Chereads / My Husband, My Cousin / Chapter 1 - Chapter One (Sepupu)

My Husband, My Cousin

🇮🇩Tia_8ramadhan_1426
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 17.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter One (Sepupu)

"Cie...Bang Azland... " goda seorang wanita berhijab instan serut navy jahil saat melewati kamar kakak sepupunya sambil mengangkat galon penuh air.

"Gaje." gumam Azland yang nampak tampan dengan setelan kemeja putih dan celana hitamnya.

"Wuoho! Cieeee... Yang mau menghalalkan calon istri ehm." wanita yang membawa galon tadi menyenderkan diri dekat kusen pintu, menatap kakak sepupunya dari atas ke bawah sambil berdecak.

"Apaan sih? Hm... Gue tau gue ganteng. Udah,  yang jomblo tunggu waktu yang tepat aja nyusul."

"Hahahahah... Sebentar lagi yang mau nikahmah beda. Sadis sama yang solo." cibir wanita itu lagi dengan senyum lebar tak luput diukirnya. "Eh, rencana punya momongan berapa? Sebelas?" tanyanya lagi.

Azland terbatuk mendengar celotehan sang adik sepupunya yang tiada henti menggodanya itu. Seakan belum puas membuat sang Abang naik darah medengarnya, sang adik masih asik berceloteh membuat Azland, pria berkulit putih itu meraih benda pipih hitam di nakasnya dan mulai menyibukan diri dengan berpura-pura bermain game.

"Oy! Ditanya juga. Idih... Yang bentar lagi jadi suami orangmah lupa saudara, cuih. Diam-diam menghanyutkan ini."

"Heh, bisa diem nggak sih lo."

"Ck. Yang mau kawin mah beda auranya,  sensian mulu. Eh,  gue bilangin sama lo ya, Bang. Kalau nggak ada gue, nggak bakal itu ada calon istri lo." wanita itu mendelik kesal.

"Iya, makcomblang. Puas?"

"Heh, makcomblang palaklo, Abang! Enak aja gue makcomblang. Mau taruh di mana ini muka gue?!"

"Ya udah. Diem. Berisik tau, itu mulut gue sumpel pake hp ini baru tahu rasa lo." dumel Azland jengkel.

"Sini!"

"Eh?"

Azland menatap datar sang adik sepupu. "Balikin hp gue. Se. Ka. Rang!." tekannya saat Hpnya direnggut paksa.

"Nggak!"

"Cepet. Woy, gue gugup nanti. Ya Allah, ini anak kok gini amat sih."

"Terserah. Eh, mobil jemputan udah datang tuh,  cepet kek keluar. Gue disuruh Paman manggil lo tau nggak."

"Ini juga mau keluar." gumam pria itu langsung meraih parfumnya dan menyemprot apa yang bisa disemprot.

"Asem lo, Abang!!! Mabok gue! Iiih, sini lo, Bang! Beraninya lo nyemprot muka gue yang udah bagus gini!"

"Jeya! Stop lo!" Azland memekik saat, Jeya—wanita itu sudah mengambil ancang-ancang untuk menghajarnya.

"Azland! Cepet keluar! Mobil jemputanmu sudah datang tuh!" pekik seorang wanita peruh baya dari luar rumah.

"I-iya, Ma." sahut Azland gugup.

"Awas lo, Bang. Gue bakal cincang lo." ancam Jeya sengit, tapi kemudian. "Yuk,  jangan lama-lama lo adoh. Udah gemeteran aja ini, belom ijab juga." ejek Jeya sambil memeluk lengan Azland bahagia dan menuntunya keluar kamar.

"Eh, lo nggak ikut?"

"Maksud, Abang nggak ikut?" tanya Jeya balik.

Azland mengangguk. Melihat tampang adik sepupunya ini nggak ada rapi-rapinya. Masih mengenakan training, dan baju kaos polos.

"Gue banyak kerjaan kali. Entar nyusul, kalau sempat."

Azland sontak menghentikan langkahnya dan menatap lamat-lamat adik sepupunya ini. "Lo anggap gue apa?"

Jeya menyipitkan matanya dan berkata acuh. "Abang gue yang pualiiiig guanlek."

"Serius, Jeyut. Kalau lo anggap gue Abang. Hargai gue. Dengan datang di acara pernikahan gue."

"Ogah. Eh,  mau dah. Makan gratis tis tis."

"Terserah lo aja deh. Yang penting. Lo. Datang. Awas. Kalau. Nggak. Datang."

"Iya, Abang. Lagian demi makan gratis, gue akan lakukan apapun. Hahahah." Jeya tertawa mengerikan, lalu tagapannya serius, sangat serius malah.

"Cepet jalan lagi. Lo ajak gue ngomong nggak sampai-sampai ke mobilnya." gerutu Jeya sembari menarik lengan Azland bersemangat.

"Makan gratis!!!Tunggu awak!!! " teriak Jeya membuat Azland terkekeh pelan.

Melihat wajah girang adik sepupunya membuat Azland menghangat, namun perasaannya mendadak tidak enak kala mengingat dia akan segera berangkat ke rumah calon mempelai wanita.

******