" cium...cium... cium...cium...'' Suara riuh yang berasal dari teriakan beberapa siswa menggema di lapangan sekolah. mereka mengelilingi sepasang manusia yang sedang bersitegang.
" ayo Laura jangan biarkan mereka menunggu"- ucap seorang murid laki-laki yang menjadi pusat perhatian itu kepada gadis mungil di depannya. Murid laki-laki berambut coklat yang bernama Alcander itu tersenyum mengejek ketika gadis munggil yang menjadi lawannya itu menatapnya dengan sengit .
" kau ....bener-bener licik ''- ucap laura berdesis, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang siap akan meledak. senyum mengejek yang tadi terukir diwajah tampan Alcander kini berubah menjadi tawa licik , sambil menggumamkan kata licik Alcander menunduk menatap langsung kemanik mata Laura.
" kau bilang aku licik?? Aku tidak peduli Laura yang terpenting adalah aku menang dan kau kalah. Sesuai perjanjian, yang kalah harus menuruti apapun perintah dari yang menang . apapun Laura "- jelas Alcander menekankan kata apapun.
" kau tidak lupakan?''-lanjut Alcander menyeringai membuat Laura bergidik. Ya Laura selalu bergidik ngeri apa bila seringai atau yang lebih tepat disebut senyum evil itu telah muncul di wajah tampan Alcander itu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi padanya .
"Oh god apa lagi ini "-batin Laura frustasi. Andai saja waktu bisa diputar Laura tidak akan pernah menerima pertandingan itu.
"tentu saja aku ingat , aku bukan pengecut yang cuma bisa berjanji tapi gak ditepati " -jawab Laura lantang, pada hal sebenarnya tubuhnya sudah menggigil ketakutan seperti baru dikeluarkan dari kulkas menanti petaka apa yang akan menimpa dirinya.
" baiklah mari kita mulai "- ujar Alcander alih-alih tersindir dengan sindiran yang baru diucapkan Laura kepadanya, Alcander malah mempersingkat jarak mereka berdua sehingga Laura bisa merasakan hembusan nafas Alcander dipuncak kepalanya, kemudian cander sedikit menunduk dan menyodorkan pipinya ke Laura. Hal itu membuat jantung Laura hampir copot. Padahal dia sudah memperkirakan kejadian ini sebelumnya setelah Alcander mengatakan apa permintaanya usai bertanding kemarin yaitu mencium Alcander di depan semua murid sekolah pada jam istirahat. Meski pertandingan itu dimenangkan Alcander dengan cara curang, Laura tak mampu berbuat apa-apa.
walaupun hanya sebuah ciuman di pipi yang mungkin bagi Alcander itu adalah hal biasa, tapi bagi laura itu merupakan sesuatu yang cetar membahana, mengingat dia tidak pernah mencium seorang lelaki manapun selain papa dan kakak laki-lakinya selama 14 tahun hidupnya.
Suara riuh anak-anak yang mendesaknya agar segera mencium Alcander membuat Laura semakin panik. Laura menarik nafas untuk menenangkan detak jantungnya yang sejak tadi tak karuan. Oh...my god andai saja membunuh itu diperbolehkan mungkin Laura sudah membantai semua makhluk yang sekarang mengelilinginya dengan tatapan menjijikan agar mereka semua tak bersuara lagi.
Dengan memejamkan mata dan menyemangati diri sendiri Laura mencondongkan wajahnya kepipi Alcander berharap dia melakukannya dengan cepat agar bisa lepas dari hal memalukan tersebut, sampai akhirnya dia merasakan sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh bibirnya.
"apakah pipi seseorang selembab ini ?? dan kenapa..oh.. my..god" teriak batin laura ketika merasakan sesuatu yang lembut dan lembab tadi bukan hanya sekedar menempel lagi dibibirnya melainkan dengan perlahan kini sudah mulai bergerak melumat bibirnya. reflek laura membuka matanya dan mencoba mendorong Alcander , tetapi Alcander sudah terlebih dahulu memblock pergerakannya , menekan tengkuknya dan memeluk pinggangnya dengan erat agar Laura tak bisa bergerak. Ya...Alcander memang licik, ketika Laura menutup mata Alcander merubah posisinya didetik-detik terakhir sehingga bukan pipinya yang dicium Laura melainkan bibirnya. Coba kalian bayangkan betapa malunya Laura diperlakukan seperti itu didepan seluruh warga sekolah apalagi berbagai ekspresi kini menatapnya, ada yang ternganga sampai ileran hehehe. Ada yang bersiul-siul kegirangan kaya lagi nonton bola dan ada juga yang memandang jijik seperti yang didepannya adalah seonggok kotoran besar. Dengan sekuat tenaga dan perjuangan panjang Laura akhirnya bisa lolos dari cengkraman Alcander karena semakin Laura bergerak liar maka Alcander akan menciumnya semakin liar juga.
" KAU.. brengsek.." jerit Laura sambil berusaha memukul Alcander tapi ALcander menahan tangan Laura dan menariknya kemudian mencium Laura keras dan kasar sehingga membuat Laura terdiam karena merasakan perih dibibirnya akibat terbentur gigi Alcander.
''ini belum seberapa Laura. ini salah satu moment yang tidak akan pernah kau lupakan" bisik Alcander ditelinga Laura setelah melepas ciumannya.
" seumur hidup mu ..." lanjut Alcander tersenyum evil kemudian meninggalkan Laura yang terdiam karena terlalu shock.
"hosh...hosh...hosh..." Laura tersentak dari tidurnya , nafas terengah engah dan keringat juga membasahi tubuhnya.
"sialan... mimpi itu lagi" gumam Laura. ya Laura baru saja bermimpi, kejadian nyata yang dialaminya 6 tahun silam menjelma menjadi mimpi yang menakutkan dan menghantuinya hingga kini. Kejadian dimana dengan kejamnya Alcander mempermalukan dan membuatnya di skor dari sekolah dan yang paling menyakitkan adalah bahwa itu adalah ciuman pertama Laura yang seharusnya dilakukan dengan orang yang dicintai dengan suasana yang romantic.
Alcander membuat kejadian itu benar-benar tidak bisa dilupakan Laura, sesuai dengan ancamannya mungkin Laura harus mengalami amnesia dulu baru bisa lupa kejadian menyakitkan itu.
" oh...shitt! "umpat Laura sambil melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi setelah matanya bertemu jam dinding yang menunjukkan angka 07.30 pagi dalam waktu beberapa menit Laura sudah selesai mandi dan berkemas-kemas .
'' dubraaakkk... "
" aduh.. duh..pantat ku ... kaki ku ..." jerit Laura ketika dirinya dengan sukses mendarat dilantai karena ia menuruni dua anak tangga sekaligus dengan terburu-buru. Makanya neng kalau terburu -buru kagak usah turun tangga loncat aja dari atas kebawah kan lebih cepat ( cepat matinya maksudnya hehehehe...)
"buahahahahaha Makanya kalau jalan itu hati-hati jatuh kan jadinya" ledek Marcel. Marcel adalah kakak lelaki laura satu-satunya. dia tuh orangnya jahil buanggetss. Laura suka banget berantem dengan kakak semata wayangnya itu dengan slogan tiada hari tanpa berantem.
" mas sialan..bukannya nolongin malah ngeledekin aku" laura memonyongkan bibirnya yang sexy ciiee...
" ia dehh ia .. sini mas tolongin "- Marcel mengulurkan tangannya yang langsung ditepis oleh Laura
" gak usah aku bisa bangun sendiri "- Laura
"ya udah,,, kalau nggak mau ditolongin . dasar tukang ngambek "-Marcel
" bodoh amat "cibir Laura yang masih kesakitan . laura pun bangkit dari duduknya sambil menelus-elus pantatnya kemudian menghampiri sang ayah yang telah menunggu diruang makan. Laura hanya tinggal ber-3 dengan ayah dan kakaknya Marcel karena orang tuanya sudah bercerai sejak Laura masih duduk dibangku SMP. Walaupun tanpa seorang ibu Laura dan Marcel tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Sang ayah selalu berusaha memperhatikan mereka berdua, meskipun mereka sering ditinggal pergi oleh sang ayah karena dinas luar kota.
" papa... Laura pergi dulu ya " sembari mencium pipi dan tangan papanya
" hm.. hati-hati ya, jangan bawa motor kencang-kencang " nasihat papa yang kini mencium kening sang anak
" ok..ok... papa tenang aja " jawab Laura sambil berjalan ke garasi
" eh tunggu dulu.." panggil Marcel mencegat Laura
'' kenapa lagi sih mas? aku udah telat nih" protes Laura
"masa papa doank yang kamu salam mas juga dong, sini โฆ."dengan sedikit terpaksa Laura menyeret kakinya menghampiri sang kakak.
" nih... " Marcel menyodorkan tangannya tepat diwajah Laura huhuhuh si Marcel masih sempat-sempatnya bercanda udah tau adiknya lagi buru-buru .mau tak mau Laura harus mencium tangan kakaknya yang gede itu
"hm.... hati-hati ya my little baby" ujar Marcel mengacak acak poni titpis adik kesayangannya itu jelas saja Laura marah.
" ih mas apa-apaan sih aku kan bukan anak kecil lagi" gerutu Laura tapi tak urung dia tersenyum juga sambil menuju motor bebeknya menjemput Alena sahabat karibnya.
*****
Sementara Alena tak kalah kacaunya dengan Laura. Alena juga terlambat bangun ini karena mereka nonton dvd sampai subuh pada hal besok paginya mereka harus bekerja. Alena berkemas dengan tempo yang sesingkat-singkatnya bahkan bercermin pun hanya sekejap.
"ya ampun ra untung cepat datang soalnya kita udah telat banget nih.."cerocos Alena kebakaran jenggot . ya iyalah cepat wong jarak rumah Laura dan Alena hanya 2 block
"iee...udah buruan dah naik " โLaura
"huft... ternyata kita gak telat-telat amat ya.."ujar Laura setelah sampai didepan kantor tempat mereka ber-2 bekerja.
"ya iyalah kau bawa motor kaya orang kesurupan laju banget melebihi Valentino Rossi" jawab Alena yang sempat panik akibat aksi gila-gilaannya Laura membawa motor. Untung aja tuh motor masih utuh.
''hehehehehehehe " Laura hanya nyengir. Sableng Alena lagi ketakutan eh dia sempat-sempatnya nyengir sama kuda.
"ya udah turun gih gue mau parkirin motor dulu "- Laura langsung melesat keparkiran setelah Alena turun . Alena hanya geleng-geleng kepala melihat aksi sahabatnya itu
Drrttt...dddrrtt... ponsel yang berada disaku Alena bergetar. Alena meringis setelah membaca nama yang tertera dilayar ponselnya dengan terpaksa dan sangat terpaksa malah Alena menjawab panggilan dari atasannya itu.
"ALENA....KAMU DIMANA??? "teriak seseorang dari seberang sana yang membuat Alena menjauhkan layar ponsel dari telinganya .
" oh.. my god..bisa gak sih dia beramah tamah dulu baru teriak-teriak nggak jelas gitu ke aku '' batin Alena
" maaf pak ini saya lagi dibasment" jawab Alena takut-takut.
" lama sekali kamu , pokoknya saya tidak mau tau dalam waktu 5 menit kamu sudah ada diruangan saya" teriaknya lagi sambil memutus sambungan telepon.
" oh... my god demi emakku yang paling cantik sedunia. Mana bisa aku sampai dalam waktu sebegitu singkat diruangan si Alvin resek bin kampret itu. Emangnya dia pikir ini gedung Cuma terdiri 5 lantai apa! Ini tuh gedung 56 lantai ... 56 lantai.kalau naik lift aja udah makan waktu 5 menit itu pun kalau tuh lift lagi sepi, nah kalau lagi rame bagaimana ceritanya ahh... doraemon... tolong pinjamkan aku baling-baling bambu " gerutu Alena panjang lebar sambil berlari-lari kecil memasuki gedung kantor dengan mata jelalatan mencari jalan pintas agar dapat sampai keruangan Alvin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya ( tarik nafas dulu ). Bingo Alena segera menambah kecepatan kakinya ketika melihat sebuah lift yang masih terbuka dan sebentar lagi akan tertutup dan happ... akhirnya masuk kandang juga hehehe
"aduh....duh...."Alena mengelus-elus dadanya baru saja dia hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.
"hampir aja.. "gumamnya seraya menegakkan badannya " aneh kok lift nya sepi banget ya? " ujar Alena karena tak mendapati seorang pun disana, kecuali
" oh...my god..."-teriak Alena tertahan ketika dia membekap mulutnya sendiri karena terlalu kaget melihat makhluk tuhan yang paling sexy sejagad raya berdiri didepannya .pantesan aja liftnya sepi wong Alena masuk lift khusus pejabat tinggi perusahaan.
Nah kalau lift karyawankan biasanya selalu desak-desakkan berasa naik angkot dah. Dan makhluk sexy yang ada didepannya ini adalah sang direktur perusahaan. sekali lagi direktur perusahaan. Tamatlah riwayatmu Alena
Dengan langkah kecil dan sebisa mungkin tak menimbulkan suara Alena beringsut kepojok lift berdoa dalam hati agar sang direktur tersebut tidak melihatnya dan menganggap yang masuk lift tadi dengan gaya nggak etis alias hampir tersungkur sebagai seekor lalat yang salah masuk ruangan.
Ting pintu lift terbuka dilantai paling atas gedung dengan gaya elegan sang direktur muda tersebut memasukkan ponsel yang sedari tadi dimainkannya ke saku jasnya kemudian melangkah keluar lift. Tapi baru dua langkah maju, dia memutar badannya dan berhadapan langsung dengan alena. Alena yang hampir bernafas lega karena sang direktur akan lenyap dari lift ini menggigil karena mendapat tatapan tajam dari sang atasan. Alena menggigil bukan karena ketakutan tetapi lebih kepada tak sanggup menahan pesona sang direktur yang begitu menyilaukan mata. mata coklatnya yang tajam, hidung mancungnya yang indah, tulang rahangnya yang kokoh dan bibir tipisnya yang sangat menggiurkan. Alena menelan ludah ketika pandangan matanya jatuh pada bibir pria tersebut.
" oh.. my god.. andai saja dia bukan atasan ku . aku pasti udah loncat dari tadi kepangkuaannya " batin Alena
Tunngu kenapa Alena jadi mesum begini? Apa karena film romantis yang di tontonnya semalam sehingga dia terbawa suasana?.
" saya tidak suka melihat karyawan yang tidak disiplin dan berpenampilan urak-urakan"ucap sang direktur dengan suara berat dan tatapan tajamnya yang sedari tadi tak hilang.
"oh my god suaranya merdu sekali " batin Alena sambil memasang wajah bodoh .oh,,, pliss deh Alena kamu itu lagi dimarahi bukan nya disanjung. tak beberapa lama ekspresi bodoh Alena berubah menjadi ekspresi bingung ketika menyadari perkataan atasannya itu menyebutnya tidak disiplin ok itu karena dia terlambat tapi kalau dikatakan urak-urakan Alena pikir dia sudah rapi. seakan mengetahui isi di kepala Alena sang direktur maju beberapa langkah mendekati Alena. merasa terintimidasi Alena berusaha mundur tapi sudah tidak ada celah umtuk menghindar karena sudah mentok. dengan jantung berdetak liar dan antisipasi Alena menyaksikan dengan mata telanjang ketika sang direktur dengan santainya memasang dua kancing kemeja alena yang sedari tadi memperlihatkan bra putih berenda dan sedikit kulit bagian perutnya wah... Alena sexy sekali....
" kamu taukan peraturan perusahaan ini. disiplin dan kerapian adalah hal paling utama disini "ucap sang direktur yang bernama Rex dengan dingin kemudian melangkah keluar lift . Jantung Alena sudah berhenti berdetak dan untungnya belum tewas, tubuhnya lemas seketika karena menahan malu " oh...my god ini benar-benar memalukan. doraemon tolong pinjamkan aku pintu kemana saja, supaya aku bisa lenyap dari tempat ini" batin Alena yang sudah merosot kelantai lift. Andai saja ini bukan dikantor mungkin Alena sudah meraung-raung sambil guling-guling dilantai meratapi nasibnya yang memalukan.
Alena berjalan lunglai keruangan divisinya setelah memastikan tidak ada 1 kancing pun yang terbuka siapa tahu si Alvin mau berpartisipasi juga mengancingkan baju atau rok Alena.
" ALENA " teriak Alvin selaku atasan Alena dari ruangannya yang tak jauh dari tempat duduk Alena
" oh...my god..." desah Alena yang lupa dengan perintah Alvin tadi. mendengar namanya diteriakin kaya neriakin maling Alena buru-buru lari keruangan si Alvin resek bin kampret itu.
" ya pak.." jawab Alena
" laporan yang saya suruh kerjakan semalam apa sudah siap?"- Alvin
"udah pak berkasnya kan sudah saya letakkan di meja bapak"- Alena
" oh.. ya saya lupa" -ujarnya sambil mengambil map coklat di seberang meja kemudian memeriksanya. sementara pak Alvin meneliti laporan ditangannya maka Alena meneliti pak Alvin
" hm.. kalau diliat liat pak Alvin ini ganteng juga ya alisnya tebal, hidungnya mancung bibirnya nggak terlalu tipis tapi nggak tebal terus kulitnya coklat bersih..hmm... pantesan aja Laura kagum ."batin Alena
" hm.. Alena... saya minta kamu nanti cek proyek baru kita yang minggu lalu ke lapangan. setelah itu kamu buat laporan ke saya sampai dimana pekerjaannya kemudian kalau ada yang kurang atau tidak sesuai prosedur kamu laporkan segera ke divisi pelaksana supaya mereka cek terus minta tanda tangan dari mereka baru laporannya kamu kasih ke saya .soalnya pak Rex minta laporan perkembangan proyek itu secepatnya"jelas Alvin panjang lebar
Mendengar nama Rex jantung alena kembali berdetak tak karuan karena teringat kejadiaan memalukan di lift.
" alena kamu dengar saya tidak??"tanya Alvin karena tak mendapat respon dari Alena
" iiyaa...iyaa.. pak saya dengar"jawab Alena tergagap pada hal dia gak tau kata-kata apa saja yang sudah dikeluarkan bibir sexynya si Alvin itu
" ya sudah tunggu apa lagi cepat laksanakan "- Alvin
" ia pak saya permisi dulu "-Alena sambil melangkah keluar
" Alena " panggil Alvin lagi membuat Alena mengeram. padahal dia baru berjalan 2 langkah.
" apa lagi sih Alvin? cerewet banget sih aku plester juga tuh mulut " ingin sekali Alena meneriakkan kata itu tapi berhubung masih mempunyai etika terhadap atasan dan masih butuh pekerjaan jadi yang keluar dari bibirnya adalah
" iya pak.." dengan suara yang terpaksa dilemah lembutkan
" saya mau besok pagi laporannya sudah ada di meja saya "- Alvin
" baik pak saya permisi dulu''jawab Alena keluar dari ruangan Alvin dan berusaha sekuat mungkin agar tidak membanting pintu ruangan. Ssambil menghentak-hentakkan kaki plus mulut komat-kamit Alena berjalan menuju meja kerjanya
" diomelin lagi ya " tanya Meli rekan kerja Alena
"mending diomelin nih dikasih tugas segambreng" Alena
" yang sabar ya neng gak usah dipikirin tingkahnya pikirin aja muka gantengnya" hibur Meli sambil nyengir. memperlihatkan giginya yang dipagari. walah bukan rumah aja yang dipagarin ampe gigipun dipagarin mang takut tuh gigi dimaling.
"untung dia punya wajah ganteng kalau gak gimana?. udah jelek nyebelin bin kampret lagi sial kuadrat deh dia "-Alena. tiba-tiba seorang cewek berambut bob yang bernama Rita nyelonong masuk ruangan
" hei jeng Meli...jeng Alena pada kagak ikutan apa?" tanya Rita dengan gaya centilnya
"memang ada apaan?" tanya Alena bingung karena dia juga mendengar suara riuh diluar ruangan terutama suara karyawan cewek.
" itu loh bos yang paling topcer gantengnya itu katanya mau berkunjung ke divisi kita"-terang Rita sambil mengoyang-goyangkan kepalanya udah mirip Tina Toon waktu kecil aja. untung aja tu si Rita goyangin kepala., lah kalau goyangin pinggul kan bakalan disangka dangdutan.
"APA" teriak Alena sekencang-kencangnya membuat Rita dan Meli terlonjak kaget. untung aja nggak sampai tersungkur.
"Loe apa-apaan sih buat kaget aja deh, untung aja kita nggak ada yang punya penyakit jantung. kalau sempat ada udah keburu mati kita" gerutu Rita
"kita...loe aja kali rit" jawab Meli
"Emang kenapa sih Alena? Tiba-tiba teriak gitu " tanya Meli
"nggak tadi gue kaget aja dengar pak Rex mau datang kesini. kan jarang-jarang" -dalih Alena tergagap.
"OOOO... kirain apaan" jawab Rita maklum
"eh...kayaknya pak Rex udah datang deh. ayo...yuk...kita beri salam "-Rita
mendengar itu Alena langsung bangkit dari duduknya. kemudian tanpa berpikir panjang demi menghindari Rex ,Alena lari keruangan Alvin dan mengunci pintu.
"ALENA" teriak Alvin ketika alena masih terpaku di depan pintu yang membuatnya terlonjak kaget.
"aduh....duh...pak Alvin bikin kaget aja"ujar Alena sambil mengelus-elus dadanya
"NGAPAIN KAMU? DAN KENAPA KAMU MASIH DI SINI?"bentak Alvin sambil bertolak pinggang
"eh..iya pak ni saya mau berangkat"jawab Alena bingung sambil keluar ruangan, kenapa dia malah lari kesini sih?
"KENAPA LAGI"tanya Alvin ketika melihat Alena masuk keruangan kembali. karena pada saat Alena keluar dari ruangan Alvin, Rex telah masuk keruang divisinya.
"maaf pak..itu..hmmm..anu"jawab Alena kebinggungan disaat yang bersamaan pintu ruangan terbuka. kemudian masuklah seseorang yang dihindari oleh Alena yaitu Rex. dengan langkah seribu Alena memanfaatkan situasi ini untuk melarikan diri.