Story of Beauty
Jatuh cintaΒ
Jatuh cinta
Bias cinta pancarkan kehangatan
Aromanya mendamaikan jiwa
Menenangkan raga
Menjejak rasa bahagia
Keindahannya buraikan nestapa
Memberi asa
Menghanyutkan lara
Menghilangkan duka
Cinta...
Kehadirannya mengungkapkan kesadaran
Menjernihkan retisalya
Menaburkan benih sayang
Memelihara harsa
Cinta...
Dawainya petikan nada rindu
Untaian katanya mengetarkan dada
Melayangkan angan
Mendatangkan suka cita
Seindah itukah cinta?
Mrsunbelievable, Bandung.
Pov. Author
Malam semakin larut tetapi, Sam masih belum selesai dengan kegiatan ranjangnya. Dia masih belum merasakan kepuasan, ia masih terus mencumbu tubuh Cantik yang sudah dalam keadaan lunglai akibat kelelahan setelah mengikuti alur permainan gila pria di atas tubuhnya.
Tubuh perempuan di bawahnya terasa begitu nikmat hingga membuat Sam kecanduan. Ini pertama kalinya ia mengalami hal seperti ini. Rasa nikmat tubuh Cantik memang memuaskan tetapi, juga bagaikan candu hingga membuatnya sulit untuk berhenti. Sampai pada akhirnya ia mencapai klimaks untuk kesekian kalinya lalu ambruk menimpa tubuh Cantik.
Sam menggeserkan tubuhnya ke samping lalu memeluk tubuh Cantik dengan intonasi nafas yang sudah tak beraturan. "Sudah cukup untuk malam ini, nanti lain kali kita lanjutkan lagi," bisiknya ke telinga perempuan yang berada dalam dekapannya lalu mencium bibirnya sekilas sebelum ia memejamkan mata dan terlelap.
***
Mentari keluar dari peraduan, cahayanya mengintip dari celah jendela yang terbuka. Sam yang merasakan silau lantas mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia bangun lebih awal lalu di lihatnya tubuh perempuan yang masih terlelap di sampingnya. Ia menyampingkan badannya menghadap ke arah Cantik, wajah tidur perempuan itu terlihat damai. Seulas senyum terkembang di wajah tampannya lalu tangannya yang tak tahan ingin kembali menyentuh Cantik lantas kembali membelai wajah perempuan cantik di sampingnya. "Kamu kekasihku. Hanya aku yang boleh memilikimu," ucapnya lalu ia mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir kemerahan itu dengan penuh cinta.
"Emh," lenguh Cantik seraya merentangkan tubuhnya. Tubuhnya seketika menegang kala menyadari ciuman lembut di bibirnya. Kemudian, secara alami, ia menahan tubuh Sam hingga mulut pria itu tak lagi mengulum bibirnya. "Maaf, Tuan. Saya masih lelah dan ini juga sudah pagi, saya harus segera pulang," ucap Cantik seraya meraba jam braille di pergelangan tangannya.
"Hmmm, ini masih sangat pagi sayang," bisiknya manja seraya menempelkan hidung di pipi Cantik seraya menghela nafas lembut hingga perempuan itu merasakan hangat di pipi sebelah kanannya.
"Maaf, Tuan. Tapi, saya harus pergi," katanya seraya berusaha bangun. Cantik merasakan seluruh tubuhnya remuk. "Aduh." Ia mengaduh saat menurunkan kakinya dari ranjang. Sebelah tangannya memegangi perut bagian bawahnya yang terasa sakit sekaligus ngilu dengan raut wajah meringis.
Sam mengerutkan kening saat melihat gelagat aneh Cantik. "Kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya cemas.
"Eng...enggak kok, Tuan. Saya baik-baik aja," jawabnya seraya memalsukan senyuman. Karena memang sesungguhnya ia tengah merasakan sakit, perih bahkan ngilu di antara pahanya. Lalu ia mencoba untuk berdiri meski kedua kakinya gemetar. Rasanya sakit dan perih saat ia mulai berdiri. "Aaawwww." Brugh... Ia terjatuh saat mencoba melangkah.
"Cantik," serunya khawatir kala melihat tubuh Cantik ambruk. Ia yang sedari tadi duduk sembari memperhatikan perempuan itu lantas melompat dari atas ranjang untuk membantunya berdiri.
Sam memegangi tubuh Cantik seraya membantu perempuan itu berdiri. Namun, malang, akibat lemas yang ia derita, tubuh perempuan itu merosot tetapi, masih dapat tertahan oleh Sam. "Kamu mau ke kamar mandi?" tanyanya.
Cantik mengangguk pelan menjawab pertanyaan Sam.Β
Kemudian, tanpa aba-aba Sam langsung menggendong Cantik ala bridal untuk membawanya ke kamar mandi.
"Eh, Tuan!" seru Cantik terkejut sekaligus panik. "Tu..turunkan saya, saya bisa jalan sendiri," tuturnya.
"Jalan sendiri gimana? Tadi aja kamu jatuh pas mau melangkah," sahut Sam.
"Tapi, Tuan___"
"Udah, sssshhhh, jangan berisik," ujarnya. Lalu Sam membawa tubuh Cantik memasuki kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Sam menurunkan Cantik dengan perlahan dan hati-hati. Sebenarnya ia tahu bagian tubuh mana yang perempuan itu di rasa sakit dan tentu saja di area sensitifnya. Ia pun juga merasa bersalah untuk ini, ia menyesal sudah berbuat kelewatan.
Ia mendudukan Cantik di sisi bathup sedangkan ia mengisi air hangat untuk mandi perempuan yang sudah berhasil menarik perhatiannya itu.Β
Cantik duduk sembari memegangi selimut tebal yang ia lilitkan ke tubuhnya sedangkan Sam berjongkok di hadapannya dengan hanya memakai celana pendek alias bertelanjang dada. "Kamu jangan pulang yah, tinggalah bersamaku, menikahlah denganku," ucap Sam yang membuat Cantik terpegan.
"Me...menikah?" tanyanya seraya menautkan kedua alisnya. "Apa Tuan sedang melamarku?
"Mm." Ia menganggukan kepala. "Jangan memangiku dengan sebutan Tuan, panggil saja aku Sam. Em...kamu mau kan, menikah denganku?" tanyanya.
"Menikah?" Cantik merasa tak percaya dengan apa yang baru didengarnya.Β
"Iya, kenapa? Apa kamu tidak mau? Apa kamu merasa, aku tak pantas untukmu?"
Cantik memijat kening. "Bukan itu maksudku."
"Lalu, apa?"
"Kamu tau kekuranganku kan!" ucapnya.
Sam mengerutkan kening. "Kekuranganmu?" bingungnya. Karena sungguh Sam tak melihat kekurangan apa pun pada diri Cantik. Perempuan itu sempurna di matanya.
"Aku buta, apa tidak masalah jika Tuan besar sepertimu menikahi wanita sepertiku?" tanyanya seraya menundukan kepala.
"Memangnya kenapa? Apa aku melanggar hukum? Apa ada larangan yang mengatakan tidak boleh menikahi gadis buta?" herannya.
Cantik memijat keningnya. "Bukan itu maksudku," ucapnya seraya menghela nafas lelah. "Apa keluargamu akan setuju kamu menikahi gadis sepertiku?"
"Memangnya wanita seperti apa kamu?" tanyanya seraya mengangkat sedikit tubuhnya hingga wajah mereka cukup dekat. Kemudian ia mencium bibir Cantik dengan lembut.
Perempuan itu mendorong tubuh Sam sehinggah bibir mereka terlepas. "Stop, Sam. Tolong hentikan, pertanyaanku tadi serius," ujarnya.
Sam menghela nafas lelah. "Ibuku pasti akan merestui kita, kamu tenang aja," tuturnya.
"Tapi, Sam___"
"Sudahlah, bathup-nya udah penuh, kamu mau mandi kan?"
Cantik menganggukan kepala pasrah. Ia menyerah berbicara dengan Sam. Pria itu keras kepala, pikirnya.
"Oke, ayo," ucapnya seraya membantu Cantik berdiri.
"Eh, kamu mau apa? Saya bisa sendiri."
"Mau mandi bareng kamu lah," jawabnya.
"Hah?" Cantik melongo. Kemudian ia merasakan tubuhnya diangkat yang membuatnya tersadar dari lamunan. "Eh, turunin aku," serunya panik.
Brugh...brugh... Ada yang menggedor pintu dengan kerasnya lalu bbrraakkk... Pintu itu di banting dengan kuat hingga menghantam dinding.
"Kau bajingan sialan, aku kemarin__" maki Kirana. Ia terpaku saat melihat gadis yang bersama Sam, yang tampak bertelanjang dan hanya ditutupi selimut tebal. Lalu matanya beralih menatap anaknya yang juga dalam keadaan bertelajang dada. Ia mengerutkan kening kala melihat keintiman itu. 'Ada apa ini? Siapa gadis cantik ini?' Pikir Kirana.
Cantik yang terkejut lantas bergidik ngeri. 'Siapa wanita ini? Apakah dia istri dari tuan Sam?' Pikir Cantik.
Melihat ibunya terkejut saat melihat Cantik membuatnya menyeringai licik. " Ada apa, Ma? Kenapa pagi-pagi sudah marah-marah?"
"Hah? Mama?" Cantik terkejut hingga cegukan.
Kirana berjalan ke arah Cantik dan menghamburkan pelukannya." Gadis yang cantik, siapa namamu nak?"
'Eh ada apa ini?' Pikirnya. "Cantik nyonya, nama saya Cantik." Dia tak menyangka dengan respon yang di terimanya ini. 'Apa ibu ini tidak marah?' Pikirnya lagi.
"Eh? Nyonya? Jangan panggil aku nyonya, panggil saja aku Mama, oke?" Kirana memegangi kedua tangan Cantik dengan lembut, raut kebahagiaan merekah di wajahnya. Ia bahagia kala tahu ternyata anak semata wayangnya itu normal. " Hei Sam, kenapa kau tidak bilang kalau kau sudah mempunyai pacar?" Dia mengerutkan kening, matanya memandang serius sang anak.
"Hah? Sekarang ibu bilang aku tak mengatakannya?" Sam menggelengkan kepalanya merasa lelah, dia menghela nafas jenuh. "Aku sudah jelaskan dari sejak lama, ibu tak percaya. Melihatku dalam keadaan seperti ini, baru ibu percaya," jawabnya acuh tak acuh. Ia memutar bola matanya lalu memalingkan pandangnnya.
"Hei jangan marah dong, ibu senang kau ternyata normal," tutur Kirana seraya tersenyum ke arah anaknya yang terlihat ngambek.
'Apa? Pacar?' gumam Cantik di dalam hati. "Maaf nyonya, tapi nyonya sudah salah faham. Aku bukan pacar Tuan." Cantik coba menjelaskan.
"Sudahlah jangan malu-malu, aku tidak akan marah. Aku akan merestui kalian." Kirana membingkaikan tangannya pada wajah gadis cantik di hadapannya. Di mencubit lembut dagu Cantik. "Gemes, kamu kok cantik banget."
"Terima kasih," ucapnya dengan tersipu malu karena mendapatkan pujian dan perlakuan lembut dari wanita di hadapannya itu.
Sam menggelkan kepalanya merasa jengah dengan tatapan memuja sang ibu. "Sudahlah Ma, jangan ganggu pacarku. Keluarlah, kami mau mandi dulu," ucapnya dengan acuh.
"Oke, oke Mama mengerti, Mama akan keluar, Mama tunggu kalian di bawah untuk sarapan yah?" katanya lalu ia mendaratkan kecupan di kening Cantik. "Jangan lama-lama, Mama ngga sabar pengen ngobrol sama kamu, manis," ucapnya dengan mulut melengkung membentuk senyuman.
"Tadi ibuku," ucap Sam yang menyadarkan Cantik dari tergemap.
"Iya aku tau, ibumu ingin mengobrol denganΔ·u?"
"Mm." Sam mengangguk. "Sekarang kita mandi dulu, abis mandi, aku kenalin kamu sama Mama," tuturnya.
"Kita?" herannya.
"Iya kita, emang kenapa?"
"Enggak-enggak, aku mau mandi sendiri. Kamu tunggu di luar, tunggu giliranmu," tegas Cantik.
"Kenapa? Aku kan, pacarmu sekaligus calon suamimu. Jadi, gapapa dong kita mandi bareng," jelas Sam cuek.
"Pacar? Calon suami?" herannya. "Aku kan, belum menjawab lamaranmu. Sekarang kamu masih belum jadi siapa-siapa aku," tuturnya seraya memijat kening.
"Sekarang? Berarti nanti aku akan jadi siapanya kamu dong," celetuk Sam seraya tersenyum jahil.
"Sam, tolong tinggalkan aku sendiri," pinta Cantik dengan raut wajah cemberut.
"Oke-oke, aku akan keluar." Sam tidak mau membuat Cantik merasa tidak nyaman. Kemudian ia menurunkan tubuh perempuan dalam gendongannya dengan perlahan lalu membantu mendudukan Cantik kembali di sisi bathup. "Aku keluar yah," ucapnya yang hanya di balas anggukan oleh Cantik.
Setelah memastikan Sam sudah keluar, ia pun melepaskan selimut yang melilit tubuhnya. Lalu perlahan mengangkat kaki dan memasukan kedua kakinya ke dalam bathup yang berisi air hangat. Awalnya tubuhnya merasa tersentak saat ia mulai memasukan tubuhnya ke dalam air. Ada timbul rasa perih di antara pahanya. "Aaawww," rintihnya. "Astaga, ini perih banget," gumamnya dengan raut wajah meringis.
Setelah lama berrendam, akhirnya tubuhnya melemas dan bisa relax. Ia menghela nafas teratur seraya menyandarkan punggungnya ke dinding bathup. Matanya menatap ke langit-langit kamar mandi. Entah kenapa setelah mendapatkan lamaran dari Sam tadi, hatinya yang semula gelisah kini menjadi tenang. Wajahnya bersemu kemerahan saat memikirkan lamaran mendadak itu. "Sam, kamu orang yang seperti apa?" gumamnya. Tanpa ia sadari, seulas senyuman tersungging di kedua sudut bibirnya.Β
Tok tok tok cklek pintu dibuka yang sontak membuat Cantik terkejut. "Nona, ini saya Lisa. Tuan, menyuruh saya untuk membantu Nona berpakaian," tuturnya. Lisa hanya berdiri di balik pintu, ia tidak langsung masuk ke dalam. Ia berdiri di balik pintu yang ia buka sedikit. Ia tidak berani masuk jika Cantik tak mengizinkannya.
"Lisa, saya tidak membawa handuk dan baju. Bisa kamu tolong saya?" tanya Cantik dengan sopan.
"Tolong apa Nona? Katakanlah," sahut Lisa.
"Tolong carikan baju saya, semalam saya meletakannya sembarangan di sini," jelasnya.
"Tidak perlu Nona, saya sudah menyiapkan baju bersih untuk Nona."
"Oh syukurlah, makasih yah Lis. Maaf merepotkanmu, nanti aku kembalikan lagi bajumu dan satu lagi, tolong berhentilah memanggilku Nona. Panggil saja saya Cantik, panggil menggunakan namaku."
"Tidak bisa Nona, itu tidak sopan. Saya takut nanti kena tegur Tuan karena sudah bersikap tidak sopan kepada Nona."
"Kenapa memanggil namaku dianggap tidak sopan? Kan, saya sendiri yang memintanya."
"Maaf Nona, saya benar-benar tidak bisa."
Cantik menghela napas pasrah. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengakhiri kecanggungan ini. Yang bisa ia lakukan hanya membiarkan Lisa melakukan tugasnya. Mau sampai mulutnya dower pun Lisa takkan mau memanggil Cantik menggunakan nama karena dia begitu profesional.