda setelah menemukan satu lemari penuh pakaian yang tergantung didalamnya.
Ia mengambil satu dress yang menarik perhatiannya. Dress warna biru dongker polos lalu memakainya. Kemudian ia melangkah menuju cermin. Duduk didepan cermin itu hingga suara ketukan membuatnya menoleh kesumber suara.
Ia melangkah membukakan pintu dan terkejut mendapati 3 maid tengah tersenyum padanya. Pita ikut tersenyum hambar.
"Tuan muda menyuruh kami untuk membantu merias anda nona." Ucap salah satu maid.
"Sebenarnya tidak perlu aku bisa sendiri." Tolaknya.
"Tapi tuan berkata jika---" maid itu menjeda dengan berdehem pelan. "Anda mungkin akan kesulitan menyamarkan---" ucap maid itu pelan yang langsung dipotong oleh Pita gelagapan. Karena ia tahu mau kemana arah maid itu bicara. Yakni kearah kissmarknya.
Pita sendiri tengah menahan kesal dan malu. Namun ia tetap mengijinkan maid itu masuk ke kamarnya dan membantu menyamarkan kissmark itu dengan makeup hingga benar-benar tersamarkan.
Maid itu selesai dengan tugasnya.
"Kami sudah selesai. Anda ditunggu diruang makan nona." Ucap maid itu langsung menunduk dan pergi meninggalkan Pita.
Segera Pita keluar dari kamarnya menuju ruangan yang dimaksud maid tadi. Ia sempat bingung, untungnya seorang maid bersedia menjadi pemandunya menuju ruang makan itu.
Pita sendiri sedang dalam pikirannya sendiri. Memikirkan rumah ini yang kelewat besar malah membuatnya pening. Ia mungkin lebih suka tinggal diapartemen Pandu daripada disini. Bayangkan saja jika tidak ada maid ini, apa Pita akan menemukan ruang makan itu?? Ini berlebihan.
Maid itu berhenti didepan Pita. Pita mengerenyit. Lalu ia memandang ruang makan itu--- oh sudah sampai ternyata. Pandangannya jatuh pada 3 orang yang sudah ia kenal.
Kedua calon mertuanya dan juga--- calon suami brengseknya.
"Nak kemarilah. Kau pasti sudah lapar?! Kemari...." Ajak Erie membuat Pita melangkah cepat menghampiri mereka.
"Makanlah, kau pasti lelahkan?? Kau butuh banyak asupan nak. Mau roti, nasi goreng atau mau dibuatkan yang lain.??" Tanya Erie beruntun memegang piring untuk Pita yang malah membuat Pita tersenyum salah tingkah. Mertuanya terlalu berlebihan. Benarkan?!
"Mom, Pita bisa sendiri." Ucap Pita dengan mengambil piring ditangan Erie.
Erie terkekeh pelan menyadari jika memang ia sedikit berlebihan. Sedikit ya!! Ingatkan ia.
Pita menyendok nasi goreng. Lalu memakannya. Sebenarnya ia terusik dengan sebuah tatapan disamping tempat ia duduk yang jelas tertuju padanya. Siapa lagi kalau bukan Pandu Dirgantara. Ya, lelaki itu menatapnya lekat sedari tadi namun ia lebih mengabaikannya dan hanya fokus pada sarapannya, karena memang perutnya sudah keroncong dangdutan didalam sana.
Sungguh ia masih kesal dengan Pandu. Bagaimana ia bisa memberikan banyak kissmark yang bahkan tidak Pita sadari. Ia meredam kekesalannya hingga sebuah suara terdengar.
"Andin sudah mengabari??" Tanya Erie tertuju pada Pandu. Pita menatap Erie.
"Dia mengatakan 2 minggu lagi mom." Jawab Pandu pelan. Erie mengangguk mengerti.
"Momi sudah sangat merindukannya." Ucap Erie sumringah.
"Me too." Jawab Pandu.
Pita menatap bingung Erie dan Pandu. Andin? Siapa dia? Kerabat? Teman? Atau-- ah entahlah.
"Nak. Tambah makananmu. Piringmu sudah kosong.." Suara Rudie baru terdengar dipagi ini. Membuat Pita tersenyum manis dan menggeleng. Namun.
"Makanlah!!." Titah Pandu menaruh nasi goreng itu dipiring Pita. Ia mencebik sebal. Menatap Pandu penuh permusuhan--- sungguh ia masih kesal dengan Pandu. Namun yang ditatap hanya mengangkat satu alisnya naik dan kembali menyuap roti selai kacangnya. Mengabaikan Pita. Dan Pita hanya bisa mengumpat dalam hati tidak mungkin ia mengeluarkan kekesalannya disini. Didepan kedua orangtua Pandu. Bisa dipecat dia dari status calon menantu. Ia masih sayang dengan gelar itu dan yang pasti ia ingin mendapat gelar menantu sah dikeluarga ini karena alasan utamanya adalah 'Pandu Dirgantara' si brengsek mesum yang ia cintai.
***
Ada yang penasaran sama sosmedku?? aku bakal pake Facebook aja deh buat mamerin anak-anakku😂 komen gemesin juga bakal aku post disana. makannya banyak-banyakin komen, ngasih bintang kecil. Sebenernya udah dapet cash #SNWMB sama #MPLO. Jadi yang penasaran bisa ADD FB aku: CICI RINJANI. gabakal salah orang...
Oke TBC aja